Jember, 11 Juli 2024
Lima mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) yang tergabung dalam tim Xentoric berhasil menciptakan alat Monoxenic Culture Bioreactor yang digunakan untuk memperbanyak nematoda entomopatogen dalam rangka membantu petani dalam menciptakan pestisida organik yang aman dan ramah lingkungan.
Hasil penelitian mahasiswa UNEJ yang berhasil lolos didanai dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan IPTEK (PKM-PI) ini bekerja sama dengan CV. Tani Jaya Organik, Desa Rowosari, Kecamatan Sumberjambe yang merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra beras organik di Jember.
Ditemui di Fakultas Pertanian di sela aktivitasnya (11/07/2024), Deviana Fitria Astuti selaku ketua tim Xentoric menjelaskan bahwa CV dengan luas lahan sebesar 70 hektar ini dapat menghasilkan beras organik 50-70 ton setiap 1 siklus produksi untuk memenuhi permintaan pasar, sayangnya serangan hama serangga seperti walang sangit menyebabkan penurunan produksi beras organik sebesar 15-30%.
“Awalnya petani menggunakan pestisida nabati seperti dari daun mimbar, namun ternyata masih belum efektif dan memiliki beberapa kendala. Karena organik, pestisida berbahan dasar daun mimbar tersebut tidak dapat terkena sinar matahari secara langsung. Setelah diaplikasikan, bukannya menurunkan serangan hama, justru hal ini menurunkan efektifitas pestisidanya akibat sinar matahari,” ujarnya.
Berbekal hal itu, Deviana dan tim membuat teknologi perbanyakan nematoda entomopatogen untuk meningkatkan produksi beras organik di CV. Tani Jaya Organik Jember yang diberi nama “Monoxenic Culture Bioreactor”.
“Nematoda entomopatogen itu merupakan nematoda yang memiliki potensi sebagai agens pengendali hayati karena dapat memparasit serangga hama di lahan pertanian, nantinya dalam memperoleh nematoda kami bersama mitra melakukan eksplorasi di bawah pohon bambu yang merupakan inang yang ideal dan kaya akan keanekaragaman hayati,” ungkap Deviana.
Dalam kesempatan yang sama, Bela Indri, anggota tim Xentoric mengatakan, nematoda entomopatogen sebenarnya tersedia di alam, namun bersifat sensitif terhadap pestisida kimia dan hanya tersedia di lahan organik saja.
“Sehingga kami menciptakan alat bernama Monoxenic Culture Bioreactor untuk memudahkan kami atau mitra untuk memperbanyak nematoda patogennya, sehingga dari mitra nanti cukup satu kali saja untuk mendapatkan isolat nematoda atau bibitnya, setelah itu dimasukkan ke alat Monoxenic Culture Bioreactor terus dia akan berkembang,” jelasnya.
Bela juga menjelaskan secara singkat cara kerja alat Monoxenic Culture Bioreactor, alat yang berbentuk seperti tabung ini memiliki monitor di dalamnya, dari monitor tersebut dapat diketahui berapa suhu dan ph nya apakah sudah sesuai atau belum. Kemudian, metode yang digunakan adalah metode semprot, nematoda entomopatogen di letakan di dalam spons kemudian spons di peras di air setelah itu dimasukkan ke dalam tangki dan bisa langsung disemprotkan ke tanaman. Penyemprotan dilakukan pada lahan pertanian dengan umur 2 bulan untuk menekan serangan organisme pengganggu tanaman dan dilakukan setiap seminggu 2 kali.
“Kami bersama mitra melakukan penyemprotan nematoda entomopatogen dengan dosis 15 liter per 1 hektar setiap pagi mulai jam 6 pagi, dan dilakukan setiap seminggu 2 kali,” jelasnya.
Di sisi lain, Novan Effendi, anggota tim Xentoric juga menjelaskan hasil dari penerapan alatnya, “Setelah satu bulan penyemprotan tibalah saat panen, kami bersama mitra melakukan pemanenan tepat pada tanggal 1 Juni 2024. Dengan hasil bobot beras pada petak percobaan 103 kg dengan perbandingan petak percobaan yang tidak diaplikasikan nematoda entomopatogen hanya berkisar 75 kg.”
Penerapan inovasi ini ternyata mendapatkan tanggapan positif dari CV. Tani Jaya Organik, Subairi yang merupakan salah satu pemilik lahan yang dijadikan tempat pengaplikasian nematoda entomopatogen. Menurutnya dengan adanya inovasi ini keresahan pemilik lahan yang tergabung dalam CV ini sudah mulai teratasi dan berharap agar program ini dapat terus berjalan hingga mendapatkan peningkatan produksi yang tinggi.
Tim yang beranggotakan Deviana Fitria Astuti selaku ketua tim bersama Mohammad Novan Efendi dan Bela Indri Ayunita merupakan mahasiswa Program Studi Proteksi Tanaman, Muhammad Badar Alfath mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pertanian, Sheinka Amalia Gisna mahasiswa Program Studi Agribisnis ini berada di bawah bimbingan dosen Fakultas Pertanian, Ankardiansyah Pandu Pradana, berhasil menerapkan inovasi untuk mengatasi penurunan produksi beras organik. Selanjutnya tim Xentoric akan melakukan sosialisasi penggunaan alat Monoxenic Culture Bioreactor kepada mitra CV. Tani Jaya Organik. (dil)