Bondowoso. Dosen Universitas Jember yang tergabung dalam Keris-Dimas Kesuma Center melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat menginisiasi grand launching kuliner lembah raung yaitu nasi sabe’en. Acara grand launching dilaksanakan hari Ahad, 20 November 2022 di Desa Wisata Tirta Agung Desa Sukosari Kidul, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso. Hadir dalam acara tersebut M. Fadhil selaku Sekretaris Desa Sukosari Kidul yang mewakili pihak pemerintah desa dan Dani Dwi Damara selaku Ketua Pokdarwis beserta masyarakat umum maupun para pelaku UMKM yang berada di Desa Sukosari Kidul.
“Grand launching kuliner raung merupakan bagian dari program penguatan kelembagaan pokdarwis desa wisata Tirta Agung dalam persiapan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022. Sebelum acara grand launching kita sudah melakukan FGD bersama dengan pokdarwis dan BUMNDes tentang pembentukan konsep atau desain paket wisata yang meliputi agro dan eduwisata. Selain itu, menyiapkan SDM yang memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tentang strategi kreatif dan optimalisasi program-program desa wisata berbasis wisata agro dan eduwisata.” Jelas Dr. Rokhani, S.P.,M.Si. selaku Ketua Pengabdian Desa Binaan pada Kelompok Riset-Dimas Kesuma Center Universitas Jember.
ADWI merupakan program kolaborasi Kemenparekraf dengan Kementerian/Lembaga lainnya untuk menumbuhkan semangat dan harapan dalam membangun pariwisata Indonesia dengan tema “Indonesia Bangkit”. Kemenparekraf melalui ADWI ingin mengajak masyarakat desa untuk menggali potensi pariwisata yang menjadi kebanggaan Indonesia melalui 7 (tujuh) aspek penilaian Daya Tarik Pengunjung, Homestay, Toilet Umum, Suvenir, Digital dan Kreatif, CHSE dan Kelembagaan. Untuk memenuhi 7 aspek yang telah ditetapkan, maka perlu adanya persiapan dari desa dengan berkolaborasi berbagai pihak terkait untuk mewujudkan Tirta Agung sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia pada tahun 2022.
“Grand launching bertujuan untuk mempromosikan kuliner tradisional yang memiliki nilai kearifan lokal, yaitu produk nasi sabe’en. Makanan tradisional yang berasal dari masyarakat agraris di Desa Sukosari Kidul. Nasi sabe’en adalah nasi yang biasa dihantar ke sawah untuk dihidangkan sebagai makan siang para petani di sawah. Nasi ini memiliki keterkaitan dengan ritual-ritual maupun kebudayaan masyarakat Madura di Sukosari Kidul.” Lanjut Rokhani yang kesehariannya adalah staf pengajar di Program Sudi Penyuluhan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
“Ciri khas dari nasi sabe’en adalah kesederhanaan. Nasi ini kombinasi antara nasi putih dengan nasi jagung. Kemudian dicampur dengan lauk berupa ikan asin, urap, sambal,tahu dan tempe. Nasi sabe’en dijadikan sebagai ikon kuliner lembah raung karena masih menjadi kebiasaan masyarakat di Desa Sukosari Kidul. Tradisi yang masih terjaga turun temurun hingga sekarang.” Ujar Dani Dwi Damara Ketua Pokdarwis Wisata Tirta Agung.
Bagi masyarakat Desa Sukosari Kidul nasi sabe’en masih berhubungan dengan ritual Rokatan, yaitu ritual untuk memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum bercocok tanam. “Tujuannya agar hasil tanam yang dikelola sesuai dengan harapan. Selain itu, grand launching nasi sabe’en juga bagian dari melestarikan budaya leluhur.” kata Dani lebih lanjut.
Nasi sabe’en ternyata memiliki makna yang berhubungan dengan hubungan segi tiga kehidupan. Percaya kepada Tuhan sebagai Sang Pencipta, kepada sesama manusia, dan percaya kepada alam. “Di kalangan masyarakat Madura ada tradisi bernama Jun Teleng, yaitu bahwa sebagai manusia harus merawat alam. Nah, semua itu disimbolkan dalam nasi sabe’en.” Jelas Dani. Kegiatan bazaar kuliner nasi sabe’en direncanakan akan dilaksanakan setiap bulan setiap Minggu Kliwon dan bertempat di destinasi wisata Tirta Agung. Disamping nasi sabe’en juga akan dijajankan hasil kuliner UMKM ibu-ibu PKK di Desa Sukosari Kidul. Sehingga setiap satu bulan sekali masyarakat umum bisa mendatangi wisata kuliner sekaligus wisata pemandian air di Tirta Agung. Rangkaian acara grand launching nasi sabe’en dimeriahkan oleh pentas kesenian tradisional Macan Ulung, Jaran Kencak, dan tari-tarian yang mencirikan kehidupan agraris. [BAK]