Kisah Perjuangan, Solidaritas dan Pelajaran dari KMHE 2025

JEMBER, 28 Oktober 2025

Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2025 di Universitas Jember (UNEJ) telah berakhir, ditutup secara resmi pada Minggu (26/10) malam.

Di balik persaingan ketat penentuan juara nasional, KMHE tahun ini mewariskan kisah-kisah perjuangan dan solidaritas, membuktikan bahwa ajang ini tidak hanya menguji efisiensi mesin, tetapi juga daya tahan mental, kebersamaan, dan dampak bagi masyarakat.

Area Paddock UNEJ selama tiga hari menjadi saksi bisu kerja keras tim yang menukarkan waktu tidur demi performa mobil. Perjuangan di sini tidak hanya teknis, tetapi juga fisik dan logistik.

Wildan, General Manager Sriwijaya Eco dari Universitas Swriwijaya kala berbagi kisah perjuangan timnya pada KMHE 2025 di Universitas Jember

Wildan, General Manager (GM) Sriwijaya Eco dari Universitas Sriwijaya (UNSRI), yang timnya menempuh jarak terjauh selama2 hari 2 malam dengan bus, menggambarkan situasi ekstrem ini. “Kami sangat-sangat kekurangan tidur. Rata-rata tim tidur di 1 sampai 2 jam di hari pertama setelah loading doc,” ungkap Wildan. Kurangnya waktu istirahat ini dipicu oleh kebutuhan mendesak untuk membongkar dan menyetel ulang mesin demi mengejar Technical Inspection (TI).

Tantangan fisik serupa, ditambah pengalaman perdana, dialami oleh tim lain. Muhammad Azmi, anggota tim Atom Laksamana, Universitas Muhammadiyah Riau, berbagi bahwa kesehatan menjadi kendala tak terduga. “Kemarin banyak dari tim kami yang kesehatannya drop. Mereka harus ke rumah sakit dan disuntik. Dari pengalaman ini kami belajar banyak juga karena tahun ini kami perdana mengikuti KMHE,” ujar Azmi.

Tantangan logistik di Jember juga menjadi fokus bagi Wildan (UNSRI). “Ketersediaan barang-barang racing di Jember ini agak kurang. Jadi kami harus pesan sekitar 2 hari dulu dari Surabaya,” tambahnya. Namun, solidaritas mampu mengatasi hambatan. Wildan berbagi kisah, sasis mobil mereka patah saat pengiriman, tetapi berkat bantuan warga lokal, mereka bisa mendapatkan jasa pengelasan. “Kami minta tolong orang sini, mereka sangat welcome, dan mau membantu kami memperbaiki,” katanya.

Muhammad Fajar, Manajer tim Pagaruyuang, Universitas Negeri Padang merasa bahwa Paddock adalah tempat berbagi selama KMHE 2025

Solidaritas adalah inti dari semangat KMHE. Muhammad Fajar, Manajer Tim Pagaruyuang, Universitas Negeri Padang, menegaskan bahwa Paddock di Jember adalah tempat berbagi. “Solidaritasnya sangat terasa. Saat kami butuh pompa dan beberapa komponen, kami dibantu oleh tim yang ada di kanan-kiri kami. Banyak dari tim-tim lain yang membantu, semuanya saling membantu,” ujar Fajar.

Dedikasi tuan rumah juga menjadi faktor penentu kelancaran. Baik Tim UNSRI maupun UNP kompak memuji LO UNEJ. “Kalau dari LO-nya sendiri lumayan ramah. Informasi tidak pernah telat. Tiap malam kalau ada perubahan jadwal pasti sampai ke kami,” kata Wildan. LO UNEJ berhasil menjembatani kebutuhan tim, mulai dari mencari suku cadang mendadak hingga informasi non-teknis lainnya seperti lokasi tempat makan maupun sandaran untuk berkeluh kesah.

Barisan penonton dari salah satu sisi sirkuit yang ikut meramaikan KMHE 2025 di Universitas Jember

KMHE 2025 telah meninggalkan dampak positif bagi Jember. April, seorang Ibu Rumah Tangga dari Patrang, yang datang khusus bersama putranya, mengungkapkan KMHE sukses menjadi media edukasi. “Saya tertarik menonton untuk memberikan edukasi pada anak saya terkait mobil-mobil yang dilombakan. Harapannya, cakrawala pengetahuan anak saya di bidang teknik bisa lebih luas,” ungkapnya.

Kisah ini menunjukkan bahwa KMHE bukan hanya arena kompetisi mahasiswa, melainkan juga media pengarahan minat engineering untuk generasi muda selanjutnya di Jember. Rangkaian acara KMHE yang telah berakhir menegaskan bahwa manfaat terbesar acara ini adalah semangat inovasi, solidaritas kebangsaan, dan pengaruhnya terhadap kesadaran teknologi hijau. (qf)