Jember, 27 Desember 2022
Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna, melepas 172 mahasiswa peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan II. Mereka berasal dari 41 PTN/PTS dari berbagai kota di Indonesia yang inbound di Kampus Universitas Jember, hari Senin sore (26/12). Dalam sambutan pelepasannya, Iwan Taruna berharap para mahasiswa yang berasal dari PTN/PTS di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Nusa Tenggara dapat membawa pengalaman berharga selama merasakan tinggal dan kuliah di Universitas Jember. Pasalnya ada Indonesia mini di Jember.
Indonesia mini yang dimaksudkan oleh Iwan Taruna adalah keberagaman suku dan budaya yang ada di Jember. Hal ini tidak lepas dari sejarah Jember yang selama ratusan tahun menjadi daerah tujuan mencari nafkah bagi banyak orang dari berbagai daerah di pulau Jawa dan luar Jawa mengingat tanahnya yang subur. Para pendatang ini berasal dari berbagai suku di pulau Jawa sendiri, Madura dan Banyuwangi bahkan luar Jawa. Tak heran jika Jember dan daerah sekitarnya memiliki budaya unik yang dikenal sebagai budaya Pandhalungan yang merupakan perpaduan berbagai budaya.
“Contohnya tak perlu jauh-jauh, saya campuran Madura dan Jawa. Ketua LP3M, Pak Albert Tallapesy dari namanya saja kita tahu dari Maluku tapi fasih berbahasa Madura. Begitu pula penanggungjawab kegiatan Program PMM angkatan kedua di Universitas Jember, Bu Iis Nur Aisyah yang asli Garut Jawa Barat namun bahasa Jawa kromo inggilnya melebihi saya karena lama kuliah di Yogyakarta. Kesemua budaya tadi menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk berkembang. Saya berharap program PMM mampu membentuk intelektual muda yang berbhineka tunggal ika,” pesan Iwan Taruna saat melepas peserta di aula lantai 5 Gedung Soedjarwo.
Rektor yang sore itu didampingi Wakil Rektor I lantas mengajak seluruh peserta untuk meresapi tujuan Program PMM yang bertujuan meningkatkan wawasan kebangsaan, cinta tanah air, serta memiliki pemahaman tentang kebinekaan dan toleransi. Menurutnya para mahasiswa tak boleh lupa jika Indonesia dibangun berdasarkan kemajemukan dan sepakat merdeka dengan kondisi beragam suku, agama, budaya dan adat istiadat. Keberadaan program PMM menjadi wahana pengembangan karakter bagi generasi muda Indonesia.
Sebelumnya dalam laporannya, salah satu dosen pembimbing Modul Nusantara pada Program PMM angkatan II, Eko Suwargono menjelaskan, ada dua program besar yang dijalankan. Pertama, Program Kebhinekaan, mahasiswa dari beragam budaya diperkenalkan dengan budaya lokal sembari merefleksikan kearifan lokal yang ada. Seperti diajak tinggal di pondok pesantren, mengikuti kegiatan di sanggar seni budaya dan lainnya. Kedua, para mahasiswa diajak membuat program sosial yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Penjelasan lantas ditambahkan oleh penanggung jawab Program PMM angkatan II Inbound Universitas Jember, Iis Nur Aisyah. Menurut Iis, dari data Kemendikbudristek, terdapat lebih dari 35 ribu mahasiswa pelamar dari 481 PTN/PTS dengan 138 PTN/PTS penerima yang terlibat dalam Program PMM angkatan II. Dari jumlah pelamar tadi hanya 12 ribu lebih mahasiswa yang lolos seleksi dan mengikuti program yang dilaksanakan mulai 20 Agustus hingga 26 Desember 2022. Khusus Universitas Jember menerima 172 mahasiswa dari 41 PTN/PTS di Indonesia.
Keseruan mengikuti Program PMM angkatan II diceritakan oleh Neta Nia Limbong, mahasiswa asal Universitas Negeri Medan ini berkesempatan tinggal di Pondok Pesantren Ulul Azmi Bondowoso, walaupun Neta adalah mahasiswi non muslim. “Saya juga turut bangun jam tiga dini hari sebab aturannya memang semua santri harus bangun untuk sholat tahajud. Jadi saya berusaha mengikuti program yang diberlakukan di Pesantren Ulul Azmi ini. Selama tinggal bersama Ibu kost di lingkungan pondok saya diperlakukan bak anak sendiri, kalau kami nggak masak hari itu maka tinggal minta makan sama Ibu Kost. Pokoknya semua orang di pesantren baik kepada saya,” cerita Neta yang berasal dari Program Studi Ilmu Gizi Universitas Negeri Medan.
Sementara itu koleganya, Rusti Maya dari Universitas Sulawesi Barat merasa seperti tinggal di rumah sendiri selama di Jember. Pasalnya penerimaan masyarakat Jember, baik sesama mahasiswa maupun warga Jember baik kepadanya. “Saya bisa menjalani semua program perkuliahan dengan baik selama di Fakultas Keperawatan Universitas Jember, termasuk kala berinteraksi dengan warga. Warga sekitar kampus menerima kami dengan baik. Banyak pengalaman menarik selama di Jember, tapi yang pasti mengikuti Program PMM membuat saya memiliki banyak kawan baru dari seluruh Indonesia,” kata Rusti Maya.
Acara pelepasan kemudian dilanjutkan dengan unjuk penampilan para peserta Program PMM angkatan II sekaligus berpamitan dengan dosen pembimbing dan mentor yang merupakan mahasiswa Universitas Jember. Sebelumnya pada tanggal 28 Oktober 2022 para mahasiswa dari beragam daerah ini telah menampilkan budaya daerah masing-masing dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda. Di akhir kegiatan Rektor Universitas Jember mengutip motto rumah makan Padang.
“Jika Anda senang maka sampaikan ke khalayak luas. Jadi tolong sampaikan pengalaman baik dan keunikan budaya beserta kearifan lokal di jember dan sekitarnya kepada kawan dan saudara di kampung halaman. Tetapi jika ada hal yang kurang baik, sampaikan kepada saya sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan Program PMM angkatan ketiga tahun depan. Walau hanya empat bulan, namun Program PMM menorehkan pengalaman tak terlupakan seperti mottonya, bertukar sementara bermakna selamanya,” tutur Iwan Taruna yang tampak terharu sore itu. (iim)