Jember, 24 Maret 2022
Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Muldoko, mendorong perguruan tinggi untuk terus melakukan riset di bidang ketahanan pangan dan energi. Kedua, membantu sosialisasi kebijakan pemerintah terkait ketahanan pangan dan energi kepada masyarakat melalui Trid Dharma Perguruan Tinggi. Pasalnya dunia saat ini tengah menghadapi tiga masalah besar, yakni krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan. Dorongan ini diberikan oleh Muldoko saat memberikan kuliah umum bertema “Ketahanan Pangan dan Energi Untuk Indonesia Maju” di Gedung Auditorium Universitas Jember (24/3).
Menurut Muldoko, krisis pangan disebabkan adanya kebijakan masing-masing negara yang ingin melindungi produk domestik, fenomena konversi produk pangan menjadi energi dalam bentuk biofuel dan peristiwa gagal panen gara-gara perubahan iklim. Kesemuanya diperparah dengan kejadian perang antara Rusia dengan Ukraina. Gabungan faktor tersebut menjadikan harga produk pangan melejit.
“Oleh karena itu pemerintah bersiap menghadapi fenomena alam El Nino yang membawa dampak kekeringan dan mundurnya musim hujan. Fenomena El Nino diperkirakan melanda Indonesia pada sekitar Desember 2023. Padahal pada bulan tersebut sudah mulai memasuki masa panen raya padi. Kita harus mengantisipasi potensi gagal panen yang mungkin terjadi sehingga tidak menimbulkan gejolak, apalagi tahun 2024 adalah tahun politik,” jelas Muldoko yang sudah dua kali ini mengunjungi kampus Universitas Jember.
Khusus untuk mengatasi krisis pangan, menurut Muldoko pemerintah sudah banyak melakukan usaha, baik melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Diantaranya melalui usaha peningkatan produksi pangan, pembukaan lahan pertanian baru melalui food estate, termasuk menggalakkan pupuk organik. Oleh karena itu Muldoko mengapresiasi langkah Universitas Jember yang telah banyak menghasilkan produk penelitian terkait ketahanan pangan.
Pada sesi diskusi, muncul pertanyaan dari salah satu mahasiswa Universitas Jember, Anas Musthofa dari Fakultas Hukum. Dirinya menanyakan mengapa petani Indonesia sudah menerima inovasi dan teknologi baru ? Peserta lain juga menanyakan keberpihakan pemerintah bagi petani dan nelayan serta masalah klasik, kurangnya pupuk bagi petani.
“Masalah petani kita adalah kepemilikan lahan yang sempit, tak punya modal dan akses ke teknologi yang masih kurang. Pemerintah sudah berusaha memberikan lahan melalui beragam cara seperti perhutanan sosial dan bantuan kredit ringan. Khusus untuk di bidang teknologi, saya berharap perguruan tinggi turut mengambil peran, dan itu sidah ditunjukkan oleh Universitas Jember melalui hasil-hasil penelitiannya seperti tepung Mocaf, tebu tahan kering dan pupuk hayati sekaligus pembasmi hama,” kata Muldoko.
Sebelumnya dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Jember menilai kegiatan kuliah umum bertema ketahanan pangan sesuai dengan visi dan misi perguruan tinggi yang dipimpinnya. “Soko guru perekonomian Indonesia adalah pertanian, sebagian besar penduduknya pun petani. Oleh karena itu memperkuat dasar pertanian dengan menyejahterakan petani menjadi kunci. Dan Universitas Jember memiliki visi dan misi mengembangkan dan memajukan agroindustri, maka kuliah umum ini menjadi bermakna agar sivitas akademika Universitas Jember mendapatkan informasi langsung dari sumbernya,” ujar Iwan Taruna.
Sebelum memberikan kuliah umum, Kepala Staf Kepresidenan RI menyempatkan mengunjungi Taman Edukasi Kebangsaan yang berada di Fakultas Hukum dan melaksanakan ibadah sholat Jumat di masjid Al Hikmah. (iim)