Jember, 23 Februari 2022
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan kepada dua orang peneliti Universitas Jember, Hari Sulistyowati dan Wachju Subchan. Mereka mendapatkan penghargaan atas perannya sebagai mitra akademisi dalam upaya mendukung penelitian keanekaragaman hayati di Balai Taman Nasional Meru Betiri sejak tahun 2005.
Penghargaan itu diserahkan secara langsung oleh Sekretaris Direktorat Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Suharyono. Dalam kesempatan itu, Suharyono menyampaikan bahwa hal ini merupakan contoh konkrit keharmonisan antara unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Perguruan Tinggi.
“Khususnya Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem pada Taman Nasional Meru Betiri. Ini komunikasi yang sangat indah dengan teman-teman yang berada di kampus Universitas Jember,” ujar Suharyono usai melakukan penyerahan piagam penghargaan dan kuliah umum di aula gedung FKIP Universitas Jember, (23/2).
Menurut Suharyono, Taman Nasional Meru Betiri merupakan sarana yang tepat untuk menjadi tempat penelitian. Karena menurutnya, dengan luas 52.000 hektar Taman Nasional Meru Betiri menyediakan beranekaragam flora dan fauna untuk diteliti dan dikaji.
“kami menyediakan kawasan kami sebagai tempat untuk belajar untuk penelitian untuk kerja lapangan dan lainnya. Dari situ kami juga akan mendapatkan pemikiran dan temuan-temuan sehingga ada saling memberi antara kampus dengan kami,” jelas Suharyono.
Tidak hanya flora dan fauna saja, menurut Suharyono masyarakat penyangga yang berada di luar kawasan hutan namun hidupnya bergantung kepada kawasan hutan juga menarik untuk diberdayakan. Oleh karena itu Suharyono mengaku bangga pada Universitas Jember yang telah memberikan pendampingan kepada masyarakat sekitar kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri.
“Sehingga masyarakat tidak lagi melakukan eksploitasi dan merusak kawasan hutan. Tetapi beralih dengan memanfaatkan Taman Nasional ini secara bersama-sama atau bahasa sekarang istilahnya kemitraan konservasi. Masyarakat mengambil dan memanfaatkan hutan namun tidak merusak hutan,” lanjut Suharyono.
Lebih jauh Suharyono mejelaskan, peran para peneliti Universitas Jember menjadi sangat penting dalam konsep kemitraan konservasi. Karena menurutnya, para peneliti akan menjadi jembatan antara masyarakat dengan kawasan konservasi.
“Ini Tentunya butuh dukungan rekan-rekan dari Universitas Jember dalam rangka Community Development melalui program-program pemberdayaan masyarakat yang berbasis lingkungan hutan. Sehingga harapannya masyarakat tidak lagi melakukan perusakan hutan,” pungkas Suharyono.
Sementara itu Hari Sulistyowati mengatakan, selama ini kegiatan penelitian di Taman Nasional Meru Betiri selalu dilakukan secara bersama antara Universitas Jember dengan pengelola Taman Nasional Meru Betiri.
“Bahkan dalam proses riset penyusunan proposal pun kita selalu melibatkan Taman Nasional terutama terkait problem apa yang dihadapi disana. Sehingga apa yang kita lakukan itu benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Taman Nasional Meru Betiri,” ujar Hari.
Hari menambahkan, terkait kegiatan pengabdian kepada masyarakat Universitas Jember juga telah melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa-desa sekitar kawasan di lingkungan Taman Nasional Meru Betiri.
“Salah satu kelompok usaha bersama yang kami dirikan bersama masyarakat yaitu batik Meru Betiri. Sampai saat ini pun juga sudah berkembang dan kemarin mendapatkan penghargaan dari pemerintah,” jelas Hari.