Halmahera Selatan, 7 Agustus 2025
Sebanyak 10 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata Daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (KKN 3T) Universitas Jember (UNEJ) di Desa Sayoang, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara berupaya memaksimalkan program Rumah Inovasi Teknologi Desa (RITD) dengan mengembangkan potensi alam yang ada. Berbagai kegiatan pemberdayaan telah mereka lakukan, salah satunya adalah pemanfaatan tempurung kelapa menjadi briket arang yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Pemanfaatan RITD ini berawal dari Kementerian Desa (Kemendes) yang memiliki kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNEJ melalui program RITD di Desa Sayoang. Program ini dikelola baik oleh mahasiswa dengan memanfaatkan limbah tempurung kelapa menjadi briket arang.

“Sebaran RITD terdapat di beberapa provinsi, salah satunya di Halmahera Selatan yang lebih tepatnya di Desa Sayoang. Kemendes telah mendirikan RITD tersebut berupa bangunan dan beberapa mesin untuk pengolahan briket, sehingga potensi RITD tersebut perlu dioptimalkan sebagai upaya pengembangan usaha BUMDes Desa Sayoang dan banyak manfaat lainnya,” ucap Deni Saputra selaku koordinator desa (kordes) KKN 3T Desa Sayoang.
Peran mahasiswa yang telah berada di Desa Sayoang selama kurang lebih 2 minggu melalui program kerja ini ialah dengan memaksimalkan program RITD melalui pengoperasian mesin, menajemen pengadaan sumber air di kawasan RITD dan perancangan bisnis briket arang tempurung kelapa.

“Peran besar dari mahasiswa KKN Kolaboratif 3T di Desa Sayoang adalah memaksimalkan RITD tersebut melalui pengoperasian mesin, manajemen pengadaan sumber air di kawasan RITD, dan perancangan bisnis briket arang tempurung kelapa. Besar harapan kontribusi mahasiswa KKN tersebut dapat memberikan kemandirian dan keberlanjutan desa dalam pengelolaan briket setelah pelaksanaan KKN berakhir,” imbuh Deni.

Selain itu, harapannya melalui program kerja ini dapat menjadikan banyak manfaat terutama terhadap nilai jual yang tinggi. “Harapan besar untuk Desa Sayoang adalah semoga usaha pengelolaan briket arang tempurung kelapa dapat menjadi kemandirian fiskal hingga dapat melakukan ekspor dari berbagai negara, mengingat brikat ini memiliki urgensi sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan untuk memasak di restoran seperti negara Jepang dan Korea Selatan karena kualitas briket yang lebih tahan lama dan minim asap pembakaran,” pungkasnya. (dil/adi)
#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #PengabdianMasyarakat