Jember, 14 Mei 2020
Pandemi Covid-19 memaksa kita untuk membatasi beraktivitas di luar rumah, tak terkecuali bagi para mahasiswa Universitas Jember yang lebih banyak melaksanakan perkuliahan secara daring. Namun belajar di rumah bukan berarti tidak bisa mencetak prestasi. Seperti yang dibuktikan oleh Alfareza Firdaus, mahasiswa Program Studi Adminsitrasi Negara FISIP Universitas Jember yang menjadi juara pertama lomba penulisan opini bertema Covid-19 tingkat nasional yang diadakan oleh Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Aceh. Alfareza menang berkat tulisannya mengenai pertanian perkotaan (urban farming) yang diberinya judul Urban Farming Masa Pandemi Covid-19 : Optimalisasi Potensi Geografis di Kabupaten Bondowoso.
“Alhamdulillah, saya dapat juara pertama. Sempat gak nyangka juga mengingat tema yang saya pilih mengenai pertanian perkotaan di Bondowoso, tema yang bagi saya juga baru. Namun dukungan para dosen di FISIP membuat saya berani maju ikut berpartisipasi dalam lomba,” jelasnya saat dihubungi via aplikasi WhatsApps (14/5). Reza, begitu panggilan akrabnya, memutuskan memilih tema pertanian perkotaan setelah dirinya mengikuti beberapa kali webinar yang membahas mengenai pandemi Covid-19 yang dilakukan beberapa lembaga penelitian di Indonesia. Salah satu yang mengusik hatinya adalah fakta bahwa pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan krisis pangan.
Mahasiswa asli Bondowoso ini lantas menuliskan pemikirannya mengenai pertanian perkotaan dari sudut pandang kebijakan pemerintah sesuai bidang ilmu yang ditekuninya. “Pemerintah punya tugas menjaga stok aman pangan sekaligus tantangan meningkatkan produktivitas pertanian di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Apalagi kapan berakhirnya pandemi Covid-19 belum bisa dipastikan. Oleh karena itu kebijakan pemerintah mendorong pertanian perkotaan menjadi salah satu jalan keluar mengantisipasi krisis pangan yang mungkin terjadi,” jelas mahasiswa yang aktif menulis ini.
Sebagai mahasiswa Program Studi Administrasi Negara, Reza melihat pemerintah adalah titik sentral dalam pembangunan yang memiliki peran penting dalam menangkap suatu ide gagasan kreatif yang baik untuk kemudian dikemas dalam bentuk kebijakan. Juga terhadap ide kebijakan urban farming, pemerintah daerah harus berani dalam berinovasi dan mengambil langkah kreatif dalam pembangunan daerahnya, terutama sektor pertaniannya. “Sebagai daerah yang memiliki potensi besar di bidang pertanian maka ide urban farming bisa dikembangkan oleh Pemkab Bondowoso. Contoh sederhana misalnya mendorong warga menanam singkong, ubi dan sayuran sendiri dihalaman rumah serta memanfaatkan lahan kosong yang ada. Kebijakan ini sudah diterapkan di beberapa negara maju seperti Jepang. Tinggal bagaimana Pemkab Bondowoso menyiapkan pendampingan dan teknologinya,” imbuh Reza.
Mahasiswa yang aktif di kepengurusan Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (Himaistra) ini melihat pandemi Covid-19 sebagai momen yang pas menggalakkan pertanian perkotaan mengingat ada anjuran untuk tinggal di rumah. “Daripada bengong tidak ada kerjaan, kan lebih baik bercocok tanam. Dapat menghilangkan kejenuhan dan rasa stress sekaligus mendapatkan manfaat berupa hasil produk pertanian. Siapa tahu jika hasilnya banyak bisa menambah pendapatan keluarga. Oleh karena itu saya merekomendasikan agar kebijakan urban farming diwujudkan dalam peraturan daerah agar ada landasan hukumnya dan menjadi program jangka panjang pemerintah daerah,” pungkas Reza. (iim)