Jember, 11 Oktober 2025
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jember kembali menggelar The 4th International Conference on Economics, Business, and Accounting Studies (ICEBAST) tahun 2025 dengan tema “Sustainable Business Transformation: Strategies for a Net-Zero Future.”
Konferensi internasional yang berlangsung di Ruang Multimedia FEB UNEJ ini (11/10/2025) diselenggarakan secara hybrid, menghadirkan empat pembicara internasional dari berbagai negara, yakni Dr.
Mazuri Binti Abd. Ghani (Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia), Dr. Robert Hales (Griffith University, Australia), Dr. Muhamad Abduh (Universiti Brunei Darussalam, Brunei Darussalam), dan Dr. Miguel Angel Esquivias Padilla (Universidad Panamericana, Meksiko).
Acara ini resmi dibuka oleh Rektor Universitas Jember, Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng., IPM., ASEAN Eng., yang menyampaikan bahwa forum internasional ini merupakan bentuk komitmen Universitas Jember dalam mewujudkan visi kampus sebagai universitas berwawasan lingkungan, agroindustri, dan bertaraf internasional.
Dalam sambutannya, Dekan FEB Universitas Jember, Prof. Dr. Isti Fadah, M.Si., CRA., CMA. Menegaskan, penyelenggaraan ICEBAST keempat ini tidak hanya menjadi ajang akademik, namun juga memperkuat jejaring internasional antaruniversitas.
“Alhamdulillah, tahun ini ICEBAST diikuti oleh perguruan tinggi dari seluruh Indonesia yang menjadi co-host sebanyak 14 universitas, tersebar dari Sumatera, Sulawesi hingga Jawa Timur. Tema Sustainable Business Transformation ini sangat relevan dengan arah pembangunan global yang menekankan ekonomi hijau dan bisnis berkelanjutan,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, selain konferensi, acara ini juga menjadi ajang implementasi kerja sama internasional antara Universitas Jember dan Universiti Sultan Zainal Abidin (UNiSZA) Malaysia. “Saat ini ada 16 mahasiswa FEB UNEJ yang sedang mengikuti student exchange ke UNiSZA selama satu semester. Sebaliknya, pada November nanti sebanyak 40 mahasiswa dari Malaysia akan datang ke Jember untuk belajar di sini. Ini adalah langkah konkret menuju World Class University,” imbuhnya.
Konferensi ini juga menjadi wadah diskusi bagi akademisi dan praktisi internasional untuk membahas kebijakan ekonomi terkini, termasuk peran sektor keuangan dalam mendorong transformasi bisnis berkelanjutan di Indonesia.
“Transformasi ekonomi menuju net-zero future membutuhkan kolaborasi lintas sektor—antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah. Dari forum seperti ICEBAST inilah ide-ide inovatif untuk keberlanjutan ekonomi hijau dapat lahir,” pungkasnya.

Sementara itu, Hadi Paramu, S.E., MBA., Ph.D., Ketua Panitia ICEBAST 2025, menyoroti pentingnya integrasi prinsip keberlanjutan dalam bisnis modern. “Dalam bisnis dikenal konsep Triple P: profit, planet, dan people. Selama ini banyak bisnis fokus pada profit, padahal dua unsur lain, yakni planet dan people, sama pentingnya. Dalam konteks net-zero future, perusahaan harus memiliki komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Menurutnya, tantangan terbesar dalam mewujudkan bisnis berkelanjutan adalah biaya implementasi. “Misalnya dalam pengelolaan limbah, perusahaan harus menanggung biaya tinggi. Namun tanpa kesadaran dan komitmen, bisnis hanya akan mengejar keuntungan jangka pendek sambil meninggalkan kerusakan lingkungan,” paparnya.
Ia juga menjelaskan bahwa di tingkat nasional, kini sudah ada pengukuran Environmental, Social, and Governance (ESG) yang menjadi indikator kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan tata kelola yang baik. “Investor di pasar modal kini semakin memperhatikan skor ESG perusahaan. Artinya, kepedulian terhadap lingkungan mulai diakui sebagai faktor penting dalam menilai keberlanjutan bisnis,” tambahnya.(is)