Jember, 17 Maret 2025
Rektor Universitas Jember (UNEJ) meminta para profesor selalu jujur dan konsisten menjaga marwah akademik. Pasalnya para profesor mengemban amanah berat, bukan sekedar menjadi pionir di masing-masing bidang keilmuan dan membimbing generasi muda, namun juga dituntut menjadi suri tauladan bagi kolega dan masyarakat. Pesan ini disampaikan oleh Iwan Taruna saat menyampaikan sambutan pada pengukuhan enam profesor baru di gedung Auditorium UNEJ (17/4/2025).
“Menjadi profesor artinya menerima tanggung jawab yang besar karena masyarakat menunggu karya inovatif selanjutnya, sekaligus berharap profesor turut memberikan solusi bagi beragam permasalahan bangsa. Profesor harus menjadi contoh baik di kampus maupun di lingkungan yang lebih luas. Meraih jabatan profesor bukan akhir namun awal perjuangan baru dan tantangan menjadi pembelajar seumur hidup yang merupakan ciri khas seorang ilmuwan,” tutur Iwan Taruna.

Dalam sambutannya, rektor juga bersyukur penambahan guru besar di UNEJ menjadi modal berharga untuk mendorong transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan membuka ruang kerja sama yang lebih baik lagi. Dengan tambahan enam profesor baru ini maka UNEJ memiliki 92 profesor aktif, serta enam orang dosen tengah berproses jabatan guru besarnya di Ditjen Dikti Kemendiktisaintek.
“Alhamdulillah, walaupun di era efisiensi, UNEJ tetap berkomitmen melanjutkan program-program yang mendorong makin banyak dosen mencapai jabatan guru besar. Saya mencatat ada lima fakultas yang berhasil menambah guru besarnya selama periode tahun 2020 hingga 2025. Yakni FKIP dengan delapan profesor, FEB dengan enam profesor, Fakultas Pertanian dan FIMPA berhasil menambah lima profesor, serta FTP dengan empat profesor. Semoga diikuti fakultas lainnya,” imbuh Iwan Taruna.

Mereka yang dikukuhkan hari itu adalah Prof. Agus Trihartono, S.Sos., M.A., Ph.D., Guru Besar bidang Diplomasi Program Studi Hubungan Internasional FISIP. Prof. Dr. Apt. Yudi Wicaksono, S.Si., M.Si., Guru Besar bidang Farmasetika Bahan Obat Padat Farmasi Fakultas Farmasi. Prof. Dra. Hari Sulistiyowati, M.Sc., Ph.D., Guru Besar bidang Valuasi Ekologi Program Studi Biologi FMIPA.
Selanjutnya Prof. Dr. Sukatman, M.Pd., Guru Besar bidang Tradisi Lisan dan Pembelajarannya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP. Prof. Dr. Ir. Jojok Widodo Soetjipto, S.T., M.T., Guru Besar bidang Manajemen Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik. Dan Prof. Dr. Sutisna, S.Pd., M.Si., Guru Besar bidang Fisika Material Fotokatalis Program Studi Fisika FMIPA.

Prof. Agus Trihartono mengawali orasi ilmiah dengan judul “Soft Power : Menguatkan Peran Indonesia di Panggung Dunia”. Dalam orasinya pakar diplomasi ini memaparkan perubahan besar di dunia diplomasi yakni dari perspektif hard power yang menggunakan kekuatan militer dan atau ekonomi, beralih ke perspektif soft power seperti budaya, nilai-nilai dan kebijakan. Dari yang bersifat memaksa menjadi mengajak.
“Indonesia memiliki modal soft power-nya sebagai alat memperkuat peran di panggung dunia. Sebab Indonesia memiliki kekayaan budaya dari seni hingga kuliner. Indonesia juga dikenal dengan masyarakatnya yang ramah dan mayoritas menganut Islam moderat,” jelas Prof. Agus Trihartono.

Dilanjutkan dengan orasi kedua dari Prof. Yudi Wicaksono yang menjelaskan bahwa 90 persen bahan baku obat masih diimpor. Kondisi ketergantungan terhadap impor bahan baku obat tersebut tentu saja menjadi tantangan yang harus dicari solusinya dalam rangka untuk mencapai kemandirian nasional dalam pemenuhan bahan baku obat.
Guru besar asli Banyuwangi ini lantas menawarkan inovasi bahan aktif farmasi (BAF) yang lebih mudah larut dalam air seperti judul orasi ilmiahnya yakni “Modifikasi Padatan Untuk Peningkatan Kelarutan Bahan Aktif Farmasi”.

Bahasan mengenai valuasi ekologi (VE) menjadi tema utama orasi ilmiah Prof. Hari Sulistiyowati dari Program Studi Biologi FMIPA UNEJ. Menurutnya melalui pendekatan valuasi ekologi, nilai biodiversitas dipandang sebagai interaksi antara nilai intrinsik (yang melekat pada makhluk hidup, seperti bentuk tanduk banteng atau warna mawar) dan nilai ekstrinsik (yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti salinitas air atau jenis substrat tempat tumbuh).
“VE berperan penting dalam menilai biodiversitas sebagai modal alami yang bernilai tinggi. Semisal penelitian saya di Biosite Hutan Pelangi Ijen Geopark, Jawa Timur, nilai ekologi biodiversitas pohon di kawasan ini mencapai 193,84 miliar rupiah per hektar,” ujar Prof. Hari Sulistiyowati yang membawakan orasi berjudul “Valuasi Ekologi Dalam Menjaga Nilai Biodiversitas dan Ekosistem di Era Perubahan Global”.

Orasi keempat disampaikan Prof. Sukatman yang menulis orasi ilmiah berjudul “Tradisi Lisan Nusantara dan Kontribusinya Bagi Ketahanan Nasional dan Pendidikan Era Persaingan Antar Bangsa”. Pria asal Blitar ini berusaha mencari jawaban atas pertanyaan, siapakah sejatinya pendiri Nusantara ini pada zaman purba berdasarkan sudut pandang tradisi lisan secara etnografi kritis.

Giliran selanjutnya adalah Prof. Jojok Jojok Widodo Soetjipto dengan orasi ilmiah “Inovasi dan Transformasi Menuju Manajemen Konstruksi Modern”. Prof. Jojok banyak mengulas bagaimana manajemen kostruksi modern dapat membantu percepatan pembangunan infrastuktur sekaligus mengurangi malapraktek di bidang konstruksi.
Terakhir adalah giliran Prof. Sutisna dengan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Material Fotokatalis Untuk Remediasi Lingkungan”. Inovasi yang diajukan oleh Porf. Sutisna adalah penggunaan material fotokatalis guna mengatasi pencemaran air. Caranya dengan menggunakan fotokatalis semikonduktor, terutama titanium dioksida (TiO₂). TiO₂ dikenal memiliki kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas yang sangat reaktif ketika terkena sinar UV, yang dapat mendegradasi senyawa-senyawa organik berbahaya hingga menjadi produk akhir yang tidak beracun.

Sebelum menyampaikan orasi ilmiah, Ketua Senat UNEJ, Andang Subaharianto mengukuhkan para profesor dan mengalungkan kalung guru besar didampingi oleh rektor. Selain dihadiri keluarga besar UNEJ, tampak diantara undangan yang hadir ada Abdullah Azwar Anas, mantan Menteri PAN-RB dan Charles Meikyansah, anggota DPR RI. (iim)