Jember, 31 Januari 2024
Universitas Jember gelar acara pengukuhan guru besar yang kali ini mengukuhkan sebanyak delapan guru besar. Dari jumlah tersebut terdapat tiga guru besar yang dikukuhkan dalam bidang yang sama sekaligus, yaitu bidang ilmu biologi. Adapun nama-nama guru besar tersebut diantaranya Prof. Kahar Muzakhar, Prof. Kartika Senjarini, dan Prof. Erlia Narulita.
Uniknya ketiga guru besar tersebut selain memiliki kesamaan dalam bidangnya, juga memiliki kesamaan dalam penelitian. Adapun penelitian ketiganya sama membahas tentang sesuatu yang tidak kasat mata, yakni bidang mikrobiologi oleh Prof. Kahar Muzakhar, bidang biologi molekuler oleh Prof. Kartika Senjarini dan bidang ilmu bioteknologi oleh Prof. Erlia Narulita.
Berawal dari Prof. Kahar Muzakhar, dia menjelaskan bidang yang dipelajarinya lebih spesifik terhadap mikrobiologi terapan yang mana proses dimana pemanfaatan mikroorganisme dapat digunakan untuk mengelola dan memanfaatkan biomassa menjadi suatu produk. Bidang tersebut dia pelajari dengan semangat meski terdapat beberapa rintangan yang ada.
“Tantangan selalu ada dari berbagai sudut, namun dengan cukup bergairahnya dunia perkembangan pendidikan nasional selama ini maka sarana prasarana dan relatif banyaknya grant and funding penelitian, maka kami sebagai peneliti juga dapat melakukan pelaksanaan penelitian di bidangnya masing-masing secara berkelanjutan,” ujarnya.
Melalui penelitiannya, dia juga akan berkontribusi sebagai pendidik akan mencoba hasil update ilmu tersebut melalui kegiatan tridarma yaitu pendidikan kepada mahasiswa, penelitian berkolaborasi dengan dosen lain dan mahasiswa, serta melakukan penerapan ilmu melalui pengabdian kepada masyarakat seluas-luasnya.
Berbeda halnya dengan Prof. Dr. Kartika Senjarini yang mana dia mendalami ilmu biologi yang lebih berfokus pada bidang molekuler. Dia akan berkontribusi lebih fokus terhadap kemajuan biologi yang mana sangat bergantung terhadap pemahaman biologi molekuler. Adapun pengaplikasiannya terdapat diberbagai bidang seperti kesehatan, pertanian, pangan dan lingkungan.
Dalam ilmu yang Prof. Kartika Senjarini pelajari, selalu membuatnya berimajinasi dan berimprovisasi serta membuat berbagai model untuk menjadikan pribadi lebih kreatif dan memberi pemahaman bagi orang lain terhadap hal tersebut. “Memberikan model pembelajaran yang baik untuk memberi pemahaman terhadap orang dan bisa membuat diri saya sendiri bisa berfikir lebih kretif lagi,” jelasnya.
Dia juga menambahkan dalam perjuangan yang dia usahakan sampai saat ini tidak luput dari dukungan jajaran keluarga tercinta. “Saya tidak akan mencapai tahapan ini jika tidak didukung oleh keluarga seperti suami dan anak anak saya, jadi capaian saya sebenarnya adalah capaian mereka juga,” imbuhnya.
Tidak kalah menarik dari jajaran kisah dan perjuangan para guru besar yang telah resmi menjadi guru besar UNEJ ini. Prof. Erlia Narulita selaku guru besar yang termuda di antara 7 guru besar lainnya, menekuni ilmu bioteknologi yang fokus terhadap bakteriofag bidang kesehatan dan rekayasa genetika. Dia menceritakan proses perjuangan saat penelitian, pada proses tersebut terdapat banyak rintangan yang dialami. Peneliatiannya hampir dua tahun lamanya tidak mendapatkan hasil dan banyak memakan waktu disaat melakukan pengamatan. Banyak proses dan usaha yang telah dilakukan demi mendapatkan hasil pada penelitiannya.
“Saat itu hampir setiap hari menangis, dan merasa apakah saya salah memilih jurusan, sering menyalahkan diri sendiri mengapa kok memilih jurusan yang sulit dan banyak mengapa mengapa yang lain. Tapi karena terbawa kultur di Jepang dimana ada pepatah terkenal di sana nanakorobi yaoki yang artinya jatuh tujuh kali bangkit delapan kali, jadi terus memotivasi diri sendiri untuk tidak menyerah dan selalu berprasangka baik sama Allah.”
Pada perjuangannya para keluarga turut memberi dukungan sampai dia mendapatkan gelar profesor. Dari dukungan tersebut merupakan sumber kekuatan baginya untuk terus berproses hingga saat ini. “Keluarga memberikan dukungan yang sangat besar dalam pencapaian gelar profesor ini, suami dan anak menjadi sumber kekuatan saya, mereka memahami dan mau menerima saat waktu kebersamaan dengan keluarga berkurang karena kesibukan saya di kampus. Ayah dan ibu menjadi motivator, terutama ayah yang dari saya kecil selalu mengajarkan kerja keras dan komitmen untuk mencapai suatu harapan,” pungkasnya. (dil/adi)