FISIP UNEJ Angkat Isu Pendanaan Lingkungan: Mengenal Ecological Fiskal Transfer Bersama Generasi Muda

Jember, 25 September 2025

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (FISIP UNEJ) menggelar seminar bertajuk “Ecological Fiskal Transfer-Goes to Campus: Keterlibatan Generasi Muda dalam Memperkuat Pendanaan Lingkungan Hidup” di Aula FISIP UNEJ pada (25/09).

Acara ini menyoroti pentingnya Ecological Fiscal Transfer (EFT), sebuah skema insentif fiskal berbasis ekologi yang memberi penghargaan kepada daerah dengan kinerja baik dalam menjaga lingkungan.

Seminar ini menghadirkan pembicara lintas bidang, diantaranya: Rabin Ibnu Zainal, Direktur Perkumpulan Pilar Nusantara (PINUS), Hermanto Rohman, Dosen Administrasi Negara FISIP UNEJ, serta Nurussyamsil Hidayah, Peneliti dan Pegiat Lingkungan Ijen Cendekia Nusantara (ICN). Melalui kegiatan ini, mahasiswa diajak memahami bahwa pendanaan lingkungan bukan sekedar proyek hijau, melainkan strategi kebijakan fiskal yang adil dan berkelanjutan untuk masa depan bumi.

Rabin Ibnu Zainal, Direktur Perkumpulan Pilar Nusantara (PINUS) kala memberikan materi terkait dengan Ecological Fiscal Transfer (EFT).

Dalam paparannya, Rabin Ibnu Zainal menekankan pentingnya membangun kebijakan fiskal yang lebih adil secara ekologis. Ia menyoroti alokasi anggaran lingkungan hidup di Indonesia yang masih kurang dari satu persen, serta ketidakadilan bagi daerah penjaga hutan yang menerima dana lebih kecil dibandingkan degan daerah yang memiliki sumber daya tambang.

“Kebijakan yang ada belum mampu mengubah perilaku masyarakat agar lebih hijau. Karena itu, kita perlu mendorong skema baru seperti EFT. EFT ini sudah diterapkan di negara Eropa, dan kini mulai diinisiasi di Indonesia. Kalau diperkuat, daerah yang menjaga lingkungan akan mendapat insentif nyata dari pemerintah,” jelasnya.

Hermanto Rohman, Dosen Administrasi Negara FISIP UNEJ, saat memaparkan Peran Perguruan Tinggi dalam Mendorong Perlindungan Lingkungan.

Sementara itu, Hermanto Rohman, dosen Administrasi Negara FISIP UNEJ, dalam paparannya menyoroti kegelisahan para pegiat lingkungan yang selama ini sudah banyak bergerak, namun belum mendapat dukungan penuh dari pemerintah maupun pihak lain. Bahkan, indikator lingkungan tidak muncul dalam rancangan APBD Kabupaten Jember 2025.

“Masalah lingkungan yang paling dekat dengan kita adalah sampah, banjir dan pencemaran sungai. Sebetulnya semua masalah ini akibat ulah manusia, termasuk kita sendiri. Sebagai mahasiswa juga jangan hanya jadi bagian dari masalah, tapi juga harus terketuk hatinya untuk menjadi pembela lingkungan,” tegasnya.

Selain itu menurut Hermanto, kontribusi mahasiswa dalam menjaga ekologis serta mendukung peran EFT dapat diwujudkan melalui penelitian, seperti menjadikan isu lingkungan dan kebijakan fiskalnya sebagai bahan skripsi hingga keterlibatan dalam KKN dan program pengabdian masyarakat yang fokus pada isu lingkungan. “Minimal melalui riset, misalnya skripsi yang menganalisis kebijakan atau program terkait lingkungan, mahasiswa sudah ikut menyumbang solusi dari permasalahan ini,” tambahnya.

Nurussyamsil Hidayah, Pegiat Lingkungan Ijen Cendekia Nusantara (ICN) memberikan materi terkait Konsekuensi dan Pendekatan untuk Mendukung Kehidupan Berkelanjutan.

Selanjutnya Nurussyamsil Hidayah, pegiat dari ICN memaparkan kondisi Bondowoso yang menghadapi masalah serius seperti rendahnya kualitas air, alih fungsi lahan, dan produksi sampah yang mencapai 60 ton per hari. Meskipun memiliki regulasi daerah, implementasi dan anggarannya menurutnya masih minim. “Bondowoso memang punya perda dan perbup tentang lingkungan, tapi implementasinya belum maksimal. Kalau ini tidak segera diatasi, Bondowoso bisa mengalami krisis ekologi,” ungkap Iday.

Sebagai solusi, Iday menuturkan bahwa ICN mendorong penerapan EFT di tingkat kabupaten dan desa. Menurutnya, kunci keberhasilan program ini adalah komitmen kepala daerah, kolaborasi lintas pihak, dan keterlibatan generasi muda. “Menjaga lingkungan itu investasi, bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk anak-anak dan generasi mendatang. Semua kontribusi sekecil apa pun, sangat berarti untuk menciptakan bumi yang lebih baik,” tegasnya.

Acara seminar kemudian ditutup dengan penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara FISIP Universitas Jember dengan Pilar Nusantara (PINUS) dan CityAsiaInc. Penandatanganan ini menjadi wujud nyata kolaborasi untuk memperkuat kajian serta imlementasi kebijakan fiskal berbasis ekologi di Indonesia.

Melalui seminar dan Mou ini, FISIP Universitas Jember menegaskan komitmennya untuk mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dalam isu-isu strategis lingkungan. Dengan bekal akademik, riset, dan semangat kolaborasi, mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang membawa gagasan dan aksi nyata demi masa depan lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan. (qf)

#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #Praktisi mengajar