JEMBER – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember menggandeng para UMKM di Kabupaten Jember untuk menyemarakkan bulan pancasila, selain itu Fakultas Ekonomi dan Bisnis juga mekerjasama dengan Bea Cukai Cabang Jember dan Bank Indonesia Jember. Kegiatan tersebut dilaksanakan di lapangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember (28/06/2022). Dalam kegiatan tersebut dikemas dalam Forum Diskusi, Business Plan Competition dan Gelar Produk dengan tema “Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Melalui Perekonomian Daerah yang Inklusif dan Berkelanjutan”. Dengan menghadirkan Narasumber Ir. Oentarno Wibowo, MPA. Kepala Kanwil Bea Cukai Jawa Timur II Malang, Sudarta, S.E.,Ak.,MPP.,CA.,CAMS,CBTC, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember dan Donny Agustinus Waluyo, SE. Pelaku UMKM.
Menurut Prof. Dr. Isti Fadah, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember dalam wawancaranya mengatakan kegiatan ini adalah kolaborasi dengan ISEI, Perguruan Tinggi di Sekar Kijang (Besuki Raya dan Lumajang) serta mitra FEB yaitu Kantor Bea Cukai, BI Jember dan UMKM. Dengan target para peserta dapat menerapkan Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Pada kegiatan ini kami melibatkan Mahasiswa dalam lomba Paduan suara tingkat Fakultas, untuk UMKM 20 peserta, sebetulnya banyak yang mendaftar namun kerena keterbatasan tempat dan natinya kurang optimal jadi kita seleksi, dan kami prioritaskan Alumni dan binaan dari Mitra kami yaitu Bea Cukai dan BI,” katanya. dirinya berharap dalam kegiatan tersebut Fakultas Ekonomi dan Bisnis ikut berkontribusi dalam sector ekonomi dan bisnis local dan Internasional.
Ir. Oentarno Wibowo, MPA. Kepala Kanwil Bea Cukai Jawa Timur II Malang, dalam forum diskusi tersebut menjelaskan tentang Peran Bea Cukai dalam Memberikan Kemudahan Ekspor untuk UMKM dan apa urgensi Bea Cukai di Jember?.
Dirinya mengatakan tugas dari Bea Cukai ada 4 yaitu : Memfasilitasi Perdagangan Ekspor dan Impor setra kemudahan investasi, Trade Fasilitator dan Industrial Assistance, Community Protector atau Perlindungan masyarakat dan Revenue Collector atau Penerimaan Negara.
“Dalam penerimaan Negara kami mentargetkan 59 Trilliun pertahun, salah satu penerimaan Bea Culai dari bea cukai hasil tembaku dan salah satu tugas tambahan dari bea cukai dari amanah Menteri yaitu membina UMKM untuk memfasilitasi kemudahan dalam ekspor impor,” katanya.
Dirinya akan mengajak para UMKM melalui jaringan yang dimiliki oleh Bea Cukai untuk membuat suatu kegiatan webinar Internasional dengan menggandeng 5 negara yang diantaranya Jepang, Singapura, Hongkong dan Korea Selatan. “Kenapa kami menggandeng lima Negara tersebut? karena salah satu pintu masuk perdagangan ke Eropa,” lugasnya.
Lalu dirinya mengungkapkan selama pengalamannya dalam membina UMKM ada 3 kelemahan yaitu yang pertama adalah Kualitas yang belum tentu memenuhi syarat akan tetapi ada syarat dari pembeli yang tidak dapat dipenuhi, kedua adalah kuantitas dan yang ketiga adalah kontinuitas.
“tantangan UMKM saat ini yaitu Kesulitan Naik Kelas dimana usaha mikro mendominasi (99,6%) dan proporsinya tidak banyak berubah dalam 10 tahun terakhir, Minimnya akses digitalisasi dimana 25,5% UMKM yang memanfaatkan marketplace (data BI, 2022) dan Sebagian besar mengalami kendala pemasaran online karena kurangnya pengetahuan, keterbatasan SDM dan infrastruktur. Sulitnya menembus pasar Global, hanya 4,1% UMKM mampu masuk Global Value Chain dan kontribusi ekspor 15,6%,’ paparnya.
Lalu dirinya menambahkan UMKM belum produktif, sesuai data BPS 46,7% UMKM didominasi sector perdagangan, belum mampu menciptakan value added tinggi dan UMKM belum terlibat dalam rantai produksi sector usaha menengah dan besar.
“Kekurangan Layanan Finansial juga menjadi tantangan para UMKM, dimana menurut data OJK tahun 2020 menyebutkan Jumlah rekening kredit UMKM di bank baru mencapai 32,17% dari total jumlah rekening kredit perbankan dan data BI 2021 menyebutkan rasio kredit yang disalurkan kepada UMKM sebesar 21,8% dari total kredit nasional,” paparnya.
Sementara itu Sudarta, S.E.,Ak.,MPP.,CA.,CAMS,CBTC, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember, memaparkan tentang Perkembangan Perekonomian SEKARKIJANG, dirinya memaparkan gambaran umum wilayah sekar kijang yang di antaranya, Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang dan Situbondo dalam gambaran tersebut dirinya mengungkapkan selain banyak tantangan namun juga banyak peluang dimana pada tahun 2021 Ekonomi sekar kijang mengalami peningkatan 3,80% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu -2,97% kerana dilanda pandemic.
“Pertumbuhan ekonomi di sekarkijang sudah membaik pada tahun 2021 sudah positif, mendekati 4% sama halnya di Jember sudah 4%, artinya ekonomi kita sudah membaik seiring dengan mobilitas masyarakat, ini adalah peluang bagi para UMKM karena sudah dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat” katanya.
Kemudian dia memaparkan tentang tantangan pada tahun 2022 dimana tekanan Inflasi terus meningkat dan berada diatas sasaran inflasi 3±1% dibandingkat dua tahun yang lalu. Pasalnya, terjadinya kenaikan harga barang terus menerus. Tercatan di Kabupaten Jember pada mei 2022 inflasi IHK Jember sebesar 0,52%(mtm), lebih rendah disbanding bulan sebelumnya sebasar 1,43% (mtm). Realisasi inflasi yang lebih rendah disebabkan oleh rendahnya tekanan pada seluruh kelompok komuniditas ini, ditengah stabilnya pasokan pasar pacsa Hari Raya Idul Fitri sehingga berdampak terhadap lebih stabilnya permintaan domestic.
“Jika yang pertama adalah peluang karena perbaikan ekonomi dan yang kedua UMKM mengalami kenaikan biaya produksi, hal inilah yang harusnya menjadi konsen bagi para pelaku UMKM bagaimana mencari stategi lebih tepat,” harapnya.
Tiga focus kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM yaitu Korporatisasi, UMKM akan di Linkkan dengan perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap produk UMKM dengan cepat, yang kedua Kapasitas yaitu focus pada legalitas UMKM dan yang ke tiga Pembiayaan. (is)