Jember, 17 November 2023
Dalam rangka Dies Natalis Universitas Jember yang ke-59, UPA (Unit Penunjang Akademik) Pengembangan Karier dan Kewirausahaan turut menyemarakkan dengan mengadakan kuliah umum yang mengusung tema sangat kekinian yaitu tentang artificial intelligence.
Terbukti dengan antusiasme dari 296 mahasiswa dari berbagai fakultas yang hadir untuk mendengarkan pemaparan dari dosen sekaligus pengamat budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan.
“Berbicara tentang komunikasi digital disini tentu erat berkaitan dengan teknologi artificial intelligence. Ibarat pedang bermata dua, teknologi bisa menguntungkan bagi yang mampu memanfaatkannya, namun bisa juga merugikan si pengguna teknologi itu sendiri. Sama halnya dengan peluang yang selalu bersisian dengan ancaman.” ujar Prof. Bayu Taruna Widjaja, Kepala UPA Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memandu jalannya kuliah umum sebagai moderator.
Menurut Firman Kurniawan, artificial intelligence memang menjanjikan untuk mengubah kehidupan kita menjadi lebih cepat, mencapai banyak hal yang tidak bisa dicapai oleh pikiran manusia, serta memudahkan segala pekerjaan.
Faktanya saat ini artificial intelligence memang sangat lekat dengan kehidupan kita. Sampai-sampai seseorang akan lebih panik ketika telepon genggamnya tertinggal daripada dompetnya yang tertinggal. Karena semua saat ini dapat dilakukan secara mudah menggunakan gawai yang berukuran segenggaman tangan tersebut.
Namun di samping itu semua, Firman Kurniawan menjelaskan efek yang timbul dari kecanggihan teknologi ini dapat menimbulkan kepelikan-kepelikan baru. Contoh realistisnya adalah dari media sosial masa kini, banyak sekali muncul konten yang dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap berbagai hal di antaranya kita jadi lebih memaklumi kriminalitas, mempengaruhi pandangan kita terhadap paham-paham yang tidak sesuai dengan apa yang kita anut.
Lebih lanjut, Firman Kurniawan menyampaikan, “Sehingga dalam menyikapi perkembangan artificial intelligence ini kita tidak perlu terlalu terkagum-kagum. Perkembangan teknologi tidak bisa kita tolak, kecerdasan artifisial merupakan komplementer atau sandingan yang diperlukan manusia. Tinggal bagaimana cara kita memanfaatkannya untuk melengkapi pemikiran kita, bukan menggantikan kehadiran kita. Maka pandai-pandailah kita menemukan mana yang bermanfaat bagi kita.”
Pemaparan materi pada kuliah umum yang berlangsung selama kurang lebih 60 menit ini semakin riuh dengan diskusi interaktif antara mahasiswa dengan narasumber. Zidna, mahasiswa Fakultas Pertanian menanyakan terkait deep learning dan machine learning¬ serta bagaimana tips and trik untuk membangun prom-prom yang nantinya dapat membantu pekerjaan manusia.
Pemateri yang merupakan penulis aktif di media sosial termasuk berita daring dan narasumber di televisi ini menjelaskan bahwa teknologi artificial intelligence tidak berdiri sendiri dimana teknologi ini mengelola informasi-informasi yang ada. Dengan ketelitian kita memasukkan data yang baik dan benar, ini yang nantinya akan menghasilkan akurasi informasi yang baik pula. Sedangkan jika terjadi error pada sistem ini disebabkan oleh adanya bias informasi.
Belum lagi dengan permasalahan perlindungan hukum terhadap teknologi artificial intelligence seperti yang disampaikan oleh Citra, mahasiswa Fakultas Hukum yang menanyakan kasus warga negara Belgia yang meninggal disebabkan oleh teknologi artificial intelligence.
Dengan tegas Firman Kurniawan menyampaikan, perlu dipikirkan adanya dewan pengawas mengenai pengembangan teknologi artificial intelligence seperti halnya yang dilakukan dewan pengawas di bidang tenaga nuklir dan sebagainya. Oleh karena itu, negara perlu turun tangan untuk memastikan apakah pengembangan teknologi ini tidak membahayakan kemanusian dan pengembangan tidak meniadakan hakikat manusia itu sendiri.
Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Kepala UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan, Rokhani, sebagian besar peserta berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebanyak 32% dan Fakultas Pertanian sebanyak 18%. Hal ini membuktikan bahwa artificial intelligence bukan hanya milik mahasiswa yang berkecimpung di fakultas ilmu komunikasi saja namun juga fakultas-fakultas lain di luar itu. (dil)