Jember, 1 Mei 2025
Universitas Jember (UNEJ) menambah deretan ilmuwan unggulnya dengan mengukuhkan Prof. Dra. Hari Sulistiyowati, M.Sc., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam bidang Valuasi Ekologi. Pengukuhan Prof. Hari menjadi momentum penting bagi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), sekaligus bagi dunia akademik yang tengah berhadapan dengan tantangan perubahan iklim dan kerusakan lingkungan global.
Dalam orasi ilmiahnya berjudul “Valuasi Ekologi dalam Menjaga Nilai Biodiversitas dan Ekosistem di Era Perubahan Global”, Prof. Hari memaparkan pentingnya mengungkap nilai tersembunyi dari ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Menurutnya, biodiversitas sering dianggap priceless—tidak ternilai—namun tetap harus didekati secara ilmiah dan obyektif agar memiliki kekuatan dalam perumusan kebijakan.
“Valuasi ekologi menjadi instrumen penting untuk menyuarakan nilai alam yang sering terabaikan dalam sistem ekonomi konvensional. Ini bukan sekadar soal angka, tapi soal keberlangsungan hidup kita,” ujarnya.
Dalam paparannya, Prof. Hari menekankan bahwa valuasi ekologi memainkan peran strategis dalam berbagai aspek mulai dari mendukung perencanaan pembangunan, menjaga keberlanjutan layanan ekosistem, adaptasi terhadap risiko lingkungan, hingga sebagai instrumen keadilan sosial dan transformasi ekologis.
Isu-isu seperti blue carbon, konservasi pesisir, bioekonomi, dan restorasi berbasis masyarakat menjadi contoh konkret dari penerapan valuasi ekologi yang relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.
Di balik pencapaiannya, Prof. Hari menyimpan kisah perjuangan intelektual yang tidak mudah. Saat pertama kali memperkenalkan konsep valuasi ekologi dalam studi doktoralnya, ia harus menghadapi perdebatan panjang dengan para akademisi ekonomi.
Namun dukungan dari pembimbing yang satu visi membuatnya terus maju hingga berhasil merumuskan nilai ekologi dengan simbol unik “Ѥ”, yang mengandung inisial dirinya dan sang promotor.
“Saya memilih simbol Ѥ karena mewakili semangat kolaboratif dan gagasan segar dalam ilmu lingkungan,” ungkapnya.
Prof. Hari juga menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pengembangan valuasi ekologi. Di antaranya adalah belum adanya ratifikasi harga dasar karbon dan belum terukurnya secara luas struktur biodiversitas dalam dimensi ekologis.
Meski begitu, ia optimistis bahwa valuasi ekologi akan menjadi landasan penting dalam strategi pembangunan di masa depan.
Dukungan keluarga turut berperan besar dalam pencapaian akademiknya. Ia mengaku selalu melibatkan keluarga dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat agar mereka memahami sepenuhnya kehidupan sebagai akademisi yang lekat dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kontribusi konkret Prof. Hari bagi dunia pendidikan dan penelitian tampak dalam berbagai hasil risetnya, terutama yang berfokus pada wilayah Tapal Kuda, termasuk kawasan Cagar Biosfer Blambangan, TN Alas Purwo, TN Baluran, TN Meru Betiri, hingga Ijen Geopark. Hasil penelitiannya menjadi indikator penting dalam mengukur keberlanjutan lingkungan dan status kawasan konservasi.
Di akhir orasinya, Prof. Hari menyampaikan harapannya agar valuasi ekologi tidak hanya menjadi pilihan ilmiah, tetapi menjadi dasar dalam setiap keputusan strategis pembangunan.
Dengan tagline “Menemukan Nilai Tersembunyi Alam, Membangun Masa Depan Lestari”, ia menyerukan pentingnya sinergi antara akademisi, pengambil kebijakan, dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan ekologis bukan sekadar wacana, tetapi arah nyata masa depan. (dil/fzn)