Jember, 26 Juli 2023
Universitas Jember menambah jumlah guru besarnya. Mereka adalah Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., guru besar di bidang Ilmu Kriptografi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember. Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., guru besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman di Fakultas Pertanian. Dan ketiga, Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., guru besar bidang Ilmu Energi Terbarukan untuk Alat Mesin Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian.
Dari Tak Sengaja Jadi Cinta Pada Kriptografi
Selain mumpuni di bidang keilmuan masing-masing, ternyata ada kisah menarik dibalik pencapaian mereka meraih jabatan fungsional tertinggi sebagai dosen. Ada juga yang ternyata memiliki aktivitas yang tak kalah menariknya di luar kampus. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc., Ph.D., yang ternyata tanpa sengaja mempelajari Kriptografi saat meneruskan pendidikan jenjang magister dan doktoralnya di James Cook University Australia.
“Awalnya saya ingin memperdalam bidang Ilmu Matematika, khususnya Aljabar sesuai dengan latar belakang pendidikan saya yang sarjana Pendidikan Matematika. Maka saat mendapatkan beasiswa di James Cook University saya berharap bisa kuliah di fakultas yang terkait dengan matematika pula. Namun ternyata fakultas tersebut tidak ada, yang ada adalah fakultas yang mempelajari aplikasi bidang Sains, Technology, Engineering and Mathematics atau STEM. Alhasil saya pun mempelajari STEM khususnya bidang ilmu komputer yang memang dasarnya adalah matematika,” kata guru besar yang akrab disapa Prof. Anton ini.
Gara-gara mempelajari ilmu komputer penyuka kegiatan hiking ini bertemu dengan bidang kajian Kriptografi. Semuanya bermula saat sang profesor yang membimbingnya tengah pulang ke Amerika Serikat sehingga dirinya lebih banyak berdiskusi dengan pembimbing kedua, Prof. Hossein Ghodosi yang memang pakar Kriptografi. Prof. Anton pun akhirnya total mempelajari Kriptografi. Setelah lulus jenjang magister, Prof. Anton meneruskan jenjang doktoral di kampus yang sama dan dibimbing oleh Prof. Hossein Ghodosi lagi. Jadi lah Ilmu Kriptografi menjadi pilihan hidup pria asal Banyuwangi ini.
“Kriptografi adalah ilmu juga seni dalam matematika, kriptografi mempelajari bagaimana kita menjaga keamanan informasi atau pesan melalui mekanisme enskripsi dan dan deskripsi. Nah di sini lah asyiknya mendalami Kriptografi karena kita dituntut dapat membuat protokol yang aman dan tidak mudah dibobol orang lain. Selain itu Ilmu Kriptografi terus berkembang sejalan dengan penggunaannya yang makin meluas dan menjadi bagian hidup sehari-hari. Seperti di kartu ATM, password pada beragam gawai hingga penggunaan di bidang intelejen atau militer,” tutur Prof. Anton.
Profesor Yang Juga Kyai Pengasuh Pondok Pesantren
Beda lagi dengan Prof. Dr. Ir. Sholeh Avivi, MSi., yang ternyata juga seorang kyai yang mengasuh Pondok Pesantren Putri Ma’had El Aviv. Bagi pria yang sering disapa Ustdaz Avivi ini dunia pondok pesantren bukan hal yang asing. Maklum kedua orang tuanya, pasangan KH. Fauzan Shofwan dan Nyai Hj. Lilik Maslihah juga pengasuh pondok pesantren.
“Jadi saya memang lahir dan tumbuh di dunia pesantren, maka nilai-nilai pesantren pun mewarnai perjalanan hidup saya. Saat masuk SMP, Abah mengirim saya nyantri ke Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Begitu pula saat kuliah di Institut Pertanian Bogor, saya kuliah sambil mondok di Pondok Pesantren Nurul Imdad Bogor,” ujar bapak empat anak ini.
Awalnya Avivi muda ingin jadi dokter, tak heran jika pilihan utama kuliahnya ke Fakultas Kedokteran di sebuah PTN di Jakarta. Namun nasib berkata lain, justru Institut Pertanian Bogor yang menerimanya. Jadilah Avivi mempelajari pemuliaan tanaman hingga berbuah manis hingga dikukuhkan menjadi guru besar. “Saya bersyukur walau tidak jadi dokter namun jadi doktor, yah boleh dikata jadi dokter tanaman lah,” katanya bercanda.
Rasa syukur tadi pula yang mendorongnya untuk terus meneliti, khususnya bidang pengeditan genom. Beberapa perguruan tinggi yang menjadi lokasi penelitian Prof. Sholeh Avivi diantaranya Queenlands University Australia dan Gyeongsang National University Korea Selatan. Menurutnya menuntut ilmu itu wajib bahkan jika perlu hingga ke negeri China seperti tuntunan dalam hadits Rasulullah SAW.
“Saya mengikuti pesan para guru-guru saya saat nyantri dulu di pondok pesantren, menuntut ilmu agama itu utama tapi ilmu umum jangan sampai ditinggalkan. Apalagi di jaman saat ini. Memiliki dasar ilmu agama yang kuat menjadi penting bagi anak-anak kita agar tidak kehilangan jati diri dan siap menghadapi berbagai tantangan jaman,” tutur pria yang aktif di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember dan Majelis Ulama Indonesia Jember ini.
Profesor Yang Dekat Dengan Dunia UMKM
Sosok berikutnya sering dikaitkan dengan keberadaan Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang hadir setiap hari Minggu pagi di kampus Tegalboto. Dia adalah Prof. Dr. Ir. Soni Sisbudi Harsono, M.Eng. M.Phil., guru besar di Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Memang sejarah keberadaan pasar minggu pagi di kampus Tegalboto ini tak bisa lepas dari perannya.
“Awalnya di tahun 2017 ada ide memfasilitasi mahasiswa yang ingin berwirausaha untuk berjualan di seputar kampus. Gagasan ini klop dengan kegiatan wajib pameran hasil kreativitas mahasiswa FTP. Sayang jika ide menarik mahasiswa hanya jadi tugas saja, padahal jika dikomersialkan bisa jadi wirausaha yang potensial. Maka dengan dukungan beberapa kawan jadilah Sunday Morning Kreanova Universitas Jember yang akhirnya memfasilitasi mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan yang punya usaha,” ujar Soni.
Bergelut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memang bukan hal yang asing bagi bapak dua putri ini. Semuanya bermula saat dirinya menuntut ilmu di Cranfield University Inggris guna mempelajari pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada alat dan mesin pertanian (Alsintan). Begitu pula saat meneruskan studi S-3 di Humboldt Universitat Zu Berlin, Jerman, kajian pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel guna bahan bakar pada Alsintan masih menjadi minatnya. Namun setelah pulang ke Jember, Prof. Soni melihat kebun kelapa sawit sukar ditemui.
“Saya lantas berpikir mengapa tidak memanfaatkan produk pertanian di seputar Jember sebagai bahan penelitian bahan bakar terbarukan saja. Lantas ketemu dengan kopi yang menjadi salah satu andalan produk perkebunan di Tapal Kuda. Maka saya mulai meneliti kulit buah kopi sebagai sumber energi terbarukan,” ungkap Prof. Soni.
Salah satu hasil penelitiannya adalah produk biopellet berbahan kulit buah kopi sebagai bahan bakar alternatif. Tak hanya membuat biopellet, Prof. Soni juga merancang kompornya pula. Biopellet beserta kompor ini cocok digunakan oleh kalangan rumah tangga dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dari sini lah dosen di Program Studi Teknik Pertanian FTP ini bersinggungan dengan dunia UMKM, termasuk kemudian mendirikan Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto.
Dan yang terbaru, Prof. Soni tengah merancang kompor berbahan baku biopellet bagi pelaku UMKM kedai kopi atau kafe. Prof. Soni melihat selama ini sisa ampas minuman kopi yang dihasilkan dari kedai kopi atau kafe dibuang begitu saja. Bahkan ada yang dibuang ke saluran air yang bermuara ke sungai. Padahal sisa ampas minuman kopi memiliki kadar keasaman yang cukup tinggi, PH-nya berkisar pada 3 sampai 4. Apalagi saat ini UMKM kedai kopi atau kafe makin menjamur. Jika makin banyak ampas minuman kopi yang dibuang ke sungai maka ekosistem sungai akan terganggu. Memang belum banyak yang tahu jika ampas minuman kopi tadi bisa bermanfaat.
“Ampas minuman kopi bisa dibuat bahan pembuatan baglog budi daya jamur. Ampas tadi juga merupakan bahan biopellet yang menjadi bahan bakar memasak di kedai kopi atau kafe. Saya tengah mengembangkan kompor model terbaru dan biopellet yang diberi minyak sereh atau minyak bunga kenanga. Pada saat memasak maka asap yang muncul dari kompor tadi bisa dialirkan ke ruangan sebagai aroma terapi di kedai kopi atau kafe. Jika biopellet sudah dipakai, maka abunya bisa dicampur dengan kotoran ternak menjadi pupuk organik. Jadi tak ada yang terbuang percuma alias zero waste sambil mewujudkan economic circular,” ungkapnya.
Prof. Soni menambahkan, sebenarnya pembuatan biopellet bisa menggunakan sisa semua produk pertanian dan perkebunan bahkan sampah organik rumah tangga. Jika gerakan membuat biopellet sebagai energi terbarukan bisa dilakukan secara mandiri dan masid, maka dirinya membayangkan UMKM dan rumah tangga tak perlu bingung saat harga gas elpiji melonjak atau tengah kosong. Pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik rumah tangga akan berdampak pada keberhasilan penanganan sampah secara keseluruhan.
Oleh karena itu Prof. Soni bersedia memberikan pelatihan pemanfaatan sisa produk pertanian dan perkebunan serta sampah organik bagi siapa saja yang berminat. Termasuk ingin mengaktifkan kembali Sunday Market Kreanova di kampus Tegalboto yang vakum gegara pandemi Covid-19. “Agar ilmu yang saya dapatkan berguna bagi banyak orang, sekaligus hilirisasi hasil penelitian supaya keberadaan perguruan tinggi benar-benar menjadi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya mengakhiri diskusi. (iim)