Solusi Inovatif Penciptaan Nilai Tambah (Added Value) Jamur Tiram Pada Komunitas Petani Kopi

Jember, 11 Juni 2024

Kelompok Riset (KeRis) Innovation and Development of Moringa Commodity terus berupaya memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Program pengabdian yang telah berlangsung sejak Juli 2024 ini bertujuan untuk menciptakan nilai tambah pada budidaya jamur tiram melalui diversifikasi produk olahan.

Djoko Soejono, SP, MP., Ketua KeRis, menjelaskan, usahatani kopi rakyat di Desa Sidomulyo memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak tahun 2020, program Pengabdian Desa Binaan telah dilakukan dengan mengoptimalkan limbah kulit kopi sebagai media tumbuh jamur tiram. Pada tahun pertama, fokus utama adalah budidaya jamur tiram secara intensif. Sementara di tahun kedua, program ini beralih ke tahap selanjutnya, yaitu inovasi dan diversifikasi produk olahan jamur tiram agar memiliki nilai jual lebih tinggi.

“Permasalahan yang dihadapi petani kopi di Desa Sidomulyo antara lain adalah, saat ini, petani masih menjual jamur dalam bentuk segar tanpa adanya produk olahan yang lebih bernilai dan Permintaan pasar yang semakin mengarah ke diversifikasi produk olahan jamur tiram belum dapat diakomodasi oleh petani,” ungkapnya.

Sebagai solusi, Tim KeRis ini memberikan motivasi dan pelatihan kepada petani kopi terkait pengembangan produk jamur tiram melalui diversifikasi olahan, seperti jamur crispy dan stik jamur. Untuk mendukung kegiatan ini, KeRis juga memberikan hibah alat berupa Deep Fryer dan Spinner agar petani dapat mengolah jamur dengan lebih efisien dan higienis.

Dalam program ini mentargetkan peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat petani kopi yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBe) jamur tiram. Melalui pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan, petani diharapkan dapat menghasilkan produk olahan yang memiliki daya saing tinggi di pasar.

Nidya Shara M., S.TP., MP., anggota tim KeRis dan dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, menambahkan bahwa penerapan teknologi dalam proses pengolahan jamur tiram sangat diperlukan. “Saat ini, petani kopi yang tergabung dalam KUBe masih menjual jamur tiram dalam bentuk segar. Dengan adanya pelatihan diversifikasi produk, diharapkan nilai jual jamur tiram meningkat dan dapat memberikan keuntungan lebih besar bagi petani,” ujarnya.

Nidya juga menjelaskan bahwa bantuan baglog berbahan dasar limbah kulit kopi pada tahun pertama telah menstimulasi petani dalam membudidayakan jamur tiram. Pendampingan dalam pembuatan baglog dan pembinaan berkelanjutan sangat diperlukan agar petani tidak hanya mahir dalam budidaya, tetapi juga mampu mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual tinggi.

“Pembinaan masyarakat harus dilakukan secara kontinyu, mulai dari budidaya hingga pengolahan produk. Hal ini juga menjadi rekomendasi dari reviewer dalam acara Kolokium kegiatan pengabdian tahun 2020. Dengan penerapan IPTEK yang tepat, petani dapat meningkatkan daya saing produknya di pasar,” pungkanya.

Melalui inovasi dan pendampingan yang berkelanjutan, tim KeRis Innovation and Development of Moringa Commodity terdiri dari Djoko Soejono, SP, MP. Dosen Faperta Universitas Jember, Dimas B. Zahrosa, SP, MP., Dosen Faperta Universitas Jember, Nidya Shara M., S.TP. MP., Dosen Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Jember dan Ariq Dewi M. SP. MP., Dosen Faperta Universitas Jember, mereka berharap agar petani kopi di Desa Sidomulyo dapat memanfaatkan potensi jamur tiram secara maksimal, tidak hanya sebagai produk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan yang lebih bernilai tinggi. (is)

Skip to content