JEMBER, 23 Januari 2023- Fakultas Pertanian Universitas Jember terus mendorong petani Kelor dapat memasarkan produknya kepasar internasional (eksport), hal itu diungkapkan Prof. Sutriono, Dekan Fakultas Pertanian dalam kunjungannya (22/01/2023) yang sekaligus menyerahkan alat penyulingan daun kelor kering dan alat presing biji kelor di Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Jawa Timur.
Prof. Sutriono yang sekaligus ketua tim peneliti tanaman kelor mengatakan, potensi tanaman kelor yang berada di tersebut sangat besar dengan dibuktikan sejak tahun 2014 masyarakat tersebut terus berinovasi dalam mengolah produk-produk turunan dari tanaman tersebut.
“Saya meyakini dengan potensi yang ada, dukungan dari berbagai pihak dalam mengembangkan potensi ini akan berdampak meningkatnya ekonomi masyarakat di Desa Pakandangan ini,” kata Guru Besar Universitas Jember ini.
Dirinya akan terus memberikan pendampingan kepada para petani hingga terbentuk pasar baru, dengan alat penyulingan tersebut para petani dapat mengolah bahan baku kelor kering atau basah menjadi pewangi ruangan sedangkan alat presing biji kelor untuk membuat minyak oles dengan kasiat melembabkan, menghaluskan dan untuk menjaga kulit kepala dengan kandungan polifenol, flavonoit, vitamin C dan anti oksidan.
“Nilai kandungan yang ada pada biji kelor dan daun kelor sama, namun biji kelor dapat meningkat kandungannya jika di sangrai. Dalam perkembangannya para petani telah banyak membuat turunannya yaitu obat herbal dalam bentuk kapsul, teh celup, keripik, masker, kerupuk, tepung dan makanan ringan,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, nilai ekonomi produk tersebut sangat tinggi dengan bahan baku yang sangat melimpah. “Saya berharap masyarakat konsisten dalam mengembangkan produk tersebut dan tentunya akan kami dampingi dengan riset-riset yang kami lakukan,” harapnya.
Sementara itu, Ahmad Nurdin, ketua Kelompok Tani yang sekaligus di Direktur CV. Nurul Jannah mengatakan kontribusi yang diberikan Universitas Jember dalam mengangkat perekonomian masyarakat dengan riset dan pengabdiannya lebih terukur dan terarah sehinggi progaram tersebut langsung dirasakan oleh masyarakat salah satunya pendampingan budidaya tanaman kelor tersebut.
“Fakultas Pertanian sejak lama telah mendampingi kami, tak hanya mendampingi lewat riset, namun bagaimana cara memasarkan produk-produk kami di pasar nasional hingga eksport,” katanya.
Lalu dirinya mengungkapkan untuk bahan baku daun kelor mudah di dapatkan dan harga bahan baku relatif murah di kisaran Rp. 3.500/Kg. sedangkan harga tepung daun kelor Rp. 200.000/Kg.
“Kurang lebih ada 50 hektar pohon kelor organik yang tersebar di wilayah kecamatan Bluto, jadi kami tidak khawatir kehabisan bahan baku,” katanya.
Lalu dirinya berharap juga ada peran pemerintah untuk mendukung produk lokal yang ada di Kabupaten Sumenep. (is)