Jember, 20 Oktober 2022
Peneliti Universitas Jember yang dipimpin Dr. Iis Nur Asyiah berhasil menemukan pupuk hayati sekaligus pengendali nematoda pertama di Indonesia. Pupuk yang diberi nama BRE-4 ini selain berhasil mengendalikan nematoda parasit pada tanaman, ternyata sukses menyuburkan tanaman, bahkan meningkatkan produktivitas tanaman. Namun jangan keliru, ada proses panjang yang menyiratkan kerja keras dan ketekunan di balik kesuksesan penemuan BRE-4. Bayangkan, proses penelitiannya sudah dimulai tahun 2010, bahkan bisa ditelusuri semenjak tahun 2002 lalu.
“Penelitian nematoda sudah saya lakukan semenjak tahun 2002 saat menempuh kuliah S3. Kebetulan saat itu ada serangan Globodera rostochiensis atau nematoda sista kentang untuk pertama kalinya pada tanaman kentang di Batu. Karena pada saat itu belum ada penelitian mengenai nematoda sista kentang, maka promotor saya menganjurkan agar saya melakukan penelitian. Itulah kali pertama saya berkenalan dengan nematoda yang kemudian berlanjut ke penelitian nematoda yang lain,” ujar Iis memulai ceritanya sambil mengingat masa pendidikan doktoralnya di Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.
Pepatah yang mengatakan proses tak akan mengkhianati hasil dibuktikan oleh Iis, ketekunannya meneliti nematoda membuahkan inovasi, bahkan membawanya ke Paris, ibukota Prancis. Ceritanya tahun 2010, Iis berkolaborasi bersama para peneliti dari Kementerian Pertanian dan Universitas Padjadjaran meneliti nematoda. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP ini mengeksplorasi rhizobakteri dan bakteri endofit yang memiliki kemampuan menyuburkan tanaman sekaligus mengendalikan nematoda parasit tanaman. Dari penelitian tersebut diperoleh beberapa isolat bakteri yang empat diantara potensi yang lebih unggul dari yang lainnya. Keempat isolat bakteri tersebut kemudian teridentifikasi sebagai Bacillus sp. dan Pseudomonas sp.
Pada tahun 2020 penelitian yang dikerjakan oleh Iis mendapatkan pendanaan dari Program Riset Inovatif Produktif (RISPRO) LPDP Kemenkeu RI dan dana hibah internal melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember. Iis pun lantas menggandeng koleganya dari Fakultas Pertanian Universitas Jember diantaranya bersama Dr. Sugeng Winarso, Lenny Widjayanthi, Ph.D., dan A. Pandu Pradana, M.Si. Dukungan pun mengalir semisal dari Puslit Kopi dan Kakao serta CV. Tiga Kreasi Bersama yang kebetulan dimiliki oleh alumnus Universitas Jember. Penelitian inilah yang kemudian melahirkan pupuk hayati sekaligus pengendali nematoda pertama di Indonesia yang dinamakan BRE-4.
“Alhamdulillah berkat penelitian BRE-4 saya diundang oleh European Society of Nematologists yang menggelar konggres nematologi internasional ke tujuh yang digelar di Paris, Prancis pada tanggal 1 hingga 6 Mei lalu. Dan yang membanggakan lagi, beberapa peneliti tertarik melakukan kolaborasi dengan tim peneliti Universitas Jember, diantaranya dari tim peneliti Michigan State University Amerika Serikat. Bahkan peneliti dari Vietnam sudah minta agar BRE-4 diekspor ke negaranya,” tutur dosen asli Garut yang lama menuntut ilmu di Jogjakarta ini.
Ketika ditanya apa resep hingga bisa tekun meneliti, Iis menjawab salah satunya adalah peneliti harus memiliki semangat berjuang dan pantang menyerah. Prinsip yang yang didapatnya saat mondok di Pesantren Al Munawwir Krapyak, Jogjakarta, semasa tahun 1985 hingga 1994. “Tentu saja keberhasilan ini semata karena ridlo Allah SWT dan dukungan kolega dosen dan mahasiswa termasuk dukungan lembaga penelitian di berbagai lembaga seperti Puslit Kopi dan Kakao, BALITSA dan BALITRI Kementan dan banyak pihak lainnya,” ungkap Iis.
Keberhasilan menemukan inovasi pupuk hayati sekaligus pengendali nematoda pertama di Indonesia tidak lantas membuat Iis berhenti meneliti. Kini Iis sudah berancang-ancang melakukan penelitian lanjutan dengan mengembangkan agen pengendali hayati lain untuk nematoda seperti Nematode Trapping Fungi (NTF) dan Nematoda Tungau Predator. “Semoga inovasi kami benar-benar dapat menjadi solusi bagi petani Indonesia agar lebih berdaya dan sejahtera,” pungkasnya.
Ketekunan Iis meneliti nematoda mendapatkan apresiasi dari Rektor Universitas Jember. Menurut Iwan Taruna, keberhasilan Iis dapat menjadi contoh bagi dosen lainnya untuk terus berkarya, meneliti dan berinovasi yang manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas. “Salut untuk Bu Iis dan kawan-kawan, semoga akan diikuti para kolega lainnya. Hasil penelitian ini kemudian dihilirisasi agar dapat dirasakan manfaatnya oleh lembaga, peneliti dan terlebih lagi bagi masyarakat luas. Inovasi Bu Iis dan kawan-kawan ini menjadi hadiah untuk Dies Natalis ke 58 Universitas Jember,” ujar Iwan Taruna. (iim)