Jember, 15 Juli 2024
Empat mahasiswa Universitas Jember (UNEJ) ciptakan terobosan baru dalam dunia pendidikan dengan membuat media pembelajaran digital augmented reality untuk meningkatkan wawasan fisika yang dipadukan dengan spiritual siswa yaitu dari Al-Quran.
Saat ditemui di Kampus Tegalboto Minggu (14/07/2024), Jalis Syarifah (Pendidikan Fisika) selaku ketua tim bersama ketiga rekannya Halimatus Sa’diyah (Pendidikan Fisika), Mohammad Kelvin Rizka Aziizi (Pendidikan Fisika), dan Mochammad Athar Humam Ghazanfar (Teknologi Informasi) yang tergabung dalam tim Quranic Sains Media Augmented Reality (QSMART) menjelaskan mengenai urgensi dari pembuatan media digital augmented reality tersebut karena banyaknya media pembelajaran hanya berfokus pada pembelajaran sains saja.
“Kebanyakan implementasi dalam teknologi pembelajaran berfokus pada sains saja, akan tetapi masih sedikit media pembelajaran yang dikaitkan dengan Al-Quran, sehingga kami termotivasi menciptakan media digital augmented reality untuk meningkatkan keimanan dan moralitas siswa sebagaimana Al-Quran menjadi pedoman hidup,” ungkap Jalis Syarifah.
Lebih lanjut Jalis menjelaskan mengenai detail dari media pembelajaran digital yang ia ciptakan bersama timnya ini dimuat melalui objek 3D yang menyediakan kode bar untuk disalin, sehingga muncul bentuk audio visual 3D dari implementasi sains. Adapun materi fisika yang dicantumkan ialah hukum newton untuk kelas 11 sekolah berbasis Islam.
Mereka memilih materi hukum newton karena salah satu materi yang mudah direalisasikan dan banyak penerapannya dalam kegiatan sehari-hari, “Contoh ayat Al-Quran yang terdapat dalam trobosan augemented reality kami adalah surah Yasin ayat 38 yang membahas tentang peredaran matahari. Sementara relevansi materi fisika dalam ayat tersebut ialah berkaitan dengan teori hukum newton I menjelaskan terkait benda yang bergerak secara konstan,” jelasnya.
Jalis juga mengatakan selama proses pembuatan media digital augemented reality, ini mengalami beberapa kendala yang harus ditempuh oleh tim QSMART. Tantangan terberat terdapat di perancangan augmented reality sendiri.
“Karena ngoding itu sendiri berat, jadi kita kendalanya disitu sehingga kita membutuhkan waktu yang lama. Bagaimana cara ketika ngoding agar media bisa jalan saat diklik. Lalu kami juga menggunakan 3 bahasa, yaitu ada Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Nah, di bagian Bahasa Arab ini masih sering terjadi error,” ungkap Jalis.
Lailatul Nuraini, dosen pendamping tim QSMART menjelaskan meski ada beberapa kendala yang dihadapi, namun dengan usaha untuk terus menyempurnakan koding akhirnya kendala dapat teratasi dengan baik dan media dapat berjalan lancar.
“Kami berharap dengan adanya media pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan wawasan fisika melalui sudut pandang Al-Quran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan mempengaruhi mereka dalam bertindak di kehidupan sehari-hari.” pungkasnya. (dil)