LPTK Hadapi Empat Tantangan Besar di Era Merdeka Belajar

Jember, 7 Agustus 2020
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) sebagai institusi pencetak guru menghadapi empat tantangan besar dewasa ini. Lebih-lebih di saat era Merdeka Belajar dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Empat tantangan tersebut adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, makin banyaknya inovasi yang menimbulkan disrupsi, tantangan memprediksi apa yang terjadi di masa depan serta upaya mencetak guru sebagai mentor yang mampu menuntun anak didiknya agar menjadi manusia mandiri dan merdeka. Pendapat ini disampaikan oleh Iwan Syahril, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud saat menjadi pemateri dalam webinar bertema “Tantangan Guru dan Dosen Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar” yang digelar oleh FKIP Universitas Jember Jumat sore (7/8).

Menurut Dirjen GTK, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menghadirkan kecerdasan buatan, internet of thing (IoT), fenomena big data hingga teknologi robotika yang banyak menggantikan tugas manusia. Kemajuan teknologi ini juga yang membuat banyak sekali muncul inovasi baru yang berpotensi mengubah tatanan lama atau era disruptif. “Kini guru tidak hanya mengajarkan materi atau contain-nya saja, tapi dituntut memberikan anak didiknya kemampuan memprediksi atau mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan. Contohnya saja, bisa jadi apa yang saat ini dipelajari oleh mahasiswa nanti selepas lulus sudah berubah lagi. Jadi seorang guru di era Merdeka Belajar harus menjadi mentor atau pelatih yang mempersiapkan anak didiknya agar siap berlaga di kehidupan,” jelas Iwan Syahril.

Untuk mempersiapkan guru di era Merdeka Belajar, Kemendikbud telah mengambil langkah memperkuat Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan (LPTK). Diantaranya lebih selektif dalam menerima peserta Program Profesi Guru (PPG) dengan berdasarkan pada kebutuhan guru yang ada. Penerapan standar kualitas guru yang berpihak pada siswa. Penekanan pada pemberian pengalaman mengajar pada peserta PPG, serta prioritas pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). “Bagi pengajar di PPG khususnya pengajar pedagogi maka wajib memiliki pengalaman mengajar di sekolah, sebagai salah satu usaha pembentukan profesionalisme guru. Seperti di profesi dokter, maka dokter muda dibimbing oleh dokter yang sudah berpengalaman,” imbuh Iwan Syahril.

Pemateri berikutnya adalah Syaiful Huda, Ketua Komisi X DPR RI yang membidangi masalah pendidikan. Menurut politikus asal Partai Kebangkitan Bangsa ini, parlemen mendukung penuh program Kemendikbud dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi guru, termasuk mendukung Program Organisasi Penggerak (POP), yang bertujuan meningkatkan kualitas guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, walaupun sempat menimbulkan kontroversi. “Kebutuhan guru yang kompeten sudah mendesak, apalagi ada 256 ribu guru yang akan pensiun dalam waktu dekat ini,” tutur Syaiful Huda.
Sementara itu dalam laporannya, Prof. Dafik, Dekan FKIP Universitas Jember menjelaskan webinar ini digelar dalam rangka pertemuan Forum Komunikasi Pimpinan FKIP Negeri Se-Indonesia. Selain mengagendakan webinar, pihaknya melaksanakan lomba karya tulis ilmiah dan diskusi dalam rangka membahas berbagai perkembangan terkini di dunia pendidikan Indonesia. Rangkaian kegiatan Forum Komunikasi Pimpinan FKIP Negeri Se-Indonesia di FKIP Universitas Jember dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Jember dan dilaksanakan hingga hari Minggu nanti. “Mengingat kondisi saat ini dalam masa pandemi Covid-19, maka beberapa mata kegiatan dilakukan secara daring,” jelas Prof. Dafik. (iim)

Skip to content