Jember, 5 November 2025
Universitas Jember (UNEJ) memperkuat posisinya sebagai pionir riset energi terbarukan berbasis kearifan lokal.
Prof. Dr. Edy Supriyanto, S.Si., M.Si., Guru Besar baru dalam bidang Ilmu Fisika Sel Surya, resmi dikukuhkan dengan orasi ilmiah yang revolusioner bertajuk “Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) dari Bumi Tropis: Inovasi Energi Surya Berbasis Sumber Daya Lokal.”Prof. Edy memaparkan gagasan pengembangan teknologi sel surya generasi ketiga (DSSC) yang menggabungkan ilmu fisika, kimia material, dan teknik elektro dalam konteks keberlanjutan energi, kearifan lokal, dan kemandirian teknologi nasional.
Fokus utamanya meliputi pemanfaatan tanaman lokal seperti kunyit dan kopi sebagai pewarna alami, inovasi material melalui modifikasi fotoanoda TiOβ dengan doping logam untuk meningkatkan efisiensi, serta simulasi dan optimasi numerik berbagai parameter teknis.
Gagasan ini bertujuan untuk implementasi DSSC skala komunitas guna mendukung kemandirian energi di daerah 3T, yang merupakan bagian dari visi jangka panjang dalam roadmap riset 2015β2038 untuk menciptakan DSSC tropis yang mandiri dan tahan panas.
“Tujuan utama kepakaran saya adalah untuk mengembangkan teknologi energi surya berbasis kearifan lokal dan bahan alami yang cocok untuk iklim tropis Indonesia serta dapat diterapkan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar),” ujar Guru Besar FMIPA UNEJ tersebut.
Berawal dari refleksi akan potensi besar energi matahari di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal Prof. Edy terdorong untuk mencari solusi teknologi energi surya yang murah, fleksibel, dan cocok untuk iklim tropis, sehingga pilihannya jatuh pada DSSC yang memiliki keunggulan efisien dalam cahaya difus dan suhu tinggi, mudah diproduksi, serta dapat menggunakan pewarna alami lokal seperti kunyit, kopi, dan melaleuca.
“Saya bersama team menekankan bahwa DSSC bukan sekadar teknologi, melainkan bagian dari cerita kemandirian bangsa, karena tanaman lokal yang dulu hanya dianggap limbah, kini bisa menjadi sumber energi bersih,β ujarnya.
Dalam mengembangkan Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC), Prof. Edy mengakui dihadapkan pada serangkaian tantangan, mulai dari aspek teknis hingga sosial-ekonomi. Secara teknis, efisiensi DSSC berbasis pewarna alami masih relatif rendah karena keterbatasan spektrum serapan dan degradasi material oleh panas serta sinar UV, yang juga berdampak pada stabilitas jangka panjang sel surya di iklim tropis.
Sementara itu, peran dan dukungan keluarga sangat penting dalam perjalanan Prof. Edy hingga mencapai gelar Guru Besar. Keluarga adalah bagian penting dalam pencapaian akademik beliau, dan menjadi sumber kekuatan dalam perjalanan panjang kariernya mulai dari riset, pengajaran, hingga kontribusi masyarakat.
βIstri saya menjadi sumber kekuatan spiritual dan emosional, anak saya memberi inspirasi yang tiada henti, orang tua dan mertua memberikan doa dan semangat sejak awal, serta seluruh keluarga besar yang hadir dalam setiap langkah penting perjalanan akademik saya. Mereka adalah pilar yang menopang setiap perjuangan yang saya jalani.β
Penelitian Prof. Edy tidak hanya berhenti di laboratorium. Ia secara aktif mengintegrasikan hasil risetnya ke dalam kurikulum pembelajaran di tingkat sarjana dan magister, membimbing mahasiswa untuk terlibat langsung dalam proyek inovatif. Kontribusinya di dunia akademik juga ditandai dengan puluhan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi serta kolaborasi riset yang kuat dengan berbagai institusi seperti ITB, UGM, dan BRIN.
Prestasinya mencerminkan dedikasi panjang dalam dunia pendidikan dan riset energi baru. Melalui inovasi teknologi DSSC berbasis tanaman lokal dan kontribusi aktif dalam pengembangan ekosistem riset nasional, beliau berhasil menempatkan dirinya sebagai tokoh penting dalam pengembangan energi surya tropis berbasis kearifan lokal di Indonesia. (dil/fzn)
#DiktisaintekBerdampak #UNEJBerdampak #Profil



