Jember, 19 Juni 2023
Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Jember mengadakan kegiatan GEMA KRISNA (Gebyar Pameran Karya Tradisi Lisan) di lokasi Taman Edukasi Kebangsaan Kampus Tegalboto Universitas Jember (17/6). Menurut ketua panitia kegiatan, Alfina Oktavianti, GEMA KRISNA adalah pameran produk yang berbasis pada tradisi lisan yang ada di Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan kolaborasi antar dua angkatan, sebagai pemenuhan tugas akhir mata kuliah Tradisi Lisan yang ditempuh oleh mahasiswa PBSI FKIP angkatan 2020. Sementara mahasiswa angkatan tahun 2022 menjadi event organizer-nya.
“Kegiatan GEMA KRISNA juga bertujuan untuk melestarikan tradisi lisan yang hidup dan berkembang di nusantara melalui cara yang kekinian dan kreatif. Misalnya produk yang kami ciptakan berbasis pada tradisi lisan nusantara seperti dongeng, pantun, mantra, cerita rakyat atau tradisi lisan lainnya. Titik tekannya bagaimana mengintegrasikan nilai sejarah dan kearifan lokal dari berbagai daerah di nusantara yang dikreasikan ke dalam wujud berbagai karya inovatif,” jelas Alfina Oktavianti.
Berbagai produk dipajang di meja-meja yang hari itu seperti dipenuh atmosfer sejarah, yang mengangkat tradisi-tradisi lokal daerah di Indonesia. Mulai dari kaos, kemeja, tote bag, tumbler, gantungan kunci, lukisan dan lain sebagainya. Semua produk yang dipamerkan mengandung nilai-nilai budaya seperti yang diterapkan pada desain batik, gambar mitos-mitos dari cerita daerah di tote bag, serta tulisan-tulisan dari aksara kuno.
Seperti yang dibuat oleh Alvina Puspita Ningrum Astuti dan kawan-kawannya. Mereka mendesain motif batik yang dinamakan Batik Janu Ardhani. Batik ini memiliki motif yang memuat gambar pucuk rebung, daun bidara, cengkeh, bunga rosella, yang digabungkan dengan aksara Jawa. Inspirasi batik motif Janu Ardhani berasal dari mantra yang sering diucapkan saat ada anggota keluarga yang sakit, yakni Tombo Teko Lara Lungo.
“Motif yang ada di bati Janu Ardhani melambangkan tanaman obat tradisional yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit, sedangkan pucuk rebung melambangkan keberuntungan dan harapan. Kemudian untuk filosofi kesuluruhannya adalah diharapkan orang yang memakai batik ini akan memiliki jiwa yang bersih, kuat, serta selalu diberi kesehatan dan ketenteraman dalam hidupnya,” tutur Alvina Puspita Ningrum Astuti.
Produk lain yang tak kalah kaya akan nilai adalah kain batik motif Bangsur Maja. Adapun motifnya adalah gabungan dari buah maja, sulur kembang seruni, bunga wijayakusama, dan tanaman padi. Kesemuanya bersumber dari kisah kerajaan Majapahit yang terkenal sebagai kerajaan besar yang wilayahnya meliputi seluruh nusantara.
“Nama batiknya Bangsur Maja, yang terinspirasi dari buah maja yang khas Majapahit. Kemudian kami kombinasikan dengan beberapa unsur lain dari kerajaan Majapahit, seperti kembang sulur seruni, padi, dan bunga wijayakusuma yang melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran. Melalui kegiatan GEMA KRISNA ini kami diajarkan berkreasi dengan menggali tradisi lisan Indonesia,” ucap Wardatun Nafisah, pembuat batik Bangsur Maja.
Sementara itu pengampu mata kuliah Tradisi Lisan, Sukatman, mengapresiasi kreativitas anak didiknya. Menurutnya walau kali pertama digelar, seluruh peserta kegiatan GEMA KRISNA sudah menunjukkan kreativitas yang luar biasa. Mereka mampu mengaplikasikan nilai-nilai dan kearifan tradisi lokal dalam berbagai karya yang apik. “Dari kegiatan GEMA KRISNA ini saya berharap pemahaman mahasiswa PBSI FKIP akan tradisi lisan makin baik, makin cinta dan kemudian turut melestarikan tradisi lisan di tiap daerah. Kedua, membuka peluang industri kreatif berbasis tradisi lisan yang bisa dikembangkan saat nanti mahasiswa lulus dan kembali ke daerahnya masing-masing,” kata Sukatman. (andrie)