FIB UNEJ Gelar Wayang Kulit: Menggugah Minat Generasi Z untuk Mencintai Budaya Bangsa

Jember, 2 November 2024
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ) mempersembahkan pertunjukan wayang kulit dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-60, bersama dengan Universitas Jember (UNEJ). Acara yang digelar pada Jumat malam di Pendapa FIB UNEJ ini menampilkan lakon “Wahyu Ketentreman” dengan dalang Ki Andik Feri Bisono dan hiburan Campursari dari Dewa Budaya. Pertunjukan ini dirancang untuk mempererat hubungan generasi muda, khususnya Generasi Z, dengan kekayaan budaya Indonesia.

Dalam sambutannya, Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNEJ, menekankan pentingnya budaya dalam kehidupan. Menurutnya, budaya adalah hakikat kehidupan yang mencerminkan jati diri sebagai bangsa yang memiliki falsafah hidup yang kuat. “Yang paling menyentuh dari perasaan saya malam ini adalah antusiasme adik-adik mahasiswa. Awalnya saya berpikir yang menyaksikan pertunjukan wayang pasti generasi yang lebih tua, tetapi ternyata banyak mahasiswa dari Generasi Z yang hadir. Hal ini memberikan semangat baru bahwa generasi muda masih memiliki kepedulian terhadap budaya warisan leluhur,” ungkapnya.

Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNEJ, kala membuka pagelaran wayang di FIB UNEJ

Ia juga menyampaikan, Dies Natalis ke-60 UNEJ dan FIB UNEJ ini mengingatkan akan perjalanan panjang dalam berkontribusi kepada bangsa dan masyarakat. Dengan tema “Wahyu Ketentreman,” pertunjukan ini diharapkan dapat menggugah semangat seluruh civitas akademika untuk menjaga harmonisasi, ketentraman, dan kesejahteraan dalam kehidupan kampus dan di luar kampus.

Acara malam ini tidak hanya menjadi ajang nostalgia budaya tetapi juga sebagai bentuk ajakan kepada mahasiswa untuk ikut serta dalam melestarikan budaya bangsa. Dengan menggugah rasa cinta terhadap budaya asli Indonesia, UNEJ berharap para mahasiswa, terutama Generasi Z, tidak hanya sekadar menikmati, tetapi juga menghidupkan dan meneruskan warisan budaya bangsa yang sarat dengan nilai-nilai luhur.

“Pertunjukan wayang ini menjadi bukti nyata bahwa meskipun zaman terus berkembang, kesenian tradisional seperti wayang kulit tetap relevan dan mampu menarik perhatian generasi muda. Ini menunjukkan bahwa budaya bukan sekadar masa lalu yang dilestarikan, melainkan identitas yang terus dihidupkan dan diwariskan ke generasi penerus.” pungkasnya.

Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNEJ, kala memberikan sambutannya.

Sementara itu, Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNEJ, pada kesempatan yang sama juga turut menyampaikan pandangannya tentang makna usia 60 tahun bagi lembaga. “Usia 60 tahun untuk manusia mungkin sudah mendekati masa lanjut, namun bagi lembaga seperti FIB UNEJ, usia ini adalah masa yang kuat untuk memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara. Dengan digelarnya pertunjukan wayang ini, kami ingin menunjukkan kepedulian terhadap kebudayaan bangsa,” ujarnya.

Ia lalu mengungkapkan, lebih dari 15 tahun berlalu sejak FIB UNEJ terakhir kali menyelenggarakan pertunjukan wayang. Oleh karena itu, pergelaran malam ini terasa begitu spesial. Wayang, bagi Prof. Nawiyanto, adalah simbol kehidupan yang memberikan nilai-nilai luhur bagi masyarakat. Ia juga mengungkapkan, “Gunungan sebagai ikon FIB UNEJ menggambarkan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kami di FIB berkomitmen untuk turut serta dalam upaya memajukan kebudayaan Indonesia,” ulasnya.

Ia lalu menjelaskan, selain pertunjukan, FIB UNEJ secara konsisten berusaha mendekatkan budaya lokal kepada mahasiswa melalui kegiatan akademik dan penelitian. Dirinya menekankan pentingnya sinergi antara para seniman, budayawan, dan akademisi untuk menjaga budaya agar tetap hidup dan relevan di tengah pesatnya pengaruh budaya asing.


Melalui pertunjukan wayang ini, ia ingin memberikan ruang bagi para seniman pewayangan dan seniman Campursari untuk berbagi nilai-nilai budaya yang luhur. Iapun juga menyoroti bagaimana budaya asing semakin merasuki kehidupan generasi muda. “Kami berkomitmen menjaga budaya ini dengan adaptasi teknologi yang dapat menyesuaikan dengan pola pikir generasi muda saat ini.” pungkasnya.(is)

Skip to content