[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 7 Mei 2020
Pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia mengubah banyak hal, termasuk proses jalannya perkuliahan di perguruan tinggi di Indonesia. Jika biasanya mahasiswa melaksanakan kuliah secara tatap muka dengan dosen, kini dilakukan dalam jaringan alias kuliah daring. Bagi Pimpinan Universitas Jember, penerapan kuliah daring sesuai arahan Kemendikbud RI selama pandemi Covid-19 melanda tidak akan menghalangi niat untuk terus memberikan layanan terbaik bagi warga unej utamanya dosen dan mahasiswa.
Hal ini dibuktikan melalui Media Manajemen Pembelajaran (MMP) sebagai virtual classroom yang dikembangkan oleh Universitas Jember yang mampu melayani 3 ribu mahasiswa dalam setiap kali jam perkuliahan daring. Oleh karena itu Universitas Jember siap jika nantinya pemerintah melalui Kemendikbud RI dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 pada akhirnya kembali memperpanjang masa penerapan kuliah daring.
Kesiapan ini disampaikan oleh Iwan Taruna, Rektor Universitas Jember (7/5). Menurutnya, kuliah daring sudah dilaksanakan sejak lama di Kampus Tegalboto, namun awalnya hanya sebatas pilihan alternatif perkuliahan di kampus. “Sejak tahun 2013 kami sudah memberikan kebebasan bagi dosen untuk memberikan kuliah daring, jumlahnya 20 persen dari total tatap muka perkuliahan yang direncanakan. Namun kala itu memang hanya ratusan dosen saja yang aktif memberikan kuliah daring. Jumlah dosen yang melakukan kuliah daring meningkat semenjak tahun 2018 lalu saat ada kewajiban bagi dosen Universitas Jember untuk mengunggah materi kuliah, kontrak kuliah dan Rencana Pembelajaran Semester di MMP,” jelas Iwan Taruna.
[/vc_column_text][cq_vc_thumbnailcaption images=”26427″ minheight=”400″][vc_column_text]
Menyebarnya Covid-19 mau tak mau memaksa semua perkuliahan dilaksanakan secara daring. Dari data terkini yang ada, sudah 1.154 orang dosen di Kampus Tegalboto yang melakukan kuliah daring dari jumlah total dosen yang ada sebanyak 1.239 orang dosen. “Pandemi Covid-19 ini ternyata juga membawa berkah, sebab semua dosen demi kebaikan bersama harus memberikan kuliah daring. Berdasarkan kondisi ini maka jika pada akhirnya nanti wabah Covid-19 sudah berakhir maka kami akan mempersiapkan regulasi baru yang akan memberikan pilihan bagi dosen untuk dapat memberikan kuliah daring sepanjang memenuhi sejumlah persyaratan yang ditentukan. Kombinasi antara kuliah daring dan kuliah tatap muka mungkin bisa dibagi antara 50 persen dari total tatap muka perkuliahan,” tutur Iwan Taruna. Dengan adanya 50 persen kuliah daring maka mahasiswa akan memiliki banyak waktu untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya sehingga tujuan merdeka belajar akan tercapai.
Pelaksanaan kuliah daring di Universitas Jember didukung penuh oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merupakan tulang punggung MMP Universitas Jember. “Alhamdulillah, kami berhasil melakukan optimasi perangkat lunak Moodle yang berfungsi sebagai learning management system sehingga bisa melayani 3 ribu mahasiswa dalam setiap kali jam perkuliahan daring. Bahkan kami memadukannya dengan aplikasi lainnya semisal Big Blue Button dan Jitsi Meet sehingga MMP menjadi blended learning. Jadi dosen dan mahasiswa bisa bertemu secara virtual. Yang membedakannya lagi, fasilitas layanan MMP Universitas Jember yang ada dalam Sistem Informasi Terpadu Universitas Jember sudah compatible dengan Sistem Pembelajaran Daring Indonesia atau SPADA yang dikelola oleh Kemendikbud RI,” ungkap Sudarko, Penjabat Kepala UPT TIK Universitas Jember.
Tentu saja kesuksesan perkuliahan daring memerlukan dukungan semua pihak, dosen, mahasiswa dan penyediaan fasilitas pendukung. “Dari hasil evaluasi kami, mutu perkuliahan daring di Kampus Tegalboto masih bervariasi, oleh karena itu kami menugaskan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu atau LP3M untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi dosen. Untuk mahasiswa kami bantu dengan paket data selama masa pandemi Covid-19. Ke depannya Universitas Jember juga merencanakan pembangunan fasilitas co-working space dan penambahan hot spot area di kampus agar mahasiswa bisa leluasa menjalani kuliah daring,” pungkas Iwan Taruna. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]