Penerapan nilai-nilai luhur Pancasila menjadi sangat penting dalam setiap aktivitas perguruan tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jember dalam pencanangan FEB sebagai Kampus Pancasila (29/8). Agenda yang menjadi bagian dari rangkaian Pancasila Campus Fair 2021 ini berupaya berupaya menghadirkan kembali ruh jiwa semangat para pahlawan dan para pendahulu, yang telah memperjuangkan bangsa Indonesia menuju merdeka, serta menggugah kembali jiwa dan nila-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
Berbagai kegiatan digelar dalam rangkaian ini, DI antaranya kompetisi TikTok, video orasi, dan twibbon yang bertema Kemerdekaan dan Pancasila. Selain itu juga menggelar diskusi interaktif oleh alumni FEB Unej, serta kuliah umum Profesor Yudi Latif yang pernah menjabat sebagai Ketua BPIP. Hadir pula dalam acara yang berlangsung secara daring dan luring ini yaitu M. Sarmuji, SE M,Si., DR. Hary Soegiri, MBA., M.Si, dan Syamsul Qomar, SE.
Dekan FEB Universitas Jember Prof. Isti Fadah menuturkan, FEB UNEJ kini mendeklarasikan diri sebagai Kampus Pancasila. Hal ini menjadi semangat baru yang sangat sejalan dengan nafas perjuangan bangsa. “Launching ini juga membuktikan bahwa FEB siap menjadi promotor internalisasi Pancasila pada setiap ruang-ruang kampus,” ujarnya.
Dengan komitmen Pancasila yang dipegang, lanjut dia, maka dalam keberlanjutannya FEB akan dapat nilai kompetitif lebih dengan menghasilkan lulusan-lulusan yang Pancasilais. Pencangan FEB sebagai Kampus Pancasila ditandai dengan penyampaian ikrar dari para mahasiswa, tenaga pendidik, dan dosen, untuk selalu berperilaku dengan berlandaskan Pancasila.
Lalu seberapa penting Pancasila dalam kehidupan di perguruan tinggi? Rektor Universitas Jember Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng mengungkapkan, langkah pencanangan ini relevan dengan misi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. “Yaitu untuk menciptakan pelajar Pancasila dengan karakter kritis, kreatif, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berahlak mulia dan berkebhinekaan global,” tegasnya.
Hal tersebut juga didukung oleh Syamsul Qomar, SE. yang hadir sebagai alumnus Universitas Jember sera daring, Menurut dia, ada sejumlah isu strategis dalam pembinaan ideologi Pancasila, salah satunya berkaitan dengan pemahaman Pancasila. “Perlu ada peningkatan intensitas pembelajaran Pancasila di kalangan pelajar dan kaum muda,” imbuhnya.
Senada dengan ide tersebut, pemateri kedua DR. Hary Soegiri menambahkan bahwa nilai Pancasila juga harus menjadi bagian dari pendidikan karakter. Ini supaya mahasiswa mampu mempertahankan nilai-nilai kebangsaan. “Bahkan juga harus bisa mengadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” tegasnya.
Melengkapi diskusi dalam sesi Temu Alumni, Bapak Sarmuji, SE. MM. menggarisbawahi pentingnya penguatan kapasitas diri serta kamampuan adaptif dari alumni-alumni FEB UNEJ untuk mampu berkompetisi, tidak saja di lingkup lokal dan nasional, namun juga persaingan global yang tidak mungkin dihindari lagi saai ini dan mendatang. Alumni FEB tahun 1992 yang saat ini diamanahi sebagai Ketua Umum KAUJE dan masih menjadi anggota DPR RI Komisi XI menegaskan pentingnya penguatan keterhubungan dan sinergitas nyata antara FEB dan alumni-alumninya secara berkelanjutan.
Di penghujung kegiatan Pancasila Kampus Fair ini adalah Kuliah Umum dengan tema “Meneguhkan Pancasila sebagai Core Value dalam Menjawab Dinamika di Era Disrupsi” yang menhadirkan Prof. Yudi latif, P.hD, yang pernah menjadi Ketua BPIP RI tahun 2018.
Prof. Slamin, P.hD (Wakil Rektor I UNEJ) mengapresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh narasumber dalam acara ini. Dalam Opening Speech untuk Kuliah Umum, dimana Universitas Jember sangat berkepentingan dengan internalisasi dan penguatan Nilai-nilai Pancasila sebagai Core Values berbangsa dan bernegara, juga tentunya bagi seluruh peserta didik dan civitas akademika Universitas Jember, sehingga alumni FEB UNEJ berkemampuan untuk eksis dan survive di era distruksi saat ini dan mentang.
Dalam masa distruktif saat ini ternyata menjadi cerminan diri bagi kita tentang apa dan bagaimana yang telah kita alami sebagai bangsa dan sebagai negara. Di masa ini, terjawab Seberapa tangguh Pancasila kita, demikian tutur Prof. Yudi Latif, P.hD. Pembahasan mendalam yang menjadi point penting dalam diskusi mencakup 1) Aspek Tata Nilai yang ada di tengah-tengah masyarakat, menjadi modal utama dan penting dalam transformasi sosial berbasis Pancasila 2) Tata Kelola pemerintahan dan pembangunan yang seharusnya efektif dan transparan, sebagai dirijen dalam orkestrasi Pembangunan disemua aspek bernegara, dan 3) Tata Sejahterah bagi yang seharusnya juga diposisikan pada peran dan fungsinya.