Jember, 22 Agustus 2024
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Jember (UNEJ) kembali berinovasi dengan menciptakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Dalam acara Grand Launching Program Peningkatan Kapasitas (PPK) Ormawa Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Jember, yang dilaksanakan di Balai Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, kelompok mahasiswa berhasil mengolah limbah kotoran sapi menjadi BioBriket, sebuah bahan bakar terbarukan yang berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Tim Program Kerja Pembuatan BioBriket, yang terdiri dari Gogod Permana Sentosa dan Raditya Wandana Yudha, di bawah bimbingan Ir. Audiananti Meganandi Kartini, S.Si., M.T., memperkenalkan proses pembuatan BioBriket berbahan dasar kotoran sapi kepada warga Desa Kemuning Lor. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan limbah ternak yang belum dikelola dengan baik, serta menawarkan alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
BioBriket adalah bahan bakar alternatif yang dibuat dari bahan organik seperti ampas tebu, sekam padi, dan kotoran ternak. Inovasi ini menggunakan kotoran sapi yang banyak tersedia di Desa Kemuning Lor, yang sebelumnya belum dimanfaatkan secara optimal. Manfaat utama dari BioBriket ini adalah mengurangi penggunaan kayu bakar, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan menyediakan sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil.
Gogod Permana Sentosa menjelaskan proses pembuatan BioBriket ini kepada warga desa, yang melibatkan beberapa tahapan penting:
1. Persiapan Bahan: Bahan utama seperti kotoran sapi, serbuk kayu, dan tepung tapioka sebagai perekat disiapkan. Bahan-bahan ini dibersihkan dari material asing seperti batu dan ranting.
2. Karbonisasi Bahan: Kotoran sapi dan serbuk kayu yang telah dibersihkan kemudian mengalami proses karbonisasi menggunakan alat pirolisis. Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas briket yang dihasilkan.
3. Pembuatan Adonan Briket: Bahan yang telah dikarbonisasi dicampur dengan perekat hingga membentuk adonan yang kental dan tercampur rata.
4. Pencetakan Briket: Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencetak briket, di mana adonan ditekan hingga menjadi padat dan berbentuk solid.
5. Pengeringan & Pengemasan Briket: Setelah dicetak, briket dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari untuk menghilangkan kadar air. Briket yang sudah kering kemudian dikemas dan siap dipasarkan.
Raditya Wandana Yudha menambahkan bahwa BioBriket ini tidak hanya menawarkan solusi energi yang lebih bersih, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi warga desa melalui produksi dan penjualan briket. “Dengan adanya BioBriket, kami berharap warga dapat mengurangi penggunaan kayu bakar dan beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan,” ujar Raditya.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember, Dr. Ir. Triwahju Hardianto, S.T., M.T., dalam sambutannya saat membuka acara Grand Launching, mengapresiasi upaya inovatif yang dilakukan oleh mahasiswa ini. “Inovasi seperti BioBriket ini menunjukkan bahwa mahasiswa kita mampu memberikan solusi konkret yang berdampak langsung bagi masyarakat. Kami akan terus mendukung pengembangan ide-ide kreatif ini untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Program ini mendapat sambutan positif dari warga Desa Kemuning Lor, yang antusias untuk menerapkan teknik pembuatan BioBriket ini di kehidupan sehari-hari. Melalui program ini, mahasiswa UNEJ berharap dapat terus berkontribusi dalam menciptakan solusi ramah lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.(is)