Jember, 4 Maret 2022
Upacara wisuda selalu menjadi momen penting dalam perjalanan hidup seorang mahasiswa, baik mereka yang duduk di jenjang diploma hingga lulusan program doktoral. Upacara Wisuda menandai selesainya masa perkuliahan yang telah ditempuh dengan kerja keras dan penuh pengorbanan. Tak heran jika upacara wisuda ditunggu banyak orang, mulai dari wisudawan, orang tua hingga sang kekasih hati. Namun di masa pandemi Covid-19 tradisi ini berubah 180 derajat, kegiatan yang bersifat pengumpulan massa dibatasi. Bahkan jika perlu dilaksanakan secara daring atau paling tidak secara hibrid, gabungan daring dan luring terbatas. Maka banyak pihak yang merasa kecewa, khususnya bagi wisudawan.
“Kami paham dengan kekecewaan wisudawan, tapi di lain sisi kami juga dituntut memikirkan keselamatan bersama sebab dalam setiap wisuda pasti mengundang banyak orang. Jika dilaksanakan secara luring maka ada 900 wisudawan, ditambah dengan orang tua, kerabat dan kolega yang jika ditambahkan maka jumlah totalnya bisa dua hingga tiga kali lipat jumlah wisudawannya. Belum dengan keberadaan panitia dan penggembira lainnya. Oleh karena itu wisuda secara daring atau hibrid masih menjadi pilihan yang paling aman, namun saya yakin walau diwisuda secara daring atau hibrid tetap tidak mengurangi nilai kesakralannya,” tutur Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna di sela-sela persiapan acara wisuda periode III tahun akademik 2021/2022 (4/3). Tidak heran jika dalam setiap kali sambutan wisudanya, Iwan Taruna selalu memberikan pemahaman kepada wisudawan mengenai langkah Universitas Jember melaksanakan wisuda secara daring atau hibrid. Terlebih lagi wisuda secara daring atau hibrid menjadi kebijakan Kemendikbudristek yang harus dilaksanakan oleh semua PTN.
Penjelasan Rektor Universitas Jember disambung Wakil Rektor I bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni. Menurut Prof. Slamin, setiap kali Universitas Jember melaksanakan kegiatan, baik kegiatan akademik seperti wisuda hingga perkuliahan maupun kegiatan lain yang bersifat non akademik di masa pandemi selalu direncanakan secara matang. Pasalnya dengan jumlah mahasiswa yang mencapai 40 ribu lebih dan ditambah dosen dan karyawan maka selalu ada potensi konsentrasi massa. “Setiap kali kita akan mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak peserta maka kami selalu berkoordinasi dengan semua pihak, seperti Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 Universitas Jember. Juga dengan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Pemkab Jember dan pihak lain untuk meminimalkan resiko bertambahnya penderita Covid-19. Keamanan dan kesehatan sivitas akademika dan warga Jember menjadi yang utama,” kata Prof. Slamin.
Berpijak pada prinsip mengutamakan keamanan dan kesehatan sivitas akademika Universitas Jember dan warga Jember ini pula lah yang membuat Universitas Jember masih memilih wisuda secara daring atau hibrid. Termasuk menunda pelaksanaan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) yang seharusnya dimulai pada tanggal 1 Maret 2022 menjadi diundur hingga tanggal 21 Maret 2022 nanti. Pilihan menunda PTM karena muncul lagi penderita Covid-19 di kampus serta penetapan PPKM level 3 untuk kota Jember. Langkah penundaan PTM juga diambil oleh beberapa perguruan tinggi negeri di kota-kota lain di Jawa Timur. “Jadi setiap kebijakan yang kita ambil sudah melalui pertimbangan yang matang berdasarkan situasi dan kondisi yang ada serta berkoordinasi dengan semua stake holder,” ujar Prof. Slamin.
Salah satu langkah nyata yang diambil adalah mewajibkan seluruh panitia wisuda dan perwakilan wisudawan untuk melakukan tes swab antigen di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan atau di Universitas Jember Medical Center (UMC) dua hari sebelum hari pelaksanaan wisuda. Menurut Ketua Tim Tanggap Darurat Kesiapsiagaan Bencana Covid-19 (TTDKBC) Universitas Jember dr. Ulfa Elfiah., M.Kes., Sp.BP-RE. (K), kewajiban melakukan tes swab antigen juga diberlakukan untuk tamu dari luar kota yang berkunjung ke kampus Universitas Jember, terutama dalam jumlah besar. “Misalnya saja minggu lalu ada kunjungan dari sebuah madrasah aliyah dari Muncar Banyuwangi, maka kami minta mereka membawa hasil tes swab antigen. Tujuannya agar kampus kita terhindar dari menjadi klaster Covid-19,” ungkap dr. Ulfa Elfiah., M.Kes., Sp.BP-RE. (K).
Namun langkah pemberlakuan tes swab antigen ini bukannya tanpa resiko bagi panitia kegiatan di Universitas Jember, termasuk panitia wisuda periode III. Hal ini disampaikan oleh petugas Bagian Protokol, Taufik Tri Handoko yang bertanggungjawab mengurusi jalannya acara termasuk siapa yang bakal bertugas. Masalah timbul jika ternyata hasil tes swab antigen menunjukkan hasil positif. “Waduh, kami bisa kebingungan sebab dalam waktu dekat harus mencari petugas pengganti. Oleh karena itu belajar dari pengalaman maka di setiap perencanaan kegiatan harus ada plan A dan plan B, termasuk harus mempersiapkan petugas cadangan sehingga acara tetap berlangsung lancar sesuai rencana,” katanya.
Stres menghadapi hasil tes swab antigen juga diutarakan oleh Wakil Koordinator Humas, Rokhmad Hidayanto. Pria yang juga pelatih di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Universitas Jember ini sering deg-degan, tak enak makan hingga pusing menjelang anak didiknya menjalani tes swab antigen. Selama ini wisuda Universitas Jember sering diidentikkan dengan penampilan UKM Paduan Suara yang selalu membawa kemeriahan. “Siapa yang nggak stres, bayangkan jika anak-anak itu sudah berlatih berhari-hari kemudian hasil tes swab antigennya menunjukkan positif ? Bagaimana harus mencari pengganti anggota paduan suara dalam waktu satu dua hari ? Kalau pun menemukan penggantinya, apakah bisa langsung klop dengan penyanyi lainnya. Itu jika yang positif satu orang, lha jika yang positif beberapa anggota paduan suara apa nggak ambyar,” seru Rokhmad Hidayanto sambil tertawa.
Kerumitan tak lantas berhenti jika semua perwakilan wisudawan dan panitia lolos tes swab antigen dan siap melaksanakan wisuda. Ternyata wisuda secara daring atau hibrid memiliki tantangan tersendiri, salah satu titik krusial ada pada saat acara pemberian ucapan selamat kepada wisudawan oleh rektor dan dekan. Untuk memastikan nama yang dipanggil pembawa acara dan gambar yang muncul di layar monitor di auditorium sudah sesuai, maka panitia menugaskan dua orang dari setiap fakultas untuk selalu memonitor jalannya acara dari puluhan perangkat komputer yang disediakan di sisi timur auditorium dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Para petugas dari fakultas ini pula yang memeriksa dan mencocokkan nama wisudawan yang masuk ke fasilitas zoom meeting di pagi hari sebelum acara wisuda dimulai.
Walaupun berbagai cara dan antisipasi sudah dilakukan, namun masih ada juga masalah yang muncul saat wisuda. “Kadang gambar wisudawan tidak muncul entah karena karena permasalahan teknis di sistem kami atau sinyal internet wisudawan sedang gangguan. Jika hal ini terjadi maka kami terutama yang ada di tim teknis yang diprotes wisudawan. Sebenarnya jika boleh memilih maka kami ingin wisuda dilaksanakan secara luring seperti sebelum pandemi Covid-19, sebab bagi panitia jauh lebih mudah mengatur wisuda luring dibandingkan dengan wisuda secara daring. Tetapi kondisi yang menyebabkan wisuda masih secara daring, paling tidak hibrid,” imbuh Rokhmad Hidayanto sembari mengawasi para mahasiswa anggota Paduan Suara Universitas Jember yang tengah berlatih.
Pendapat mengenai wisuda secara daring juga diberikan oleh Ervian Akbarsyah Mahendra, wisudawan dari Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer. Menurut Ervian, begitu panggilan akrabnya, wisuda daring atau hibrid menjadi solusi yang tepat di era pandemi saat ini. “Wisuda harus tetap dilaksanakan walau secara daring atau hibrid dan meski tak semeriah wisuda luring. Bagi saya wisuda daring tetap penuh makna dan memberikan kenangan yang berharga. Apa pun sistem wisuda yang dijalankan, tetap tidak mengurangi rasa bahagia dan rasa syukur kita sebagai mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan kuliah dan bisa membahagiakan orang tua,” ujar peraih IPK 3,85 ini. (iim)