Jadi Anggota SAR Hingga Jaga Kesehatan Pengungsi, Kiprah Relawan Universitas Jember Bantu Korban Erupsi Gunung Semeru

Jember, 15 Desember 2021
¬Erupsi gunung Semeru pada tanggal 4 Desember 2021 lalu menjadi duka mendalam bagi Lumajang dan Indonesia. Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan yang diakibatkan amukan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini membuat banyak pihak prihatin, termasuk Universitas Jember yang telah hadir semenjak tahun 2018 lalu di bumi Aria Wiraraja melalui Program Studi Diploma Keperawatan Fakultas Keperawatan. Apalagi ada mahasiswa Universitas Jember yang keluarganya turut terdampak akibat bencana ini. Semenjak hari kedua pasca erupsi, relawan Universitas Jember sudah tiba di lokasi.

Guna meringankan penderitaan warga Lumajang, Universitas Jember mengirimkan relawan dan bantuan baik atas nama organisasi mahasiswa, unit kerja maupun secara pribadi. Salah satunya diserahkan langsung oleh Rektor Universitas Jember kepada Pemkab Lumajang yang diterima oleh Wakil Bupati Lumajang yang lantas menyerahkan kepada Baznas setempat (13/12). Selain menyerahkan bantuan secara simbolis, Rektor Universitas Jember menyempatkan diri mengunjungi dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan yang melaksanakan kerja kemanusiaan menjadi relawan. Termasuk memberikan dorongan moral bagi mahasiswa yang turut menjadi korban. Berikut kisahnya, seperti yang dilaporkan oleh tim Humas Universitas Jember.

Setelah menyerahkan bantuan kepada Pemkab Lumajang, rombongan bergerak menuju Desa Sumber Mujur Kecamatan Candipuro. Sepanjang perjalanan selama kurang lebih dua jam kami melihat banyak kendaraan pribadi maupun dinas yang sepertinya baru saja mendistribusikan bantuan ke berbagai titik pengungsian. Tujuan kami hari ini adalah Posko Relawan Universitas Jember yang menempati rumah salah satu warga Desa Sumber Mujur. Sepanjang jalan menuju lokasi posko, banyak tenda dan kendaraan dari berbagai organisasi lengkap dengan bantuan yang mereka bawa. Saking banyaknya, maka kendaraan kami harus berjalan bergantian setiap kali bersalipan dengan kendaraan lain. Jadi benar kata orang, jika bangsa ini masih memiliki kepedulian terhadap sesamanya, modal sosial yang harus dijaga.


Di lokasi Desa Sumber Mujur ini ada 25 hingga 30 orang relawan Universitas Jember yang berjaga setiap harinya. Jumlah ini bisa berkurang atau bertambah sebab para relawan adalah dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan yang tetap harus menjalankan tugas utamanya. “Yah relawan yah mahasiswa, aksi kemanusiaan kita laksanakan tapi kegiatan akademis juga harus tetap jalan. Jadi kami bergantian bertugas,” ujar Daniel Abdillah, Ketua Korps Sukarelawan Kampus atau KORREK Universitas Jember. Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik ini semenjak hari kedua pasca erupsi ada di posko. Mahasiswa asli Lumajang ini setiap beberapa hari kembali ke rumahnya untuk ikut kuliah daring.

Komposisi tim relawan Universitas Jember di Posko Desa Sumber Mujur hari itu terdiri dari 25 orang anggota KORREK yang berasal dari unsur dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan. Mereka dibantu 4 orang perawat dari UNEJ Medical Center (UMC), 3 orang perawat dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) serta dua orang anggota Satuan Pengamanan (Satpam) Universitas Jember. Sehari-harinya mereka bertugas sebagai anggota tim SAR, membantu distribusi logistik, memberikan layanan kesehatan, memasak di dapur umum hingga memberikan trauma healing.

Tim Humas menyempatkan diri ngobrol dengan Daniel yang bertugas sebagai anggota tim SAR. Daniel turut mencari korban, bahkan di lokasi kampung Renteng, Daniel dan tim SAR SRU 3 menemukan jenazah balita yang kondisinya sudah tidak utuh. Tim SAR SRU 3 juga menemukan bagian tubuh tertentu. “Sementara itu kawan-kawan yang bertugas mendistribusikan logistik menghadapi dinamika sosial yang tinggi, sebab harus sabar melayani warga dan petugas serta relawan. Kami harus cermat membagi bantuan agar tidak terjadi kecemburuan diantara pengungsi. Logistik berupa makanan bagi petugas serta relawan juga harus diperhatikan, jangan sampai mereka yang sudah berjuang dan dalam kondisi yang lelah malah luput gak dapat asupan makanan. Memang perlu manajemen bencana agar tanggap bencana berjalan dengan baik, namun alhamdulillah semuanya berjalan lancar, logistik tersalurkan,” tutur Daniel.


Masalah logistik bagi pengungsi berupa makanan, obat, pakaian layak pakai, selimut, kasur serta bantuan lainnya memang dirasa sudah cukup. Oleh karena itu Pemkab Lumajang menghimbau agar sumbangan dapatnya diwujudkan dalam bentuk uang yang kemudian disalurkan kepada Baznas Lumajang. “Penanganan pengungsi akan berjalan lama, sebab mereka juga akan kami relokasi ke daerah yang lebih aman. Untuk relokasi harus dilakukan penyiapan lahan serta land clearing, pembangunan hunian sementara dan bahkan masa depan mereka juga harus dipikirkan. Oleh karena itu sebaiknya sumbangan disalurkan ke Baznas Lumajang sehingga dana yang ada nantinya bisa kita gunakan untuk membangun hunian sementara, beasiswa bagi yatim piatu dan modal untuk membuka usaha,” jelas Indah Amperawati kala menerima Rektor Universitas Jember di Kantor Bupati Lumajang.

Mendengar penjelasan Indah Amperawati yang juga alumnus Universitas Jember ini, Rektor menyanggupi membantu. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa Universitas Jember yang berasal dari Lumajang yang keluarganya turut terdampak erupsi gunung Semeru. Kebijakan ini langsung disampaikan oleh Dirjen Dikti Kemendikbudristek kepada Rektor Universitas Jember. “Memang baru ada lima yang terdata, tapi pendataan terus berjalan dan tidak tertutup kemungkinan akan bertambah jumlahnya,” ujar Iwan Taruna yang siang itu didampingi Wakil Rektor I dan III serta Ketua LP2M. Informasi dari Bagian Kemahasiswaan, saat ini mereka tengah memverifikasi 25 nama mahasiswa asal Lumajang lainnya yang turut menjadi korban erupsi gunung Semeru.

Bantuan lain disampaikan oleh Ketua LP2M, Prof. Yuli Witono. Menurut Prof. Yuli Witono, Universitas Jember telah ditunjuk menjadi koordinator program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematis Semeru oleh PTN di Jawa Timur. “Rencananya setelah masa tanggap darurat erupsi gunung Semeru berakhir, maka kami akan menggelar KKN tematis Semeru yang akan diikuti oleh PTN di Jawa Timur. Tema-tema KKN nantinya menyesuaikan dengan kebutuhan warga yang terdampak erupsi gunung Semeru seperti pembangunan fasilitas umum, pembukaan usaha rintisan atau UMKM, penanganan kesehatan dan tema-tema lainnya,” kata guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian ini.

Di posko Desa Sumber Mujur, selain memberikan semangat kepada para relawan, rombongan Rektor Universitas Jember juga memberikan bantuan kepada lima orang mahasiswa Universitas Jember yang keluarganya jadi korban erupsi gunung Semeru. Mereka adalah Devani Ramadhani, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP, Novia Dwiyanti dari Program Studi Diploma Teknik Elektronika FT, Nabila Firdausi dari Program Studi Diploma Perpajakan FISIP, Nurhalimah dari Program Studi Pendidikan IPA FKIP dan Nurul Alfiani yang merupakan mahasiswi Program Studi Penyuluhan Pertanian Faperta.

Dari kelima mahasiswa tersebut, Devani Ramadhani mendapatkan ujian terberat. Mahasiswa asal Dusun Kebonagung Desa Sumber Wuluh ini kehilangan tujuh kerabatnya yakni paman dan sepupu akibat erupsi gunung Semeru. “Kebetulan orang tua dan kerabat saya bermata pencaharian sebagai penambang pasir. Rumah kami pun hanya berjarak sekitar 500-an meter dari aliran lahar dingin yang memang masuk dalam zona merah. Dari tujuh kerabat yang hilang, baru tiga orang yang ditemukan,” tutur Devani, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional angkatan tahun 2020. Bersama empat rekannya, Devani sementara ini mengungsi di Desa Sumber Mujur sembari turut membantu Posko Sukarelawan Universitas Jember.

Seusai berkunjung ke Posko Relawan Universitas Jember, kami bergeser ke balai Desa Sumber Mujur lokasi pemberian trauma healing bagi pengungsi. Trauma healing menjadi hal yang penting tidak hanya bagi anak-anak, namun juga bagi mereka kaum dewasa dan orang tua. Kehilangan harta benda bahkan orang tercinta dengan cara seperti ini tentu tak pernah mudah. Seperti yang dipaparkan oleh Wakil Bupati Lumajang. “Saya melihat bagi anak-anak pengungsi lebih mudah melupakan kejadian ini, mungkin mereka masih kecil hingga belum paham apa yang terjadi. Tetapi bagi kalangan dewasa, mereka tentunya memikirkan kelanjutan hidup di masa depan setelah rumah dan harta bendanya tersapu awan panas guguran gunung Semeru,” imbuhnya.

Trauma healing juga dilaksanakan oleh para dosen dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember yang bertugas di penampungan pengungsi di lokasi SMPN 2 Pasirian dan kantor Kecamatan Pasirian. Menempati musholla SMPN 2 Pasirian, setiap harinya ada sesi trauma healing bagi anak-anak dan kalangan dewasa. Musholla pun disulap menjadi ruang spiritual. “Kami menempatkan dua dosen dan empat mahasiswa dia tiap sesinya, kegiatan dipimpin oleh dosen dari Fakultas Keperawatan di kampus Jember, Lumajang dan Pasuruan, terutama dosen yang memiliki spesialisasi keperawatan jiwa,” kata Nurul Hayati, koordinator Universitas Jember kampus Lumajang.


Titik pengungsian di SMPN 2 Pasirian, menampung sekitar 400 jiwa yang ditempatkan di kelas-kelas yang ada. Para pengungsi ini mayoritas berasal dari Desa Curah Koboan, Kamar Kajang dan Sumber Wuluh kecamatan Candipuro. Diantara para pengungsi terdapat 5 bayi dan 30 balita, bahkan satu bayi lahir di masa pengungsian ini. “Kami juga merawat satu pengungsi yang mengalami luka bakar ringan di kakinya,” kata Arista Maysaroh, dosen Program Studi Diploma Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember kampus Lumajang yang bertugas dari tanggal 6 Desember 2021 lalu secara bergantian dengan rekan-rekannya.

Selain memberikan trauma healing, para relawan juga berusaha melayani kebutuhan pengungsi lainnya, seperti masalah makanan. Awalnya para pengungsi mendapatkan pasokan makan dari dapur umum. Dan seperti biasanya, masakan yang disajikan cenderung tanpa sayur berkuah agar tidak cepat basi. “Lama kelamaan pengungsi bosan, apalagi mereka terbiasa menyantap sayuran seperti lalapan karena bahannya mudah didapatkan di lingkungan mereka dulu. Mereka rindu makan dengan sambal seperti menu penyet tempe atau sayur bening. Akhirnya kami usahakan ada kompor dan peralatan masak, sementara pasokan makanan siap santap diganti dengan bahan mentah saja. Jadi pengungsi memiliki kegiatan memasak agar tidak bosan, namun bantuan makanan siap saji tetap ada,” beber Arista Maysaroh. Siang itu kami melihat bantuan makanan siap saji dari salah satu merk makanan fast food terkenal dibagikan kepada pengungsi. Dihalaman sekolah tampak sebuah truk milik sebuah perusahaan detergen dengan enam mesin cuci dibagian belakangnya, siap melayani pengungsi yang akan mencuci pakaian.

Pelayanan kesehatan juga terus diberikan setiap hari oleh relawan dari Fakultas Keperawatan. Mereka membuka konsultasi dan layanan kesehatan dalam dua sesi, pagi dan sore dengan personil di setiap sesi terdiri dari satu dosen dan dua mahasiswa yang berjaga. Tim juga aktif memeriksa kesehatan pengungsi dengan cara mendatangi tiap kelas. “Setiap hari rata-rata ada 60 hingga 70 pasien yang memeriksakan diri, keluhan terbanyak adalah ISPA, migrain, penyakit kulit serta penyakit mata akibat terkena debu kala erupsi. Ada juga yang tekanan darahnya naik alias hipertensi, maklum hidup di pengungsian tentu bukan pilihan yang nyaman. Apalagi banyak yang memikirkan nasib lahan dan ternaknya,” urai Arista Maysaroh lagi.


Keberadaan tim relawan Fakultas Keperawatan mendapatkan pujian dari unsur pimpinan kecamatan Pasirian. Seperti yang diutarakan oleh Danramil Pasirian, Kapten (Arm) Onny Arianto yang siang itu didampingi Kapolsek Pasirian, Iptu. Agus Sugiharto kepada Rektor Universitas Jember. Menurutnya keberadaan tim relawan kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember di lokasi pengungsian SMPN 2 Pasirian sangat membantu. “Ada dua lokasi pengungsian besar di Kecamatan Pasirian, di kantor Kecamatan Pasirian yang dilayani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Pasirian dan kedua di SMPN 2 Pasirian yang kebetulan lokasinya tidak terlalu jauh. Jadi kami tidak khawatir dengan kondisi kesehatan pengungsi di SMPN 2 Pasirian sebab sudah ada relawan dari Universitas Jember,” kata Kapten (Arm) Onny Arianto.

Hari beranjak sore, kami pun undur diri. Sepanjang perjalanan kembali ke Jember kami terus bertemu banyak kendaraan yang membawa bantuan bagi warga Lumajang yang menjadi korban erupsi gunung Semeru. Ada instansi pemerintah, perusahaan swasta, klub mobil hingga perguruan silat. Tak hanya dari kota di Jawa Timur tapi hingga kota dari ujung barat pulau Jawa. Membanggakan sekaligus mengharukan, ternyata rasa kemanusiaan dan welas asih belum hilang dari bumi Indonesia. Semoga solidaritas yang ditunjukkan ini menumbuhkan optimisme dan sumber ketabahan, menjadi semangat bagi para warga Lumajang yang kini mendapatkan ujian untuk bangkit kembali. Sebab mereka tahu masih punya saudara yang akan selalu membantu. Semoga ! (iim)

Skip to content