Jember, 6 Oktober 2022
Universitas Jember mengirimkan tiga mahasiswanya dalam program Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) 2022. Program IISMA adalah salah satu program dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang memfasilitasi mahasiswa berprestasi merasakan kuliah di luar negeri. Mereka adalah Ajeng Gendis Purborini yang kuliah di University of Warsaw, Polandia. Rizky Soraya yang terbang ke Ceko guna kuliah di Palacky University, Olomouc, serta M. Abdul Aziz Farhan yang kini berada di Spanyol, tepatnya kuliah di University of Granada.
Setelah mendapatkan kisah pengalaman Ajeng di Polandia, kini giliran Rizky Soraya yang kuliah di Palacky University Olomouc mengirimkan pengalamannya. Berkesempatan kuliah di luar negeri seperti mimpi yang jadi kenyataan bagi Rizky, apalagi dia kuliah di Program Studi Hubungan Internasional FISIP yang mempelajari seluk beluk diplomasi antar negara. Namun hari-hari pertama kuliah di kota Olomouc bagi Rizky menjadi kesedihan luar biasa saat Ibunda tercintanya tutup usia, sementara Rizky berada ribuan kilometer dari tanah air. Berikut pengalamannya disampaikan kepada Humas Universitas Jember melalui aplikasi What Apps.
Tahun ini, aku berhasil terpilih menjadi salah satu dari lebih dari 900 mahasiswa Indonesia untuk mengikuti program pertukaran pelajar Kampus Merdeka, Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Batch 2 selama 1 semester. Aku bersama dengan 19 orang awardees lainnya berangkat ke Praha, Republik Ceko, pada 17 September lalu, kami bahkan berkesempatan untuk menetap selama satu malam di KBRI Praha, dan diajak untuk berjalan-jalan disekitar wilayah Praha oleh para staf KBRI Praha. Pada hari kedua kami berada di Praha, kami berangkat ke kota host university kami ke Olomouc.
Perjalanan darat dari Ibukota Republik Ceko, Praha, ke Olomouc, memakan waktu sekitar tiga jam hingga kami sampai ke asrama kampus di sore hari. Keesokan harinya, kami langsung mengikuti kegiatan perkuliahan pertama kali dengan mata kuliah Historical Olomouc, pertemuan pertama kami dalam mata kuliah tersebut membahas tentang asal-usul nama dan tahun pembentukan resmi kota Olomouc, kami juga direncanakan akan berjalan-jalan menelusuri kota Olomouc di pertemuan-pertemuan selanjutnya sebagai salah satu bentuk dari kegiatan pembelajaran observasi kami di mata kuliah tersebut.
Setelah mata kuliah pertama kami selesai, aku dan teman-teman lainnya diajak untuk menelusuri alun-alun yang berada disekitar kota Olomouc, kota ini memiliki luas yang relatif kecil, sehingga kami lumayan leluasa untuk menelusuri kota dari ujung ke ujung dalam selang waktu yang singkat. Hal inilah yang merupakan salah satu dari culture shock yang aku alami disini, karena masyarakat Indonesia, terutama Jakarta, jarang sekali berjalan kaki untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lainnya, mereka cenderung menggunakan kendaraan umum sebagai moda transportasi. Sementara masyarakat Eropa gemar untuk berjalan kaki berkilo-kilometer sebagai sarana komuter sehari-harinya.
Tidak hanya satu, banyak sekali culture shock yang aku alami semenjak menetap selama dua minggu di kota kecil yang memiliki kekayaan historis ini. Iklim adalah faktor yang paling berdampak, rombongan kami tiba menjelang musim gugur, pada musim ini, durasi siang hari menjadi lebih pendek dan suhu udara menjadi sangat dingin terutama di hari-hari tertentu. Oleh karena itu, kami seringkali harus beraktifitas ditengah dinginnya cuaca Eropa yang sebelumnya belum pernah kami rasakan sama sekali di Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis. Bahkan selama dua minggu terakhir, beberapa teman-temanku mengalami gejala-gejala penyakit flu dan pilek sebagai bentuk dari penyesuaian diri dengan cuaca disini.
Culture shock budaya juga sangat amat kami rasakan, sebagai warga negara yang berada dikawasan Asia, adat setempat masyarakat Eropa memiliki perbedaan yang sangat kontras. Sebagai contoh, masyarakat Eropa kebanyakan merupakan pribadi yang individualistis, jika dibandingkan dengan kultur di Indonesia dan Asia yang murah senyum dan sering basa-basi, masyarakat Eropa lebih senang menyendiri dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya sehingga kami jarang bahkan hampir tidak pernah bertegur sapa dengan warga lokal Olomouc.
Terlepas dari culture shock dan rintangan-rintangan bahasa yang seringkali kami hadapi, kami sangat antusias untuk mempelajari seluruh aspek kehidupan yang berada disini dan ingin mengeksplorasi lebih luas lagi. Kami juga berharap di beberapa bulan berikutnya kami dapat memanfaatkan kegiatan pertukaran pelajar ini sebagai salah satu bentuk dari networking kami di kancah internasional dengan para pelajar internasional lainnya disini, serta berkesempatan untuk mengunjungi negara-negara tetangga lainnya seperti Jerman, Polandia, Austria, dan negara-negara historis Eropa lainnya.
Dengan adanya program IISMA ini, para mahasiswa Indonesia yang dikirim ke seluruh belahan dunia pastinya akan berdampak penting di negara tujuan mereka sebagai ‘diplomat’ bagi Indonesia untuk mempromosikan budaya Indonesia ke masyarakat dan mahasiswa global. (Rizky)