Jas Merah dan Jas Hijau di Kampus Universitas Jember

Jember, 14 Juni 2022
Dalam rangka memperingati Hari lahir Pancasila yang jatuh di tanggal 1 Juni, Universitas Jember menggelar rangkaian kegiatan Semarak Bulan Pancasila selama sebulan. Salah satu kegiatan adalah seminar bertema “Relasi Negara dan Agama Dalam Perspektif Pancasila” yang menghadirkan pembicara utama Wakil Ketua MPR RI sekaligus anggota Komisi X DPR RI, Ahmad Basarah, di auditorium Universitas Jember (14/6). Dalam pemaparannya, Ahmad Basarah mengingatkan segenap keluarga besar Universitas Jember dan seluruh hadirin untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah, bahwa keberadaan Pancasila sebagai dasar dan filosofi bangsa serta persatuan Indonesia adalah juga hasil ijtihad para ulama. Ahmad Basarah memang sengaja memberi judul paparannya di kampus Universitas Jember, Jas Merah dan Jas Hijau.

Menurut Ahmad Basarah, pada saat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) bersidang dalam rangka mencari dasar negara maka Bung Karno lah yang secara jelas dan tegas menawarkan dasar negara yang bernama Pancasila yang terdiri dari butir kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan Ketuhanan. Tawaran konsep Bung Karno kemudian diterima secara aklamasi diterima seluruh anggota BPUPK pada 1 Juni 1945. Dalam perjalanan selanjutnya Panitia 9 pada tanggal 22 Juni 1945 kemudian menghasilkan Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal pembukaan UUD.

Sebelum UUD disahkan pada 18 Agustus, Bung Hatta menemui para tokoh perwakilan Islam untuk membahas kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Akhirnya dengan ijtihad dan kebijaksanaan para tokoh Islam seperti KH A. Wachid Hasyim, KH. A. Kahar Moezakir, R. Abikoesno Tjokrosoejoso dan H. Agus Salim, maka kalimat tersebut menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebijaksanaan para ulama tersebut disambut kegembiraan luar biasa oleh para anggota PPKI.

“Jadi jangan sekali-kali melupakan sejarah atau Jas Merah atau kita akan tergilincir ! Sebab dengan ijtihad dan kebijaksanaan para ulama atau Jas Hijau, maka Pancasila diterima menjadi dasar negara serta Indonesia tetap bisa bersatu, bahkan hingga kini. Bahwa apa yang diajarkan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim jika mencintai tanah air adalah sebagian dari iman membuktikan bahwa melaksanakan ajaran Islam dan mencintai Indonesia bisa dilakukan dengan satu tarikan napas,” jelas Ahmad Basarah yang disertasinya di Universitas Diponegoro mengupas tentang sejarah kalahiran Pancasila.


Dosen luar biasa di Fakultas Hukum Universitas Jember ini lantas menegaskan jika kepentingan umat Islam telah diwadahi dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Hal ini dibuktikan dengan sekian banyak aturan perundangan yang terkait kebutuhan langsung umat Islam seperti Undang-Undang Wakaf, Undang-Undang Haji dan Umroh, Undang-Undang Perbankan Syariah, Undang-Undang Peradilan Agama hingga yang terbaru Undang-Undang tentang Pesantren. Sehingga menurutnya narasi yang mempertentangkan antara Islam dengan Pancasila, Islam dengan Indonesia sungguh tidak relevan dan ingin memecah belah Indonesia.

Selain menghadirkan pembicara utama, Ahmad Basarah, tampil sebagai pembicara adalah Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Karjono, yang hadir secara daring. Pembicara lainnya adalah Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Saad Ibrahim. Kemudian Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, M. Mas’ud Said, dan Rektor Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi, Andang Subaharianto. Seminar dihadiri dosen dan mahasiswa Universitas Jember dan perguruan tinggi lainnya di Jember dan sekitarnya.

Sementara itu dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Jember menyebutkan kegiatan seminar adalah salah satu dari sekian banyak kegiatan di ajang Semarak Bulan Pancasila. Selain seminar akan ada kuliah kebangsaan, lomba cerdas cermat Pancasila tingkat SLTA, pemilihan guru PPKN berprestasi, Pemilihan Kepala Desa mitra Universitas Jember Berprestasi dan kegiatan lainya. “Semarak Bulan Pancasila digelar sebagai perwujudan Universitas Jember yang sudah berkomitmen meneguhkan UNEJ menjadi Kampus Pancasila dan turut serta dalam mengembangkan dan membumikan nilai-nilai Pancasila,” kata Iwan Taruna.

Peresmian Taman Edukasi Kebangsaan
Sebelum menjadi pemateri dalam seminar, wakil ketua MPR RI meresmikan Taman Edukasi Kebangsaan yang berada di Universitas Jember. Dalam sambutannya, Ahmad Basarah mengutip pendapat sastrawan Estonia, Juri Lina. Menurut Juri Lina ada tiga cara melemahkan sebuah bangsa yakni kaburkan sejarahnya, hancurkan bukti-bukti sejarahnya dan putuskan hubungan dengan leluhurnya. Jika ketiga cara ini berhasil diterapkan pada sebuah bangsa maka kita tinggal menunggu hilangnya negara tersebut dari percaturan dunia.

“Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi inisiatif Universitas Jember mendirikan Taman Edukasi Kebangsaan ini agar kaum muda tahu bagaimana perjalanan bangsanya. Agar mereka tahu jika Republik Indonesia ini dibangun diatas pengorbanan keringat, darah hingga nyawa para pahlawan kita. Bahwa Indonesia menjadi negara besar karena dilandasi persatuan segenap warganya yang beraneka suku, agama, dan budaya. Sebagai perguruan tinggi yang sudah membai’at dirinya sebagai Kampus Pancasila maka keberadaan Taman Edukasi Kebangsaan menjadi bukti Universitas Jember telah membumikan Pancasila,” tutur Ahmad Basarah.

Sementara itu menurut Rektor Universitas Jember, Taman Edukasi Kebangsaan berisi mural pahlawan bangsa, keberagaman adat istiadat suku di Indonesia hingga bangunan ikonik dan rumah ibadah, serta Presiden dari masa ke masa. Setiap mural dilengkapi kode batang (QR Code) yang jika difoto dengan gawai akan memunculkan penjelasan audio visual kepada pengunjung. “Taman Edukasi Kebangsaan ini diharapkan menjadi wahana edukasi kebangsaan yang kekinian. Tidak saja bagi keluaga besar Universitas Jember namun juga bagi warga Umum. Selain belajar maka pengunjung bisa berolah raga dan bersantai di Taman Edukasi Kebangsaan Universitas Jember,” pungkas Iwan Taruna. (iim)

Skip to content