Ketua LP2M, Prof Yuli Witono menyampaikan laporan
Jember, 3 Januari 2023
Rektor Universitas Jember berharap mahasiswa peserta Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mampu membawa desa lokasi KKN-nya naik kelas. Naik kelas ini berarti program yang dilaksanakan benar-benar memberikan manfaat nyata bagi warga desa. Agar mampu memberikan sentuhan perubahan tadi, maka mahasiswa diminta cermat, kreatif dan inovatif melihat potensi dan tantangan setiap desa. Oleh karena itu Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) sebagai penyelenggara program KKN terus berusaha membekali mahasiswa dengan berbagai bekal kemampuan agar harapan desa naik kelas akan terwujud.
Seperti yang dilaksanakan oleh LP2M yang hari Selasa pagi menggelar kegiatan Panggung Inspirasi bertema “Penggalian Potensi Desa Untuk Mewujudkan Desa Naik Kelas” di gedung Auditorium (3/1). Hadir sebagai pemateri adalah tiga alumni Universitas Jember yang sudah terbukti mampu menjadi penggerak desa sehingga desanya jadi naik kelas. Pemateri keempat adalah Staf Community Development PT. Pertamina Hulu Energi Ogan Komering Raja Temprinal-Palembang, Richa Amalia. Kegiatan ini diikuti oleh 487 mahasiswa yang akan mengikuti program KKN periode I tahun akademik 2022/2023.
“Saya mengapresiasi inisiatif LP2M membekali peserta program KKN dengan cara menghadirkan alumnus Universitas Jember yang sudah sukses menjadi penggerak di desanya. Kegiatan ini akan memberikan inspirasi dan semangat bagi peserta KKN untuk mereplikasikan kisah sukses mereka tadi di lokasi KKN. Harapannya desa akan naik kelas berkat program yang dimotori mahasiswa selama KKN. Selain bermanfaat bagi warga desa, program KKN berguna bagi mahasiswa karena mendapatkan pengalaman, wawasan, pengembangan diri serta kompetensi yang tidak bisa didapat di bangku kuliah,” pesan Iwan Taruna.
Inspirasi pertama disampaikan oleh Hasan Basri yang sukses mengembangkan pertanian organik di Desa Tlogo Sari, Bondowoso. Hasan menyarankan mahasiswa peserta KKN cermat mengamati potensi dan masalah di desa, pasalnya ide kreatif bisa muncul dari hal sederhana. Seperti yang dilakukannya saat mulai membuat pupuk organik dari kotoran ternak seperti sapi atau kambing. Ide ini diawali dari masalah petani yang susah mendapatkan pupuk kimia, sementara di saat yang sama desa memiliki potensi kotoran ternak yang belum dimanfaatkan. Maka jadi lah usaha pupuk organik ber-merk Tretan Tani. Tak hanya membuat pupuk organik, Hasan dan kelompoknya sukses melebarkan saya bisnis ke beras organik hingga desa wisata.
“Saya melihat dari setiap sapi dapat menghasilkan kotoran delapan hingga sepuluh kilo per harinya. Ini potensi yang terbuka dikembangkan, akhirnya tercetus ide pupuk organik. Kami menggandeng warga dengan cara memberikan sarana pendukung serta membeli kotoran ternak mereka secara rutin. Duitnya bisa dicairkan nanti saat bulan puasa pas menjelang hari raya Idul Fitri. Jadi pesan saya, jika Anda nanti terjun ke desa jangan banyak sosialisasi nanti warga bosan. Bikin program dan segera aplikasikan sebab warga desa butuh contoh nyata,” jelas Hasan Basri yang alumnus Fakultas Pertanian Universitas Jember ini.
Pemateri kedua adalah alumnus Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember yang kini sukses memimpin Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Miftahun Najah Kalibaru, Banyuwangi, Rizal Dhofiri. Baru berdiri lima tahun lalu tetapi PKBM Miftahun Najah telah meluluskan 1.600 peserta yang kini melanjutkan ke berbagai lembaga pendidikan lanjutan. Rizal juga berhasil membawa PKMB Miftahun Najah mengembangkan bisnis dari warung, ternak lele organik, ternak ayam broiler hingga kebun kopi sehingga PKMB Miftahun Najah menjadi PKMB terbaik se-Jawa Timur tahun 2019 lalu.
Sementara itu CEO Teluge Agro, Abdul Wahab Setiawan yang merupakan alumnus Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian menceritakan pengalamannya menjadi wirausaha berbasis pertanian di kecamatan Bayan, Purworejo. Wahab memilih mengembangkan pisang karena pisang bisa ditanam di lahan kurang produktif dan bisa dipadupadankan dengan tanaman lain. Pisang bisa dipanen tanpa melihat musim sehingga bisa dikembangkan kapan pun, tak heran jika Indonesia penghasil pisang nomor tiga sedunia.
“Bahkan pisang bisa ditanam di lahan mana pun. Oleh karena itu saya sarankan mahasiswa peserta program KKN untuk mendata lahan yang tidak dipakai di desa, nanti laporkan ke saya sebab bisa menjadi awalan kerjasama, akan saya bantu dengan bibit pisang. Ayo berjejaring dan menyebarluaskan informasi yang baik agar petani berdaya dan desa makin makmur,” ujar Wahab yang semasa kuliah dulu menjadi mahasiswa Iwan Taruna, Rektor Universitas Jember.
Pada kesempatan sebelumnya, Ketua LP2M Universitas Jember, Prof. Yuli Witono menjelaskan pihaknya sengaja mengundang alumnus berprestasi yang sesuai dengan tema program KKN kali ini. Yakni tema pengembangan kewirausahaan, tema membangun literasi desa, tema desa wisata serta tema membangun ketahanan pangan. Harapannya mahasiswa akan memiliki gambaran program yang akan diwujudkan di desa berdasarkan pengalaman yang dipaparkan para pemateri. “Untuk program KKN periode I tahun akademik 2022/2023 diikuti oleh 487 mahasiswa yang akan dibimbing oleh 22 Dosen Pembimbing Lapangan, mereka akan diterjunkan ke Jember dan Bondowoso,” imbuh Prof. Yuli Witono. (iim)