Jember, 3 Juli 2025
Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jember (UNEJ) melalui Kelompok Riset Institutional for Agribusiness Reform and Development & Sumber Daya Lahan dan Air, berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan didukung dua universitas asal Jepang – Obihiro University serta Rakuno Gakuen University – sukses menyelenggarakan acara “Financial Smart Talk”. Kegiatan ini bertempat di rumah salah satu petani di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan, Kamis (03/07/2025). Acara ini menjadi wujud nyata pengabdian dan komitmen akademisi dalam mendekatkan kampus kepada masyarakat melalui pemberian literasi keuangan kepada para petani tembakau.
Mengusung tajuk “A Collaborative Initiative of OJK and the University of Jember to Enhance Financial Literacy and Safe Capital Access for Tobacco Farmers in Tanjungrejo Village”, acara ini melibatkan Kelompok Tani Maju Trisno Satu dan Dua. Tujuannya adalah membekali petani dengan pemahaman literasi keuangan yang komprehensif.

Ir. Anik Suwandari, M.P., dosen Faperta UNEJ sekaligus pemateri, membagikan wawasan mengenai “Cerdas Mengelola Uang, Sukses Bertani Tembakau”. Beliau menyoroti masih banyaknya petani yang belum terbiasa mencatat pengeluaran dan pemasukan usaha tani mereka. “Kita sebagai petani harus mengerti bagaimana mencatat pengeluaran dan pemasukan, agar kita tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap hektar lahan atau komoditas, dan berapa ton atau kuintal hasil panen yang didapatkan beserta harganya. Dengan begitu, setidaknya kita bisa mengetahui apakah untung atau rugi,” jelasnya.
Anik juga menekankan pentingnya menabung dan pengelolaan keuangan yang baik untuk memperoleh keuntungan serta menyiapkan modal bagi pengelolaan lahan atau komoditas selanjutnya. Harapannya, manajemen keuangan yang baik dapat membantu petani mencapai kesuksesan dan keberkahan.

Dekan Fakultas PertanianProf. M. Rondhi S.P., M.P., Ph.D., turut memberikan contoh pengelolaan keuangan petani di Bangladesh, “Bangladesh memiliki contoh pengelolaan keuangan yang sangat baik. Masyarakatnya berdaya sendiri. Mereka diberi pinjaman uang dari pemerintah, dan setelah berhasil, bisa dilanjutkan ke sebelahnya, begitu seterusnya.” Beliau menambahkan bahwa di Indonesia, petani juga mendapatkan pinjaman modal dari pemerintah, namun keberhasilan pengelolaannya seringkali hanya diketahui oleh petani itu sendiri.

Sementara itu, Lukman Hakim, Staf Bagian Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi Perlindungan Konsumen, dan Pelayanan Manajemen Strategis OJK, mengingatkan para petani untuk waspada terhadap aktivitas keuangan ilegal seperti pinjaman online (pinjol) ilegal, investasi bodong, dan kejahatan digital. Mengingat maraknya penawaran pinjol cepat dan mudah yang berisiko di kemudian hari, Lukman memberikan tips aman menggunakan pinjol: wajib memilih penyedia yang berizin OJK, meminjam sesuai kebutuhan, melunasi pinjaman, menghindari Sistem Layanan Informasi Keuangan (SILK) yang bermasalah, serta memastikan aplikasi hanya dapat mengakses kamera, mikrofon, dan lokasi. Ia juga berpesan agar berhati-hati dalam menyebarkan data pribadi kepada pihak yang tidak dikenal.

Menyambut inisiatif ini, Dr. Yasuhiro Mori dari Obihiro University mengungkapkan antusiasmenya. “Kami sangat senang dapat berkontribusi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan bagi petani di Jember. Kolaborasi lintas negara ini penting untuk saling belajar dan mengadaptasi praktik terbaik demi kesejahteraan petani,” ujarnya.

Acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Yasuhiro bersama kelompok tani mengenai penggunaan kredit di Jepang. Menurut Yasuhiro, praktik pinjaman kredit, baik untuk modal maupun kebutuhan sehari-hari, juga umum di kalangan petani Jepang. Sama seperti di Indonesia, Jepang memiliki tiga sumber pinjaman kredit: bank, koperasi, dan mitra. Namun, perbedaannya adalah bank di Jepang turut mensponsori koperasi dalam menyalurkan pinjaman kredit bagi petani. Selain itu, petani yang meminjam modal juga mendapatkan manfaat berupa asuransi dan akses penjualan hasil panen mereka ke supermarket. (qf)