Jember, 21 April 2021
Belajar Bahasa Indonesia ternyata makin diminati oleh warga Korea Selatan. Fakta ini disampaikan oleh guru besar Kajian Melayu-Indonesia Hankuk University of Foreign Studies, Prof. Koh Young Hun saat menjadi pemateri kuliah umum secara daring yang digelar oleh Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember, Selasa sore (20/4). Menurutnya, setiap tahun setidaknya ada 500 siswa yang tertarik belajar Bahasa Indonesia di berbagai perguruan tinggi di Korea Selatan. Di Hankuk University of Foreign Studies, khususnya Kajian Melayu-Indonesia sendiri rata-rata menerima 70 mahasiswa baru setiap tahunnya.
Menurut pria yang fasih berbahasa Indonesia ini, salah satu faktor yang mendorong siswa Korea Selatan berminat belajar Bahasa Indonesia adalah merebut peluang untuk bekerja di perusahaan Korea Selatan yang beroperasi di Indonesia. “Jika mereka memiliki kemampuan berbahasa Indonesia, maka kesempatan diterima di perusahaan yang berinvestasi di Indonesia makin terbuka. Bahkan saat ini sudah ada satu sekolah menengah atas di Korea Selatan yang mulai menawarkan pelajaran Bahasa Indonesia bagi siswanya,” ujar Prof. Koh Young Hun yang memberikan kuliah umum bertema “Menggagas Peluang Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional”.
Pria yang berkesempatan mengunjungi Kampus Universitas Jember di tahun 2014 ini lantas mengusulkan empat hal agar Bahasa Indonesia makin berkembang dan menjadi salah satu bahasa internasional. Pertama, harus ada penetapan standar Bahasa Indonesia, mengingat Malaysia menggunakan bahasa Melayu sementara Indonesia dengan Bahasa Indonesia-nya. Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia memiliki perbedaan pada tata bahasa dan dialeknya. Kedua, sudah seharusnya ada standar ujian Bahasa Indonesia secara internasional seperti TOEFL atau IELTS untuk Bahasa Inggris yang berlaku secara internasional.
Ketiga, pembelajaran bahasa tidak lepas dari belajar budaya, oleh karena itu guru Bahasa Indonesia untuk orang asing atau pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) harus memperkaya pengetahuannya dengan budaya Indonesia agar mampu menarik minat anak didiknya. “Keempat, saya menawarkan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran campuran dimana pengajar BIPA tidak selalu menerangkan materinya secara terperinci di kelas, tetapi juga mampu membuat aktivitas pembelajaran lain yang mendukung materi yang diberikan, termasuk menggunakan metode e-learning,” jelas pria yang sudah menulis puluhan buku mengenai cara belajar Bahasa Indonesia bagi warga negeri gingseng.
Untuk diketahui Bahasa Indonesia sendiri mulai dikenal warga Korea Selatan semenjak tahun 1957, dibarengi dengan pembukaan program studi yang mempelajari budaya dan bahasa Melayu-Indonesia. Seperti Hankuk University Foreign Studies yang mulai mendirikan Program Studi Kajian Melayau-Indonesia di tahun 1964. Kuliah umum kali ini diikuti oleh para mahasiswa Universitas Jember yang tengah menempuh mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Tidak kurang 760 mahasiswa mengikuti kuliah daring yang digelar oleh LP3M Universitas Jember.
Langkah mempromosikan Bahasa Indonesia didukung penuh oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul. Seperti yang disampaikan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Seoul, Gogot Suharwanto yang turut menjadi pemateri. Menurutnya, KBRI Seoul secara rutin telah menggelar Advanced Management Program, selain rutin memfasilitasi warga Korea Selatan yang berminat belajar Bahasa Indonesia melalui program BIPA. Advanced Management Program adalah program pengenalan sosial budaya Indonesia termasuk bahasa, bagi para eksekutif perusahaan Korea Selatan, terutama bagi perusahaan yang akan berinvestasi di Indonesia. “Pengembangan Bahasa Indonesia di Korea Selatan mendapatkan perhatian khusus karena Korea Selatan termasuk salah satu negara mitra investasi dan perdagangan utama kita,” kata Gogot yang menyampaikan materinya dari Seoul.
Sementara itu Rektor Universitas Jember mengapresiasi pelaksanaan kuliah daring kali ini, pasalnya dapat memotivasi mahasiswa yang menempuh mata kuliah umum Bahasa Indonesia agar bersungguh-sungguh mempelajari Bahasa Indonesia. “Pemerintah sudah memiliki peta jalan pengembangan Bahasa Indonesia dengan target pada tahun 2045 Bahasa Indonesia akan menjadi salah satu bahasa internasional. Jadi jangan sampai kita yang asli Indonesia malah tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sementara orang asing berlomba-lomba belajar Bahasa Indonesia,” pesan Iwan Taruna. (iim)