Jember, 3 April 2022
Secara umum angka penderita autis di dunia makin meningkat. Guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami apa itu autis, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan setiap tanggal 2 April sebagai World Autism Awaraness Day (WAAD). Kegiatan WAAD tahun 2023 juga diperingati di Universitas Jember dengan melibatkan seluruh fakultas di rumpun kesehatan seperti Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Farmasi dan Fakultas Keperawatan dengan dibantu mahasiswa Fakultas Teknik. Kali ini peringatan WAAD 2023 dipusatkan di halaman UNEJ Medical Center (UMC) di hari Minggu sore (2/4).
Menurut ketua panitia kegiatan, Dr. dr. Chandra Bumi, M.Si., kegiatan peringatan WAAD 2023 Universitas Jember bertujuan memberikan informasi dan penyadaran kepada masyarakat mengenai apa itu autis. Pasalnya hingga saat ini masih ada kesalahpahaman mengenai autis, bahkan penderitanya tidak mendapatkan penanganan yang seharusnya. Padahal menurut data PBB, setiap tahun penderitanya semakin meningkat, diperkirakan dalam setiap 100 hingga 150 kelahiran maka ada satu anak yang terindikasi menderita autis.
“Hingga saat ini para ahli menengarai penyebab autis bermula pada saat ibu hamil menerima paparan polusi, asap rokok, konsumsi alkohol dan lainnya. Juga terdapat faktor genetis. Oleh karena itu deteksi dini dengan memeriksakan ibu hamil secara rutin ke dokter menjadi keharusan, selain dengan mengkonsumsi makan bergizi dan vitamin selama sang ibu hamil,” jelas Chandra Bumi yang juga Kepala UMC ini.
Pria yang juga epidemiolog di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember ini berharap orang tua yang dikaruniai anak autis menerima dan memahami kondisi ini karena autis masih belum bisa disembuhkan namun hanya bisa dikontrol. Oleh karena itu orang tua dan keluarga serta masyarakat umum harus mendapatkan informasi yang tepat agar penanganan anak autis bisa dilakukan semenjak dini.
“Diperkirakan ada empat juta penderita autis di Indonesia. Para penderita ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan perlu mendapatkan fasilitas yang dapat menyalurkan kemampuan mereka, yakni anak autis memiliki daya ingat yang kuat dan bisa fokus terhadap satu hal. Sayangnya kita masih berkutat pada masalah kematian ibu dan anak, kurang gizi serta penanganan stunting sehingga penderita autis belum tertangani dengan lebih baik. Oleh karena itu kami berharap peringatan World Autism Awareness Day di Universitas Jember menggugah kesadaran warga Jember untuk turut peduli akan autis,” imbuh Chandra Bumi.
Peringatan World Autism Awareness Day di Universitas Jember diramaikan berbagai kegiatan semisal penampilan anak-anak autis yang menampilkan unjuk kebolehan menari dan menyanyi. Serta didukung beragam komunitas di Jember seperti komunitas Kebayaan, Jember Dance School hingga Polres Jember dan lainnya. Hujan yang turun di sore itu pun tidak lantas menyurutkan para peserta untuk menampilkan aksi terbaiknya.
“Pelibatan berbagai komunitas di Jember dalam upaya menyebarluaskan apa itu autis sehingga nantinya makin banyak warga Jember yang paham akan penanganan autis,” tutur koordinator acara, Nunung Hayati, dosen Fakultas Teknik yang juga memiliki buah hati autis. (iim)