UNEJ Dorong Lulusannya Magang dan Bekerja di Bidang Pertanian Jepang

Jember, 20 November 2025

Universitas Jember (UNEJ) mendorong mahasiswa dan lulusannya untuk mencoba mengikuti program magang dan bekerja di luar negeri.

Salah satu negara tujuan magang dan bekerja yang prospektif adalah di Jepang. Seperti yang dilakukan oleh Unit Penunjang Akademik (UPA) Pengembangan Karier dan Kewirausahaan UNEJ, yang menghadirkan Direktur Taya Farm Jepang, Taya Toru, guna memberikan penjelasan mengenai program magang dan bekerja di bidang pertanian di Jepang, di aula lantai 5 gedung Soedjarwo (20/11/2025).

Menurut Kepala UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan UNEJ, Rokhani, UPA yang dipimpinnya terus berusaha mendampingi karier mahasiswa. Salah satunya dengan memberikan informasi dan akses ke dunia kerja kepada mahasiswa. Pilihan menggandeng Taya Farm dari Jepang yang bergerak di bidang pertanian, karena selain memberikan penjelasan mengenai prosedur magang dan bekerja di Jepang, juga memberikan materi mengenai rencana bisnis untuk berwirausaha bidang pertanian.

Kepala UPA Pengembangan Karier dan Kewirausahaan UNEJ, Rokhani mneyerahkan cindera mata kepada Taya Toru

“Kami berharap melalui kegiatan ini, mahasiswa akan mendapatkan informasi mengenai peluang bekerja di Jepang, bahkan berpeluang membuka usaha di bidang pertanian,” jelas Rokhani yang juga dosen di Fakultas Pertanian UNEJ. Seminar kali ini mengambil tema “Sustainable Growth Models: Developing Business Plan that Balance Economic Viability with Planetary Health”.

Pada sesi pemaparan materi, Taya Toru memulai dengan kondisi pertanian Jepang hari ini yang kekurangan tenaga kerja terampil akibat menurunnya jumlah petani. Penurunan tenaga kerja pertanian ini karena angka kelahiran yang memang rendah, dan faktor anak muda Jepang yang enggan bekerja di sektor pertanian. Tak heran jika rata-rata usia petani Jepang saat ini adalah 60 tahun.

Menurut pria yang menyelesaikan studi Pascasarjananya di IPB University ini, secara umum kondisi kerja di Jepang bagi warga asing sudah makin baik. Kini besaran gaji, jaminan kesehatan dan jaminan sosial sudah sama dengan pekerja asli Jepang. Bahkan mereka yang bekerja di Taya Farm miliknya sudah tak ubahnya warga lokal, termasuk bisa memperoleh Surat Ijin Mengemudi (SIM) untuk memudahkan mobilitasnya selama di negara samurai.

“Jadi kesempatan magang dan bekerja di Jepang terbuka lebar sebab kami memerlukan banyak tenaga terampil di bidang pertanian. Nantinya mahasiswa UNEJ bisa memilih akan magang atau bekerja. Waktunya bisa dari satu hingga tiga tahun,” ujar Taya Toru yang fasih berbahasa Indonesia.

Namun pemilik usaha pertanian di kota Fukui ini buru-buru mengingatkan mahasiswa UNEJ yang hadir agar mempersiapkan diri sebelum berangkatkan ke Jepang. Pasalnya kondisi teknis pertanian, alam, serta sosial budaya Jepang sangat berbeda dengan Indonesia. Semisal pertanian Jepang umumnya sudah menggunakan mekanisasi bahkan sudah memanfaatkan teknologi canggih seperti Internet of Thing (IoT).

Taya Toru, Direktur Taya Farm Jepang menyampaikan presentasi

“Contohnya di divisi produksi Taya Farm, untuk lahan seluas kurang lebih empat hektar hanya memerlukan dua belas orang saja, karena sudah menggunakan mekanisasi pertanian,” katanya.

Tantangan selanjutnya adalah dengan cuaca, mengingat Jepang ada di wilayah sub tropis maka mengalami empat musim yang beda sekali dengan Indonesia, terutama saat musim dingin. Calon pemagang atau pekerja juga sebaiknya menguasai Bahasa Jepang, agar saat bekerja dapat berkomunikasi lancar dengan warga lokal. Adaptasi dengan budaya lokal juga menjadi kewajiban agar pemagang atau pekerja tidak mengalami gegar budaya.

“Kondisi kota-kota Jepang sangat berbeda dengan kota di Indonesia, apalagi yang menjadi lokasi lahan pertanian yang umumnya di pinggiran, sepi karena penduduknya sedikit. Jadi jangan kaget yah kalau magang atau bekerja di Jepang,” ungkap Taya Toru disambut tawa hadirin.

Selepas memberikan presentasi di aula lantai 5 gedung Soedjarwo, Taya Toru berdiskusi dengan jajaran dekanat Fakultas Pertanian. Kesempatan ini digunakan Fakultas Pertanian menggali informasi lebih dalam sehingga dapat mempersiapkan mahasiswanya yang tertarik untuk magang dan bekerja di bidang pertanian di Jepang. “Hasil pertemuan ini akan menjadi bahan mempersiapkan kurikulum yang sesuai, termasuk mempersiapkan pelatihan bagi mahasiswa, agar bisa magang dan bekerja di Jepang,” tutur Dekan Fakultas Pertanian, Prof. M. Rondhi. (iim)