Jember, 2 April 2022
Sebanyak 72 mahasiswa Universitas Jember dari enam fakultas mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (KKN-MBKM) UNEJ Membangun Desa (UMD). Nantinya selama empat bulan ke depan mereka disebar di delapan desa di delapan kecamatan di Jember. Sedikit berbeda dengan pelaksanaan KKN reguler, keikutsertaan mahasiswa pada kegiatan KKN-MBKM UMD akan dikonversikan telah mengikuti perkuliahan sebanyak 20 SKS. Pelepasan mahasiswa peserta KKN-MBKM UMD dilakukan oleh Rektor Universitas Jember didampingi oleh Bupati Jember di auditorium kampus Tegalboto (2/4).
Dalam arahannya, Rektor Universitas Jember meminta mahasiswa peserta KKN-MBKM UMD agar memanfaatkan kesempatan mengabdi di tengah masyarakat sebaik-baiknya. Pasalnya wahana KKN menjadi ajang belajar bagaimana mengidentifikasi masalah di kehidupan nyata, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, serta mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari di bangku kuliah. “Dengan turut di kegiatan KKN maka Anda ditantang untuk mengorganisir sebuah program dan menggerakkan potensi yang ada. Oleh karena itu mahasiswa harus mampu berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat, dan keterampilan ini tidak selalu didapat di kelas-kelas kuliah,” pesan Iwan Taruna.
Selanjutnya Iwan Taruna juga meminta para Dosen Pendamping Lapangan (DPL) yang bertugas untuk aktif memantau mahasiswa asuhanya. Apalagi mahasiswa peserta KKN-MBKM UMD diwajibkan berkegiatan enam hari dalam seminggu “Ini adalah kali pertama penerjunan KKN dalam kerangka program MBKM, oleh karena itu saya meminta para dosen DPL selalu mendampingi mahasiswa sebab dengan demikian kita bisa mengevaluasi program ini dan melakukan perbaikan jika diperlukan mengingat dinamisnya kondisi di lapangan,” imbuh Rektor Universitas Jember.
Pesan dan harapan Rektor Universitas Jember ternyata senada dengan sambutan Bupati Jember. Dalam sambutannya, Hendy Siswanto meminta agar mahasiswa segera melakukan identifikasi masalah dengan cara berkomunikasi dengan perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga sekitar. Bahkan jika perlu menghubungi Organisasi Perangkat Daerah terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan lainnya. Hendy Siswanto yakin keberadaan mahasiswa di tengah masyarakat desa akan membantu percepatan pembangunan di desa.
“Misalnya saja jika ingin mengetahui permasalahan pertanian silahkan hubungi pengurus gapoktan, kunjungi Puskesmas untuk permasalahan kesehatan, atau segera beri solusi atas masalah buta huruf yang masih ada di tengah warga sebagai bagian dari masalah pendidikan dasar kita. Kalau langkah identifikasi masalah dan segera diikuti pelaksanaan program ini dijalankan, maka jangankan hanya konversi 20 SKS, bahkan mahasiswa bisa memperoleh 40 SKS melalui KKN-MBKM UMD. Bahkan saking banyaknya potensi desa yang belum digali, menurut saya seusai mengikuti KKN dan lulus kuliah nanti sebaiknya mahasiswa Universitas Jember membuka usaha berbasis potensi desa di Jember saja,” tutur Hendy Siswanto.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember melaporkan sebanyak 72 mahasiswa tersebut akan melaksanakan KKN-MBKM UMD hingga 30 Juni 2022. Mereka akan melaksanakan KKN dengan tema pengembangan kewirausahaan dan usaha mikro kecil menengah, pengembangan potensi pesantren, pengembangan potensi masyarakat desa terpadu, pengembangan wisata desa, pengembangan potensi sekolah/PAUD, pengembangan potensi masyarakat berbasis TIK, dan penanggulangan stunting dan sanitasi lingkungan.
“Ada delapan desa di delapan kecamatan yang menjadi lokasi penerjunan KKN-MBKM UMD yakni Desa Kertonegoro kecamatan Jenggawah, Desa Arjasa Kecamatan Arjasa, Desa Klungkung Kecamatan Sukorambi, Desa Lengkong Kecamatan Mumbulsari, Desa Sidodadi Kecamatan Mayang, Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk, Desa Panti Kecamatan Panti, dan Desa Rambipuji di Kecamatan Rambipuji,” jelas Prof. Yuli Witono.
Sementara itu kesiapan mengikuti KKN-MBKM UMD diungkapkan oleh salah satu peserta dari Fakultas Ilmu Komputer, Rio Alvi Syach. Rio dan kawan-kawan akan ditempatkan di Desa Kertonegoro Kecamatan Jenggawah. “Kami sudah melakukan survey pendahuluan, dan dari observasi tadi ternyata Desa Kertonegoro memiliki potensi UMKM, salah satunya makan ringan berbahan kedelai yang potensial dikembangkan lagi. Namun untuk program berbasis keilmuan, saya ingin membantu membangun website Desa Kertonegoro dan menyosialisasikan potensi pemasaran produk desa melalui dunia maya,” ungkap Rio yang mahasiswa asal Banyuwangi ini. (iim)