Mulai Pelajari Budaya Polandia Sambil Menikmati Musik Klasik

Jember, 30 September 2022

Universitas Jember mengirimkan tiga mahasiswanya dalam program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) 2022. Program IISMA adalah salah satu program dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang memfasilitasi mahasiswa berprestasi merasakan kuliah di luar negeri. Mereka adalah Ajeng Gendis Purborini yang kuliah di University of Warsaw, Polandia. Rizky Soraya yang terbang ke Ceko guna kuliah di Palacky University, Olomouc, serta M. Abdul Aziz Farhan yang kini berada di Spanyol, tepatnya kuliah di University of Granada.

Pertengahan bulan September lalu mereka terbang ke negara tujuan masing-masing, bergabung dengan ratusan kolega dari Indonesia dari berbagai PTN/PTS. Selama satu semester mereka akan belajar di program studi sesuai pilihan serta belajar budaya setempat. Salah satu mahasiswa Universitas Jember, Ajeng Gendis Purborini membagikan kisah pengalamannya bagaimana merasakan tinggal di negara pesepakbola Robert Lewandowsky. Kisahnya disampaikan kepada Humas Universitas Jember melalui aplikasi What Apps.

Ajeng berfoto di depan tugu peringatan di museum Fryderyk Chopin

            Begitu tiba di ibukota Polandia, Ajeng, begitu sapaan akrabnya, entah mengapa sudah merasakan kerasan  dengan negara di wilayah Eropa timur ini. Ajeng dan kawan-kawan menjejakkan kakinya di tanah Polandia tepat pada tanggal 19 September 2022 lalu. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi, Ajeng bersama kawan-kawannya sebanyak 24 orang langsung menuju asrama mahasiswa milik kampus University of Warsaw yang beralamatkan di Ul Zamenhofa 10A, tepatnya di gedung asrama nomor empat.

Rumah Fryderyk Chopin di tengah taman botani

Pada minggu pertama di Warsawa, Ajeng dan kawan-kawan tak langsung mengikuti perkuliahan sesuai dengan pilihan program studi masing-masing. Mereka terlebih dahulu mengikuti kelas perkenalan sejarah, bahasa, dan budaya Polandia. Termasuk memberikan berbagai informasi praktis tentang seluk beluk dan bagaimana hidup di kota Warsawa. Menurutnya, dosen yang menyampaikan penjelasan sangat akrab, santai dan interaktif sehingga suasana pertemuan sangatlah menyenangkan. Tak perlu menunggu waktu lama, Ajeng dan kawan-kawan pun berinisiatif berjalan-jalan di Warsawa.

“Pilihan kami mengunjungi museum Fryderyk Chopin, pianis kelas dunia kebanggaan warga Polandia yang ada di daerah bernama Zelazowa Wola. Museum ini awalnya adalah rumah tempat kelahiran Chopin yang kemudian diubah menjadi tempat menyimpan memorabilia Chopin. Tak hanya bisa menikmati sejarah dan karya Chopin, pengelola juga mengadakan konser musik klasik secara berkala secara open air. Kami beruntung bisa menikmati denting pianis Janusz Olejniczak pada tanggal 25 September 2022 lalu. Selain menikmati musik klasik, pemandangan di sekeliling museum sangat lah indah karena merupakan taman botani yang dibelah oleh sungai yang jernih,” ujar Ajeng.

Suasana kelas perkenalan sejarah, bahasa dan budaya Polandia di University of Warsaw

Menurut Ajeng, berjalan-jalan menikmati kota Warsawa sangat lah mudah, pasalnya transportasi umum di kota ini memudahkan mobilitas warganya. Ada tiga pilihan utama transportasi umum, yakni bus kota, trem dan kereta bawah tanah atau yang biasa disebut metro. Di setiap jarak tertentu di sepanjang jalan utama selalu ada halte bus kota atau trem. Calon penumpang pun tak perlu khawatir tertinggal bus kota atau trem mengingat setiap 3 menit akan ada bus kota atau trem selanjutnya. Tarifnya pun terjangkau, rata-rata untuk satu trayek bus kota atau trem dengan waktu perjalanan selama 20 menit hanya 3,4 Zloty. Untuk diketahui 1 Zloty sama dengan sekitar 3.100 rupiah.

Suasana kelas perkenalan sejarah, bahasa dan budaya Polandia di University of Warsaw

“Transportasi umum yang murah, nyaman dan aman ini yang bikin kami suka jalan-jalan menjelajahi kota Warsawa. Tidak hanya murah, nyaman dan aman tetapi juga sangat memperhatikan kebutuhan kalangan lanjut usia dan penyandang disabilitas. Di setiap moda transportasi selalu ada kursi untuk warga lanjut usia dan penyandang disabilitas. Dan yang paling penting transportasi umum di sini tepat waktu, jadi kita bisa merencanakan perjalanan dengan baik dan nggak takut tertinggal bus kota atau trem,” tutur Ajeng yang mahasiswi Program Studi Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Tetapi jauh dari keluarga di Jember tetap saja menyisakan rasa kangen di hati Ajeng. Apalagi jika sudah berbicara mengenai makanan. Cita rasa makanan Eropa yang minim rempah membuatnya tidak terlalu cocok dengan makanan setempat. Sebenarnya ada toko bahan makanan yang menjual bumbu masakan Asia bahkan beras, namun tentu saja harganya mahal sulit terjangkau kantong mahasiswa. Tetapi di Polandia pun ada makanan yang sangat mirip dengan makanan Indonesia, yakni Pierogi. Makanan khas Polandia serupa pangsit atau dumpling yang banyak dijual mulai dari restoran hingga penjual kaki lima. Pierogi bisa berisi berbagai isian seperti sayur, daging, bahkan buah-buahan dan keju yang cara penyajiannya dapat dalam keadaan digoreng maupun direbus. Makanan di Polandia yang juga ada di Indonesia adalah kebab.

Pierogi, pangsit ala Polandia

 “Selain jalan-jalan, kami juga berusaha bersosialisasi dengan kawan-kawan mahasiswa asal Polandia. Salah satunya dengan nobar, nonton bareng saat tim nasional Polandia bertanding di ajang UEFA Nations League. Sebenarnya terbersit juga ingin nonton langsung Robert Lewandowsky main lawan Belanda di stadion bersama kawan-kawan Polandia. Tetapi ternyata tiketnya sudah ludes, antusiame warga Polandia mendukung tim nasionalnya memang luar biasa. Akhirnya kami nobar di cafe deket kampus saja. Padahal kalau dipikir mudah saja jadi fans Polandia bagi kita, tinggal bawa bendera merah putih dan dibalik saja. Jadi deh bendera Polandia,” ujar Ajeng sambil menambahkan emoticon tertawa. (iim)

Skip to content