Jember, 10 Oktober 2022
Pernah merasakan ditolak berkali-kali oleh penerbit buku bukannya membuat Wardatul Hasanah jadi putus asa. Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember malah tertantang. Justru Warda, begitu sapaan akrabnya, menemukan ide cemerlang dari pengalaman pahitnya ini. Warda memutuskan mendirikan sendiri usaha penerbitan buku !
“Berkali-kali saya ditolak penerbit, macam-macam alasannya. Salah satunya karena sebagai penulis pemula saya nggak punya uang untuk modal menerbitkan buku. Rasanya sakit sekali. Hingga saya berdoa, Ya Allah saya ingin punya penerbitan buku sendiri. Dan saya janji, jika sudah punya penerbitan buku maka saya akan menggratiskan biaya penerbitan buku untuk penulis pemula,” tutur Wardah memulai kisahnya hingga memiliki penerbitan buku. Siang itu Warda ditemui di sela-sela mengikuti perkuliahan di kampus FKIP Universitas Jember (10/10).
Dunia tulis menulis memang bukan hal baru bagi mahasiswi angkatan 2021 ini. Sejak duduk di kelas 8 madrasah tsanawiyah, Warda sudah gemar menulis melalui aplikasi Wattpad. Karya pertamanya adalah novel berjudul Surat Hafalan Untuk Ustadz. Hingga kini, mahasiswi asal Banyuwangi ini sudah menulis sepuluh buku, kebanyakan adalah novel bergenre romantis yang dibaluri nuansa Islam. Maklum Wardah lahir dan besar di lingkungan pesantren. Beberapa judul novelnya antara lain Allah Tahu Kamu Bisa, Hujan dan Luka, Merindu Muhammad dan lainnya.
“Pada saat itu semua penerbit menolak untuk menerbitkan buku saya, tapi saya tak pantang menyerah Saya berprinsip ketika ingin mencapai sesuatu maka saya harus berusaha mencapai target. Alhamdulillah waktu itu novel Surat Hafalan Untuk Ustadz diterbitkan oleh RFM Pramedia Jember. Buku itu juga yang menjadi titik balik dalam hidup saya sebab makin mempertebal keinginan punya usaha penerbitan sendiri,” kata Wardah.
Agar paham dunia penerbitan, Warda bekerja di sebuah penerbitan. Maksud hati ingin belajar, ternyata niatan Warda ditanggapi lain oleh si pemilik penerbitan. Warda yang memang ingin mendirikan penerbitan dianggap merecoki penerbitan miliknya. Akhirnya Warda pun dipecat dari penerbitan tersebut karena dianggap akan menjadi kompetitor.
Secercah sinar mulai muncul saat Warda diperbolehkan menggunakan usaha milik kakaknya, yakni CV. Perkasa Satu. Sang kakak mendukung Warda untuk membuat usaha penerbitan menggunakan nama usahanya. Tepat tanggal 11 Januari 2021, Warda mendirikan usaha penerbitan buku bernama CV. Perkasa Satu yang berada di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Kerja keras Warda ternyata berbuah manis. Langkah demi langkah ditapakinya, sehingga satu persatu order pencetakan buku diraihnya. Hingga saat ini sudah 170 buku dengan ISBN telah diterbitkan oleh CV. Perkasa Satu.
Walaupun menggunakan nama CV. Perkasa Satu, namun Warda membangun usaha penerbitannya dengan modal tabungannya sendiri. “Alhamdulillah, hingga saat ini CV. Perkasa Satu menjadi satu-satunya penerbitan buku di Banyuwangi yang sudah menjadi anggota Ikatan Penerbit Indonesia atau IKAPI serta berlisensi hukum karena terdaftar di KemenkumHAM sehingga bisa menerbitkan buku dengan ISBN termasuk mengurusi Hak atas kekayaan intelektual atau HAKI,” ujar Warda.
Warda pun tak lupa akan janjinya. Usaha penerbitannya punya program terbit gratis bagi penulis pemula. “Program ini merupakan program unggulan CV. Perkasa Satu yang memberikan kesempatan kepada para penulis pemula yang baru memasuki dunia kepenulisan untuk mendapatkan akses mudah menerbitkan bukunya. Dari 170 buku yang kami terbitkan, 150 buku adalah buku karya pertama penulis pemula. Silahkan teman-teman penulis pemula jika ingin menerbitkan bukunya bisa melalui kami,” imbuh Warda.
Lantas bagaimana caranya membagi waktu antara mengurusi usaha dan kuliah ? Ternyata Warda mengandalkan kekompakan tim sebagai kuncinya. Mengingat Warda ada di Jember, untuk menjalankan program dan proyek penerbitan buku maka koordinasi secara online jadi pilihannya. Namun tentu saja mau tidak mau Warda tetap turun tangan secara langsung dalam proses peenrbitan buku, seperti melakukan editing dan melayani konsultasi dengan penulis. Menurutnya yang penting cara membagi waktu agar kuliah dan usaha bisa berjalan bersama-sama.
“Saya paham, menjadi mahasiswa itu punya banyak kesibukan. Kuliah, mengerjakan tugas dan mengikuti beragam kegiatan kemahasiswaan. Tetapi semuanya tidak lantas menghalangi kreativitas kita. Tinggal bagaimana kita mengatur waktu dan membuat prioritas saja. Menurut saya mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus cumlaude, lalu mencari pekerjaan. Dia juga dituntut untuk terampil dan menciptakan lapangan pekerjaan. Jadi lulus cumlaude harus, lantas bekerja atau justru membuka lapangan pekerjaan. Kalau bisa tiga pulau terlampaui, kenapa harus satu,” pesan dari Warda. (andrie/iim)