Tegalboto Obyokan, Diharapkan Jadi Oase Kebudayaan di Jember

Jember, 29 November 2024
Jumat sore (29/11/2024), kampus Tegalboto semarak dengan penampilan 11 dadak merak reyog. Mereka hadir memeriahkan peringatan Dies Natalis ke 60 Universitas Jember (UNEJ) dalam acara Tegalboto Obyokan, tepat di area patung Triumvirat. Tentu tak ketinggalan, aksi dari Paguyuban Seni Reyog Mahasiswa (PSRM) Sardulo Anurogo UNEJ. Hujan yang mengguyur Jember sejak pagi tak menyurutkan semangat para pelaku seni reyog Jember menampilkan aksi terbaiknya.

Menurut Ketua Panitia peringatan Dies Natalis ke 60 UNEJ, Fendi Setyawan, pihaknya sengaja mengundang kelompok seni reyog di Jember untuk unjuk kebolehan. Selain dalam rangka menyemarakkan hari ulang tahun Dies Natalis ke 60 UNEJ, juga ingin melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia dalam hal ini reyog. Harapannya, kampus Tegalboto akan menjadi oase kebudayaan di Jember.

Fendi Setyawan

“Peringatan Dies Natalis ke 60 kami harapkan menjadi momen UNEJ untuk berprestasi lebih baik lagi, di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tidak hanya di bidang Tri Dharma Pendidikan Tinggi saja namun juga di bidang lainnya seperti olah raga dan seni. Minggu lalu ada UNEJ Law Run for Justice yang bisa menjadi Jember Marathon, begitu pula dengan Tegalboto Obyokan semoga nantinya menjadi oase kebudayaan di Jember,” ujar Fendi Setyawan yang juga Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni.

Harapan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni didukung oleh pengajar di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Ikwan Setiawan. Menurut dosen yang juga pengamat dan pegiat budaya Jember ini, seni reyog dipilih sebab sudah menjadi bagian Jember semenjak lama. Sejarahnya dimulai saat pemerintah kolonial Belanda membuka tanah Jember guna perkebunan dengan mendatangkan pekerja dari wilayah Mataraman termasuk dari Ponorogo. Mereka inilah yang kemudian juga membawa seni budaya reyog ke Jember, khususnya di wilayah Jember selatan.

Ikwan Setiawan menambahkan, obyokan adalah bentuk pementasan seni reyog secara terbuka di tengah publik tanpa sekat, tanpa panggung dan tanpa aturan yang terlalu membatasi. Sehingga terjalin komunikasi dan keakraban antara seniman reyog dan masyarakat umum. Bentuk pementasan obyokan diharapkan menumbuhkan minat dan kecintaan akan seni reyog, terutama di kalangan mahasiswa. Apalagi seni reyog, selain memiliki nilai artistik yang tinggi juga membawa nilai-nilai filosofi seperti semangat berjuang, nilai-nilai kepemimpinan dan berani membela nilai-nilai kebenaran.

“Tentu tidak hanya seni reyog, nanti bisa giliran ludruk, can macanan kadduk, ketoprak dan seni budaya lain yang ada dan berkembang di Jember dapat tampil di kampus UNEJ,” imbuh Ikwan Setiawan. Sebagai informasi kelompok seni reyog yang tampil diantaranya Singo Budoyo Pontang, Singo Mudho Wuluhan, Singo Lodoyo Kesilir, Singo Tirto Ambulu, Singo Mulyo Kota Blater dan lainnya. (iim)

Skip to content