Mahasiswa UNEJ Temukan ‘Sisi Lain’ Fenomena Sound Horeg: Bukan Sekadar Gangguan, Melainkan Aset Ekonomi Kreatif dan Gap Kebijakan Tata Ruang

Jember, 28 Oktober 2025

Fenomena Sound Horeg yang ramai di Kabupaten Jember selama ini identik dengan isu kebisingan dan gangguan sosial.

Namun, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Jember (UNEJ) berhasil membongkar perspektif baru melalui kajian ilmiah yang komprehensif. Riset ini tidak hanya mengukur dampak negatif kebisingan, tetapi juga menganalisis Sound Horeg sebagai potensi aset ekonomi kreatif dan penanda signifikan adanya kekosongan (gap) kebijakan tata ruang terintegrasi di wilayah perkotaan.

Kajian inovatif ini sukses menarik perhatian Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Belmawa) dan telah mendapatkan pendanaan resmi sebagai salah satu PKM terbaik yang lolos seleksi nasional. Pendanaan ini menjadi bukti urgensi temuan dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) dan tata kelola kota berbasis data, memungkinkan Tim untuk melanjutkan penelitian implementatifnya.

Pelaksanaan Wawancara Terhadap Pihak Terkait Mengenai Sound Horeg

Ketua Tim PKM-RSH Sound Horeg UNEJ, Tegar Tri Wibowo dari Fakultas Teknik, menyatakan, “Kami membuktikan bahwa Sound Horeg adalah fenomena multidimensi. Tanpa kebijakan yang tegas dan berbasis data, kebisingan ini akan terus mengancam kenyamanan dan kesejahteraan psikologis (SDG 3 & 11). Sebaliknya, dengan regulasi yang tepat, potensi ekonomi kreatifnya dapat dioptimalkan (SDG 8), sekaligus memperkuat tata kelola kelembagaan (SDG 16).”

Senada dengan hal tersebut, Dosen Pembimbing, Ir. Alifan Cahyana, S.T., M.Sc, menambahkan, “Riset ini menghadirkan kebaruan dalam mengintegrasikan analisis spasial teknik dengan dimensi sosial-humaniora. Pendanaan dari Ditjen Belmawa menjadi validasi bahwa kajian ini memiliki nilai ilmiah tinggi dan relevansi praktis sebagai solusi tata ruang yang adaptif.”

Tegar menjelaskan, penelitian yang dilaksanakan pada Agustus–September 2025 di tiga kecamatan perkotaan (Patrang, Sumbersari, dan Kaliwates) ini menggunakan mixed methods (70% kuantitatif dan 30% kualitatif). Kebaruan utama riset ini terletak pada integrasi analisis spasial (keruangan) dengan dimensi sosial-budaya fenomena tersebut.

Dokumentasi Proses Penyusunan Laporan Tim PKM-RSH Sound Horeg UNEJ

Tegar dan timnya menggunakan alat ukur Sound Level Meter yang datanya dianalisis secara spasial dengan rumus Inverse Square Law berbasis GIS. Pendekatan ini menghasilkan Peta Radius Paparan Kebisingan (Noise Buffer Map), yang secara presisi memetakan area terdampak kebisingan (95–125 desibel) yang jauh di atas ambang batas aman (55-85 dB).

Data spasial dikombinasikan dengan survei terhadap 405 responden dan wawancara mendalam. Hasilnya mengejutkan, meskipun 61% masyarakat merasa terganggu, 25% bersikap toleran—mengindikasikan adaptabilitas sosial yang perlu dikaji lebih jauh. Temuan ini menegaskan adanya policy gap signifikan, ketidakmampuan pemerintah daerah mengintegrasikan regulasi tata ruang, pengendalian kebisingan, dan peluang pelestarian budaya lokal/ekonomi kreatif.

Temuan riset Tim PKM-RSH UNEJ ini melampaui sekadar keluhan kebisingan, dan berfokus pada tiga luaran strategis yang relevan dengan fokus bidang ilmunya. Tingkat kebisingan ekstrem dan gangguan fisik (retak genteng, kesulitan tidur) secara faktual terbukti menurunkan Kualitas Hidup Masyarakat Perkotaan (UQoL).

Menurut Tegar, penelitian ini mengidentifikasi Sound Horeg sebagai aktivitas yang secara implisit menggerakkan sub-sektor ekonomi kreatif (penyewaan alat, event organizer, industri modifikasi) yang selama ini luput dari perhatian kebijakan. Potensi ini adalah ‘sisi lain’ yang harus diatur, bukan dimatikan.

Pelaksanaan Observasi Lapangan Event Sound Horeg

Sehingga luaran utama riset ini adalah Policy Brief dan Rancangan Dasar Regulasi yang menawarkan solusi kebijakan adaptif dan berkeadilan, didukung oleh data spasial (Noise Buffer Map). Tim ini berharap temuan ilmiahnya yang inovatif dan relevan dengan pembangunan berkelanjutan ini dapat diimplementasikan menjadi solusi nyata bagi Pemerintah Kabupaten Jember dan masyarakat. (dil)

#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #PengabdianMasyarakat