Jember, 22 November 2022
Selama dua hari, Panitia Seleksi (Pansel) melaksanakan tugas menyeleksi 52 calon anggota Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Jember (21-22/11). Para calon anggota Satgas PPKS Universitas Jember ini terdiri dari 28 orang dari unsur dosen dan tenaga kependidikan, serta 24 orang peserta dari unsur mahasiswa. Selanjutnya Pansel akan memilih anggota Satgas PPKS Universitas Jember yang akan menjalani uji publik sebelum kemudian ditetapkan secara resmi oleh Rektor Universitas Jember. Pembentukan Satgas PPKS adalah amanat dari Permendikbudristek nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi.
Pelaksanaan seleksi dipimpin langsung oleh Ketua Pansel, Prof. Sri Hernawati, dengan beranggotakan Endang Cahyaningsih dan Swa Buana Iravanul Ula mewakili unsur tenaga kependidikan. Kemudian ada Linda Dwi Eriyanti dan Ebban Kuntadi yang bersama Prof. Sri Hernawati berasal dari unsur dosen. Sementara Isnindya Ramadhani M. Putri (FISIP) dan Trisna Dwi Yuni Aresta (FH) berangkat dari unsur mahasiswa. Secara marathon ketujuh anggota Pansel mengajukan pertanyaan kepada calon anggota Satgas PPKS Universitas Jember di aula lantai 2 gedung rektorat dr. R. Achmad.
“Pertanyaan yang kami ajukan berkisar pada apa motivasi mereka menjadi anggota Satgas PPKS, pengetahuan mengenai bentuk kekerasan seksual, pemahaman mengenai peraturan terkait pencegahan dan penanganan kekerasan seksual seperti Permendikbudristek nomor 30 tahun 2021 dan Peraturan Rektor Universitas Jember nomor 4 tahun 2022, apa strategi mereka dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan kampus, pengalaman selama ini dalam penanganan dan pencegahan kekerasan seksual serta program apa yang akan mereka laksanakan jika nanti terpilih sebagai anggota Satgas PPKS,” jelas Prof. Sri Hernawati yang juga Wakil Rektor II Universitas Jember.
Banyak hal menarik yang terungkap dalam seleksi anggota Satgas PPKS Universitas Jember ini. Seperti yang disampaikan oleh Fuad Bahrul Ulum, dosen di Program Studi Biologi FMIPA ini berniat menjadi anggota Satgas PPKS karena ingin membangun kultur hubungan antara dosen dan mahasiswa baru di kampus. Menurut dosen yang baru menyelesaikan doktoral di Jerman ini, sudah waktunya relasi kuasa antar dosen dengan mahasiswa dihapus, diganti dengan hubungan mitra sejajar. Artinya dosen memandang mahasiswa sebagai mitra belajar dan sebagai calon ilmuwan penerus di masa datang. Model ini sudah dipraktikkan di kampus-kampus di di luar negeri.
Sementara itu dosen Fakultas Pertanian, Ati Kusmiati dan tenaga kependidikan di Fakultas Kedokteran, Junair Lambang punya motivasi serupa. Mereka pernah melihat kejadian pelecehan seksual namun sayangnya sang korban tidak mendapatkan penyelesaian semestinya. “Saya tergerak mendaftar menjadi anggota Satgas PPKS agar bisa membantu mereka yang menjadi korban kekerasan seksual. Saya ingin turut mendampingi korban, bahkan walau tidak memiliki latar belakang psikologi saya menyempatkan diri mempelajari cara pendampingan korban kekerasan seksual,” tutur Ati Kusmiati serius.
Beberapa dosen yang selama ini dikenal memiliki concern terhadap penanganan kekerasan seksual dan sering melakukan penelitian gender juga tampak pendaftarkan diri, diantaranya Rosita Indrayati dan Fanny Tanuwijaya dari Fakultas Hukum serta Rokhani dari Fakultas Pertanian. Dalam paparannya, Rosita Indrayati berjanji jika terpilih sebagai anggota Satgas PPKS akan melaksanakan dua program urgent yakni memperkuat pendampingan bagi korban dan membuat aplikasi yang bisa menjamin siapa saja yang menjadi korban kekerasan seksual bisa melapor tanpa takut privasinya terganggu.
Para calon anggota Satgas PPKS ternyata berasal dari beragam latar belakang, seperti Dosen Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik, Eriska Dwi Putri. Menurutnya mahasiswa harus berani bersuara dan tahu bagaimana membela diri untuk memutus lingkaran setan kekerasan seksual, baik di kampus atau di lingkungan kerjanya kelak. Eriska beranjak dari pengalamannya saat bekerja di ladang minyak yang dominan pria dan rentan dilecehkan. Salah satu caranya menurut Eriska dengan memberdayakan Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang seharusnya memposisikan diri sebagai ayah atau ibu bahkan teman, agar mahasiswa percaya bahwa di kampus pun akan terlindungi mengingat memiliki tempat mengadu atau curhat.
Semangat membantu dengan cara mengabdikan ilmu juga ditunjukkan oleh dosen Fakultas Kedokteran, Muhammad Afiful Jauhani yang merupakan dokter spesialis forensik. “Saya beberapa kali diminta pendapat dan menjadi tenaga ahli di beberapa kasus kekerasan seksual. Biasanya dalam kasus-kasus kekerasan seksual maka korban takut bersuara sementara saksi dan alat bukti pun minim, akibatnya proses hukumnya jadi mandeg. Namun dengan dukungan kedokteran forensik maka sangat membantu penanganan kekerasan seksual,” katanya.
Semangat juga ditunjukkan para mahasiswa yang antusias mengikuti seleksi. Salah satunya ditunjukkan oleh Putri Ayu Salsabila yang merupakan mahasiswi di Fakultas Teknik. Walaupun masih berstatus mahasiswa baru angkatan 2022, Putri mantap mendaftar sebagai anggota Satgas PPKS Universitas Jember. Tekad Putri dilatarbelakangi pengalaman selama menjadi mahasiswi di kampus yang dominan mahasiswa. Menurutnya perlu membangun kesadaran akan kesetaraan gender dan penyadaran pencegahan kekerasan seksual terutama di fakultas yang dominan laki-laki mengingat potensi kekerasan seksual juga besar.
Sementara itu Athaya Griselda dari Fakultas Kedokteran memulai presentasinya dengan mengutip pernyataan idolanya, Najwa Shihab. “Perempuan sudah sejak awal diciutkan perannya, seakan-akan selalu di bawah laki-laki. Oleh karena itu saya tidak heran jika menemukan kasus korban kekerasan seksual pun terkadang masih disalahkan. Saya ingin mengubah pandangan ini, perempuan terutama korban pelecehan atau kekerasan seksual harus berani speaks out!”
Di akhir seleksi Ketua Pansel, Prof. Sri Hernawati mengapresiasi seluruh peserta yang bersemangat mendaftarkan diri menjadi anggota Satgas PPKS Universitas Jember. Menurutnya semangat ini menjadi awal yang baik bagi penghapusan kekerasan seksual di kampus Universitas Jember. “Tentu saja tidak semua peserta bakal menjadi anggota Satgas PPKS, namun semua potensi sumber daya manusia berkualitas yang memiliki integritas ini akan kita berdayakan mengingat upaya menuju kampus bebas kekerasan seksual membutuhkan kerjasama semua pihak dengan program yang berkelanjutan,” pungkas guru besar di Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ini. Menurut rencana hasil seleksi akan diumumkan hari Rabu, 23 November 2022 untuk kemudian anggota Satgas PPKS terpilih akan menjalani uji publik di hari Jumat, 25 November 2022. (iim)