Bondowoso, 22 November 2022
Bondowoso merupakan kota yang terkenal dengan produksi tape. Namun industri ini menghasilkan dua jenis limbah yaitu kulit singkong dan tape yang tidak sesuai dengan standar mutu dan atau tape kedaluwarsa alias tape afkir. Limbah kulit singkong dan tape afkir ini jika tidak mendapatkan perhatian maka akan menjadi masalah. Sebut saja limbah kulit singkong yang menurut data Badan Pusat Statistik secara kuantitas menjadi limbah pertanian ketiga terbesar di Indonesia setelah limbah padi dan jagung. Secara umum produksi tahunan singkong nasional mencapai 21,5 juta ton. Dari jumlah tersebut 16 persennya bakal menjadi limbah berupa kulit singkong.
Padahal menurut dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Jember kampus Bondowoso, Himmatul Khasanah, kulit singkong tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak bermutu, termasuk memanfaatkan tape afkir. Potensi ini menurut Himma, panggilan akrabnya, jika diolah akan memberikan potensi tambahan penghasilan bagi pengusaha tape dan mendukung keberadaan Bondowoso sebagai kabupaten penghasil ternak utama di Jawa Timur.
“Namun tentu saja kulit singkong dan tape afkir tadi perlu diolah terlebih dahulu, tidak boleh diberikan begitu saja kepada ternak. Pasalnya dalam kulit singkong mengandung asam sianida yang dapat memabukkan dan berbahaya bagi ternak jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kedua, perlu pengolahan lanjut untuk meningkatkan nutrisi yang ada dalam kulit singkong, caranya dengan menggunakan aplikasi teknologi fermentasi dengan statrter mikroorganisme yang membantu perombakan struktur bahan pakan dan nilai nutrisinya,” jelas Himma saat ditemui di kampus Bondowoso (22/11).
Uniknya, mikroorganisme yang akan digunakan dalam proses fermentasi berasal dari tape afkir yang merupakan hasil samping industri tape. Mikroorganisme jenis ini dalam dunia pakan ternak disebut sebaga Mikroorganisme Lokal (MOL). Contoh mikroorganisme berupa bakteri yang terlibat dalam pembuatan tape adalah bakteri jenis Bacillus yang mampu menghasilkan amylase yang melakukan tugas fermentasi amilum di tape menjadi gula atau glukosa. Merujuk pada beberapa penelitian, dalam air rebusan tape ditemukan bakteri seperti Lactobacillus fermentum, Klebsiella pneumonia, Psedomonas sp, Proteus mirabilis, Bacillus subtilis, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Lactobacillis sp, Pseudomonas aeruginosa. Mikroorganisme Lokal (MOL) ini yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk dapat meningkatkan kualitas bahan pakan melalui fermentasi.
Himma lantas menjelaskan secara garis besar pembuatan pakan ternak dari limbah kulit singkong. Berawal dari pembuatan bahan fermentasi dari tape afkir. Bahannya berupa 2 kilogram tape afkir, dedak, molases dan air. Semua bahan tadi kemudian dicampur rata dan dimasukkan ke dalam botol atau wadah tertutup untuk disimpan selama 7 hari. Kemudian siapkan limbah kulit singkong yang sudah dipotong kecil seukuran 2 sentimeter bersama jerami padi secukupnya. Komposisinya adalah 30 persen kulit singkong dicampur 70 persen jerami. Campur semua bahan tadi dengan bahan fermentasi dari tape afkir dan simpan dalam tempat tertutup selama 21 hari.
Himma menambahkan, usaha peternakan di Indonesia menghadapi dua tantangan utama, yakni faktor lingkungan tropis yang ditandai dengan iklim panas dan kelembaban tinggi, serta kondisi peternakan rakyat yang umumnya peternakan kecil (small holder farmer). Kedua tantangan ini berdampak kualitas pakan yang rendah baik dari sisi kecernaan dan kandungan nutrisinya. Padahal pakan ternak merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya ternak dan menjadi penentu dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Oleh karena itu pakan ternak dari limbah kulit singkong bisa menjadi alternatif di saat pakan hijauan sulit dicari oleh peternak.
“Oleh karena itu Program Studi Peternakan terus berusaha mengenalkan pakan ternak ini kepada pelaku usaha tape dan peternak. Salah satunya dengan memberikan pelatihan pembuatan pakan ternak alternatif ini kepada karyawan dan pengusaha tape merek Tape 57 di Desa Sumber Tengah, Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso pada 11 dan 18 September 2022 lalu. Ada lima belas orang peserta yang mengikuti pelatihan ini. Kami berharap pakan ternak dari limbah kulit singkong ini bisa menjadi alternatif pakan sebab dalam observasi kami pakan ini mudah dicerna oleh ternak. Sekaligus mengurangi limbah kulit singkong dan memanfaatkan tape afkir. Artinya membantu pendapatan pelaku usaha industri tape sekaligus menyukseskan Bondowoso sebagai pengahsil ternak di Jawa Timur,” pungkas Himma. (iim)