Jember, 19 November 2024
Universitas Jember (UNEJ) menambah jumlah guru besar, khususnya dalam bidang keilmuan sains biomedis yaitu Prof. Dr. Dwi Wahyuni, M.Kes. dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Dirinya telah meneliti 20 tahun lamanya di bidang tersebut, ia meneliti bioprospeksi tanaman yang menghasilkan Bio Ae yaitu alternatif dari abate.
“Selama 20 tahun lebih saya menggeluti penelitian bioprospeksi yaitu dengan eksplorasi dan ekstraksi sumber daya alam hayati, hingga mampu menghasilkan suatu produk yang saya beri nama Bio Ae. Bio Ae adalah alternatif biolarvasida baru pembasmi larva nyamuk aedes aegypti, vektor penyakit demam berdarah dengue. Bio Ae adalah alternatif pengganti abate,” ungkap Prof. Dwi.
Penelitian bioprospeksi tanaman ia lakukan mulai tahun 2003 hingga saat ini. Lebih dari 47 bagian tanaman dari lebih dari 21 jenis tanaman sudah ia teliti dan ekplorasi untuk mendapatkan jenis tanaman yang memiliki daya toksik terhadap larva nyamuk aedes aegypti. Hasil penelitiannya ini pun telah memperoleh Hak Paten dengan tiga klaim langsung dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2021 lalu.
Menurut Prof. Dwi saat ini dunia mengarah ke biomimikri yaitu suatu pendekatan inovasi pengembangan teknologi baru dengan meniru teknologi alam, hal ini menjadi peluang besar bagi peneliti Indonesia yang kaya akan sumber daya hayati.
Dalam perjalanannya menggeluti bidang ini hingga mendapatkan gelar guru besar, Prof. Dwi mengalami hambatan yang menurutnya dirasa berat. Ia kehilangan sosok sahabatnya yang telah berjuang bersama dalam penelitian ini.
“Bagaikan burung yang kehilangan satu sayap, saat ini saya sedang menumbuhkan atau mencari sayap baru. Selamat jalan sahabatku Pak Sarjuri Damari, begitu banyak perjuangan yang dilakukan dalam penelitian ini. Datang ke LP2M lebih dari tiga kali, mendampingi seminar hasil di Jakarta dan Bogor hampir setiap tahun,” jelasnya.
Tidak hanya kehilangan sosok sahabatnya, dalam perjalan menggeluti bidangnya masih terdapat beberapa tantangan yang menghambat perjalanannya. Tetapi dari beberapa tantangan tersebut tidak membuatnya patah semangat dalam berjuang.
“Tantangan yang saya dihadapi, partner kerja saya di industri meninggal dunia sehingga saya harus memulai dari awal lagi melakukan kerja sama, bekerja dengan nyamuk aedes aegypti harus ekstra hati-hati. Terakhir kali yaitu kita ditantang untuk selalu update teknologi baru. Karena bidang keilmuan sains biomedis dengan penelitian bioprospeksi sangat menjanjikan untuk pasar dunia. Dimana 40-50% obat yang beredar di pasar menggunakan natural product, demikian juga produk farmasi lainnya. Bahkan kosmetik pun mengandung natural product,” imbuhnya.
Tentu usaha ia untuk mendapatkan gelar sebagai guru besar ini tidak luput dari dukungan kedua orang tuanya yang telah menyukseskannya, “Keberhasilan ini merupakan hasil dari dukungan, kolaborasi, kontribusi, dan cinta kasih dari orang tua saya dan keluarga,” pungkasnya. (dil/adi)