Jember, 25 November 2022
Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Jember yang biasanya berkecimpung pada masalah kesehatan mendapatkan pengetahuan baru. Hari Jumat pagi mereka mendapatkan kuliah umum filosofi naga, hewan khas Tiongkok dari penulis buku dan pakar pemasaran William Yang (25/11). Menurut penulis buku serial filosofi kepemimpinan Secret of The Dragon, pada hewan mitologi naga ada sebelas filosofi penting yang bisa menjadi pembelajaran bagi lembaga atau pribadi dalam mengarungi hidup. William Yang mengungkapkan, filosofi naga ini dulunya hanya diturunkan kepada calon kaisar Tiongkok atau pemimpinan pilihan.
William Yang memulai kuliahnya dengan penjelasan bahwa sebenarnya sosok naga, mahluk yang digambarkan memiliki kekuatan super sebenarnya merupakan gabungan dari banyak keunggulan hewan lain. Dan setiap keunggulan mengandung filosofi unik. Pertama, naga memiliki mata harimau yang dikenal sebagai raja rimba. Jadi, untuk memulai langkah sebagai pemimpin maka seseorang harus terlebih dahulu memiliki cita-cita atau tujuan. Kedua, kupingnya adalah kuping sapi, seperti diketahui sapi adalah mahluk pekerja keras yang digambarkan menjadi sahabat setia petani. Ketiga, naga memiliki kepala mirip unta, hewan yang tabah dalam mengarungi gurun pasir.
Sang naga juga memiliki taring serigala, hewan yang menerapkan kerjasama tim dalam memburu mangsanya. Naga juga memiliki janggut kambing, lambang sikap rendah hati. Tak hanya janggut ternyata naga memiliki kumis lele, kumis yang berfungsi bak radar alias memiliki daya kepekaan terhadap lingkungan. Sosok naga juga memiliki tanduk rusa yang anggun, artinya seseorang atau lembaga wajib punya kharisma. Naga pun memiliki cakar elang, burung yang sering terbang tinggi namun memiliki keunggulan melihat mangsa yang ada jauh di bawah. Elang mampu melihat secara holistik.
“Kesembilan, bentuk badan naga mengambil bentuk ular yang gerakannya luwes, maka kita pun harus fleksibel dalam setiap gerak langkah. Selanjutnya ekor naga bak air yang turun mengalir, melambangkan sikap dalam menghadapi banyak orang kita tidak boleh arogan dan saklek. Terakhir alis naga mirip alis para pertapa atau bhiksu yang dikenal sebagai sosok bijaksana dalam cerita-cerita kuno Tiongkok. Ini artinya setiap saat kita harus mau melakukan refleksi diri, mengevaluasi apa saja yang sudah kita lakukan dan menentukan langkah selanjutnya,” jelas William Yang saat memberikan penjelasan secara daring.
Menariknya, tidak hanya memaparkan filosofi naga, penulis yang sudah banyak mengarang buku ini juga memberikan penjelasan filosofi diseputar naga. Seperti mengapa naga sering dipasangkan dengan harimau ? William Yang menyebutkan dalam filosofi Tiongkok mengenal konsep yin-yang, maka naga menggambarkan sisi keras atau yang. Sementara harimau adalah lambang yin yang lembut. Keduanya kekuatan yang selalu berjalan beriringan dan tak bisa dipisahkan.
“Dalam cerita rakyat Tiongkok naga digambarkan sebagai kekuatan yang suka hadir secara terang-terangan bahkan jika muncul ditandai dengan suara guntur nan keras. Sementara harimau sebaliknya, mengendap-endap saat mencari mangsa. Dan ketika tiba saatnya maka melompat menerjang sasaran, bergerak dalam sunyi. Kedua sisi yin-yang ini, menyertai kita saat mencapai tujuan. Maka kita harus tahu kapan memainkan sisi yin dan kapan bergerak dengan kekuatan yang,” ujar penulis novel The Taipan Trilogy ini.
Filosofi di seputar naga selanjutnya adalah adanya pedang langit dan golok pembunuh naga. Dua senjata ampuh yang muncul di novel silat karangan Jin Yong ini ternyata juga memiliki kandungan nilai filosofis yang dalam. Pedang langit melambangkan kekuasaan atau kuasa Tuhan, sementara golok adalah senjata serbaguna yang umum dimiliki oleh kalangan rakyat jelata dalam bekerja. Ternyata kedua senjata yang dikisahkan dalam novel silat ini memiliki hubungan erat dengan sosok naga.
“Jadi walaupun seseorang atau lembaga sudah menerapkan nilai-nilai filosofis dalam personifikasi naga, dan berhasil menduduki peringkat atas atau seseorang menjadi pemimpin besar, namun harus tetap disadari bahwa kesuksesan itu juga karena campur tangan Tuhan. Dan ingat, jika sudah berada di atas atau menjadi penguasa, harus senantiasa memberikan manfaat bagi banyak orang sebab jika hanya berorientasi pada keuntungan semata atau justru merugikan orang banyak maka bisa-bisa ‘terbunuh’ oleh golok pembunuh naga tadi. Digulingkan oleh kekuatan rakyat kecil,” ungkap William Yang dengan serius.
Sesi kuliah umum lantas dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori dr. Supangat, M.Kes., PhD., Sp.BA. Salah satu mahasiswa FK Universitas Jember angkatan 2020, Pandega Dirgantara menanyakan apa ada tips agar mahasiswa sepertinya yang memiliki banyak ide bisa sukses berkarier, bahkan berhasil dalam usaha. Pasalnya walaupun kuliah di FK Universitas Jember, dirinya punya banyak ide bisnis dan ingin juga mewujudkannya. Tips yang berasal dari filosofi naga.
“Tentu saja dalam mencapai tujuan harus melalui tahapan, dan tidak semua nilai filosofi naga sudah kita miliki. Namun paling tidak harus ada tiga nilai sang naga yang harus kita miliki, yakni mata harimau alias memiliki tujuan, kemudian ketekunan dan kerja keras bak seekor sapi dan punya kesabaran seperti unta yang berjalan di tengah hamparan luas gurun pasir. Nanti, nilai-nilai filosofis lainnya akan tumbuh seiring proses berjalannya waktu,” jawab William Yang memberikan resep berusaha.
Dalam kesempatan sebelumnya, ketua panitia kegiatan kuliah umum, Dr. dr. Hairrudin, M.Kes., mengatakan, tujuan kegiatan kali ini adalah memantapkan misi FK Universitas Jember menjadi pusat Agromedis terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2025. Kedua, dalam era Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), maka mahasiswa FK pun diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mempelajari keilmuan lainnya guna mendukung keberhasilannya sebagai seorang dokter kelak selepas lulus.
“Kegiatan kuliah umum hari ini yang bertema Menjelma Naga, Agromedis Taklukan Asia Tenggara, memberikan kesempatan bagi mahasiswa kami untuk belajar banyak hal. Sebab nantinya mereka tidak hanya sekedar sebagai dokter tapi bisa menjadi pemimpin organisasi entah memimpin rumah sakit, memimpin dinas, sebagai direktur klinik dan lainnya. Sehingga bekal ilmu kepemimpinan dan pemasaran sangatlah penting. Kedua, di era globalisasi maka perubahan datang sangat cepat maka kami ingin mempersiapkan lulusan yang adaptif terhadap perubahan jaman,” kata Dr. dr. Hairrudin, M.Kes. (iim)