Veronica Tan Bahagia, Jumlah Mahasiswi UNEJ Lebih Banyak Daripada Mahasiswa

Jember, 26 Juli 2025
Wakil Menteri (Wamen) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Veronica Tan menghadiri upacara wisuda periode I tahun akademik 2025/2026 Universitas Jember (UNEJ). Di sela-sela padatnya jadwal kunjungan di Jember, Veronica Tan menyempatkan diri melayani wawancara dengan awak Humas UNEJ (26/7/2025). Dan saat mengetahui data jumlah mahasiswa di UNEJ yang didominasi oleh mahasiswi, dirinya menyatakan kebahagiannya.

“Senang banget, berarti makin banyak keluarga yang mendorong dan memberikan kesempatan bagi anak perempuannya untuk kuliah. Jadi anak laki dan anak perempuan, keduanya setara.” Veronica Tan menambahkan, rasio perbandingan akses pendidikan antara laki-laki dan perempuan ini dapat dijadikan konsep modeling dimana keluarga bisa memberikan akses belajar yang setara.

Veronica Tan juga menyambut baik peluang kerja sama yang dapat dilakukan oleh kementeriannya dengan UNEJ. Terutama pada program studi Humaniora, seperti Sosiologi melalui “Ruang Bersama Indonesia”. Program ini menekankan pendekatan ‘bottom-up’ dalam pembangunan. Dirinya mencontohkan, mahasiswa sosiologi dapat ikut berkontribusi dengan melakukan pendampingan melalui forum-forum komunitas. Hal tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana kebutuhan masyarakat, menggali informasi secara psikologis, terutama dalam menghadapi tantangan global anak pasca pandemi.

Wamen PPPA, Veronica Tan saat memasuki auditorium

“Program pendampingan ini bisa dilakukan oleh mahasiswa, misalnya melalui program community service atau Kuliah Kerja Nyata,” ujarnya.

Bagi para wisudawan yang hadir, Veronica Tan juga menekankan pentingnya persiapan bagi mereka yang kelak akan menjadi orang tua. Pasalnya membentuk keluarga itu bukan hanya cinta, kesiapan psikis dan komitmen itu pasti, ada tanggung jawab saat memutuskan untuk berkeluarga, juga tanggung jawab saat menjadi orang tua. Dirinya yakin lulusan universitas yang umumnya sudah cukup umur dipastikan juga sudah matang mental dan kesiapannya dalam berkeluarga. Harapannya akan lahir dan tumbuh anak-anak yang baik dan sehat karena ibu dan ayahnya sudah siap dan terdidik.

Namun di sisi lain Veronica Tan juga menyampaikan kekhawatirannya dengan masih maraknya pernikahan di bawah umur yang masih terjadi hingga saat ini. Pernikahan dini banyak didorong oleh faktor budaya atau lingkungan sosial, seperti stigma bahwa belum menikah di usia 16 atau 17 tahun dianggap tidak laku. Stigma-stigma yang sebenarnya bisa dihapus diantaranya dengan pendampingan psikologis.

Wakil Menteri (Wamen) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Veronica Tan didampingi Wakil Rektor II UNEJ saat wawancara

“Bahaya lain juga dapat dilihat dari pernikahan di bawah umur, terutama yang dilakukan secara siri. Pernikahan seperti ini dapat menghasilkan orang tua yang tidak matang, dan tentunya dapat menjadikan anak-anak terlantar, baik secara mental maupun psikis,” pungkasnya. (qf/iim)