Jember, 17 Oktober 2025
Sebagai negara yang berada di jalur ring of fire, Indonesia menghadapi risiko bencana alam yang tinggi.
Menyadari urgensi mitigasi yang efektif, Universitas Jember (UNEJ) menegaskan kontribusinya melalui inovasi riset mahasiswa yang mengintegrasikan aspek teknologi spasial, kerentanan sosial, dan kearifan lokal.Kontribusi tersebut diwujudkan oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) UNEJ. Tim ini berhasil meraih pendanaan dari Belmawa Kemdiktisaintek RI pada tahun 2025 berkat riset inovatif mereka.
Tim yang diketuai oleh Hikmal Akbar Ibnu Sabil dan dibimbing oleh Igor Aviezena Eris, S.Geo., M.URP ini, mengangkat tema krusial terkait kerawanan bencana, kerentanan sosial, dan kearifan lokal masyarakat di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Ijen, yang mencakup tiga kabupaten: Bondowoso, Banyuwangi, dan Situbondo.

Riset ini dirancang secara komprehensif melalui lima kegiatan utama yang mengombinasikan metode sosial dan teknologi modern. Tahap awal melibatkan pendekatan data spasial dari data institusional di ketiga kabupaten. Data ini diolah untuk menghasilkan basis data kerentanan yang akurat secara geografis, memetakan desa-desa dengan tingkat kerentanan sosial tinggi terhadap bencana Ijen.
Tahap berikutnya adalah survei primer mendalam di desa-desa yang berada pada kategori KRB III dan KRB II, seperti Sumber Rejo, Kali Gedang, dan Kalianyar, yang pernah terdampak semburan gas beracun. Tim juga mengintegrasikan teknologi modern, seperti pengambilan citra menggunakan drone dan pencatatan data spasial menggunakan GPS handheld, baik di desa terdampak maupun kawasan Kawah Ijen.
“Sebagai mahasiswa yang berkecimpung pada bidang perencanaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi upaya mitigasi bencana berbasis data spasial, tanpa menghilangkan nilai sosial di masyarakat,” ungkap Hikmal Akbar Ibnu Sabil.

Menariknya, hasil riset menemukan bahwa meskipun tinggal di kawasan berisiko tinggi, masyarakat setempat justru membangun sistem sosial dan pengetahuan lokal yang menjadi benteng alami. Kearifan ini terwujud dalam bentuk fisik dan nilai-nilai sosial yang diwariskan turun-temurun.
Kearifan lokal bentuk benda tampak pada Pola Permukiman Kolonial (Afdeling) yang terkelompok rapi dengan lapangan yang berfungsi ganda sebagai titik kumpul evakuasi. Selain itu, Tata Guna Lahan Adaptif (ladang, kebun kopi, pekarangan produktif) mencerminkan pengetahuan ekologis masyarakat yang adaptif terhadap sumber daya terbatas.
Sementara itu, kearifan lokal nonbenda yang menguatkan solidaritas dan ketenangan kolektif meliputi tradisi spiritual dan sosial seperti Rokat Bhumi Ijen, Rokat Bersih Desa, dan Rokat Molong Kopi. Kesenian Singo Ulung dan ritual selametan di Kawah Ijen juga berfungsi sebagai mekanisme psikologis untuk menghadapi ketidakpastian bencana, menciptakan rasa aman melalui gotong royong dan doa.

Hasil dari penelitian inovatif ini menghasilkan luaran yang dapat dimanfaatkan langsung dalam mitigasi bencana dan peningkatan ketangguhan sosial masyarakat Gunung Ijen. Melalui pendanaan PKM-RSH 2025 ini, riset ini diharapkan menjadi pijakan awal bagi pengembangan strategi mitigasi yang inklusif, memastikan masyarakat di KRB Gunung Ijen lebih siap menghadapi potensi bahaya letusan di masa mendatang. (dil)
#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #PengabdianMasyarakat