Melawan lupa Episode 4 : WERENG HITAM LARIS MANIS

Melawan Lupa !
Orang Perancis punya pepatah L’Histoire se Répète, sejarah mengulang dirinya sendiri. Oleh karena itu dari sejarah kita belajar. Belajar melanjutkan yang baik, dan belajar untuk tidak mengulangi yang buruk.

Humas Universitas Jember (UNEJ) menerima sumbangan tulisan dari Bapak Imam Soebagio, mantan kepala Humas UNEJ sekaligus saksi hidup perjalanan UNEJ. Tulisan yang awalnya menyambut Dies Natalis ke 60 UNEJ, kemudian berkembang menjadi tulisan mengenai ingatannya akan hal-hal yang terkait dengan UNEJ dan seputar perkembangan almamater yang kita cintai bersama ini. Tujuannya, tentu melawan lupa, agar kita bisa belajar dari sejarah. Selamat menikmati.

Sebenarnya banyak yang ingin saya ceritakan sebagai pelaku media. Apa saja : suka, duka, seni dan tantangan di lapangan saat mencari berita. Lantaran tak didukung catatan dan dokumentasinya ini dululah yang bisa saya ceritakan. Arsip tulisan n foto banyak yang tak tersimpan.

Tetapi masih ada cerita menggelitik saya kisahkan. Tentang hama wereng yang menyerang Jember. Tahunnya lupa, setidaknya saat Jember dipimpin Bupati Abdulhadi. Saat itu wereng coklat dikenal sebagai Wereng Batang Coklat (WBC) menyerang tanaman padi dibeberapa wilayah Jember. Awalnya menyerang tanaman di wilayah Ajung, Jenggawah sampai Ambulu

Batang padi yang terpapar wereng coklat warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhannya terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman terlapisi jamur. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati.

Saya jadi ingat Bupati Abdulhadi perlu mendatangkan pesawat untuk penyemprotan insektisida dari udara. Bupati juga sering mengadakan cross country ke sawah-sawah
berdialog dengan petani. Selain menganjurkan untuk pemilihan benih unggul Bupati mengajarkan tata cara menanam padi jajar legowo atau hu-tahu.

Sebagai gambaran, tahun 2009, luas lahan padi di 19 kecamatan yang terancam mencapai 636 hektar. Lahan yang sudah diserang hama wereng sebanyak 50,8 hektar. Dilaporkan 6 hektar lahan sawah yang ditanami padi dipastikan puso. Dalam perkembangan berikutnya secara tiba tiba tanaman padi di wilayah Rambipuji, Sukorambi dan Panti terpapar wereng coklat. Ini yang merisaukan Bupati Abdulhadi

Konon dikabarkan virus yang cepat menyebar itu berasal dari muatan truk jerami dari Banyuwangi untuk pasokan bahan baku pabrik Kertas Leces. Puluhan truk bermuatan jerami siang malam berjejer di jalan raya Pecoro antara pertigaan Rambipuji sampai rel kereta api.

Saya tergelitik untuk menanyai para sopir. Katanya, mereka sedang menunggu antrian untuk masuk pabrik di Leces. Sambil menanti giliran masuk pabrik ada saja yang mereka lakukan. Istirahat, tiduran, main kartu atau mengunjungi Lokalisasi Rambipuji. Dari situlah muncul istilah baru, wereng hitam. Mungkin predikat untuk wereng berkepala hitam penghuni lokalisasi. Konon wereng hitam jadi laris manis. Sementara itu wereng coklat malam hari berterbangan meluas ke sawah sawah sekitar yang ditanami padi.

Pada 22 Februari 1977 saya masuk mess TIM (Taman Ismail Marzuki) di Jakarta. Mengikuti pelatihan untuk diangkat sebagai sebagai Koresponden Tetap Mingguan Tempo.Bersama seorang teman dari Menado Phill Zulu kami berdua digembleng selama sebulan. Maka sejak saat itu saya tidak lagi menulis untuk media yang lain.  (bersambung ya)

Skip to content