Merespon Perubahan Iklim dengan Pertanian Pangan, Desa Suci Jember Diapresiasi Kemenko Pangan

Jember, 23 Desember 2025

Perubahan iklim secara global memiliki konsekuensi perubahan pola kehidupan di berbagai sektor.

Termasuk perubahan dramatis yang terjadi adalah munculnya bencana sebagaimana yang terjadi di Desa Suci Jember pada 2006. Kala itu desa ini luluh lantak terkenan banjir bandang yang disebabkan selain karena perubahan tata guna lahan juga karena anomali meterologis.

Terjadinya bencana ini ternyata memberikan dampak perubahan perilaku masyarakat Desa Suci. Perubahan paling kentara terlihat pada pemilihan komoditas pertanian yang diusahakan. Sekertaris Desa Suci Muhammad Rikuwan menerangkan, petani desa Suci saat ini lebih banyak beralih pada tanaman padi dan jagung ketimbang sayuran pasca bencana. “Dulu sebelum bencana, Suci merupakan sentra tanaman kobis, kentang dan sebagainya, sekarang sudah sangat jarang” papar Rikuwan.

Perubahan komoditas menjadi tanaman pangan ini, tentu memerlukan input salah satunya adalah pupuk. Pupuk kimia subsidi yang terkadang menghadapi permasalahan telah direspon masyarakat Desa Suci dengan pembuatan pupuk oragnik secara mandiri dengan teknilogi “Bata Bolong”. Hendri, sekertaris Poktan Tani Harapan menyatakan bahwa pembuatan pupuk organik dilakukan cara memanfaatkan limha pertanian dan limbah rumah tangga untuk mendukung usaha tanaman pangan padi dan jagung. “Kalau pas nanti pupuk sulit kayak yang dulu pernah terjadi, kita bisa tenang karena kita sudah punya stok pupuk organik sendiri”, Hendri membeberkan.

Respon konstruktif Desa Suci ini diapresiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan melalui Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian, Silvi Charlote Sumanti saat berkunjung ke Desa Suci (22/12). Dalam kesempatan tersebut Caroline berkesempatan menyaksikan teknologi “Bata Bolong” yang 1 unitnya mampu memproduksi pupuk organik sekira 48,6 ton/tahun untuk mendukung usaha tanaman pangan. Bahkan ketika mengetahui bahwa Desa Suci telah mampu membuat mulsa untuk budidaya pertanian dari kemasan multilyer, Caroline tak dapat menyembunyikan ketertarikannya.

“Apa yang dilakukan Desa Suci Jember ini dapat direplikasi kepada daerah daerah lain karena mampu menunjang swasembada pangan dalam kaitan penyediaan input pertanian” sambut caroline. Ia menambahkan perlunya sinergisitas dengan Universitas Jember (perguruan tinggi) untuk memberikan inovasi teknologi aplikatif pada masyarakat.

Dalam kesempatan terpisah, Ihsannudin Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta UNEJ) menjelaskan bahwa adopsi teknologi pada masyarakat Desa Suci tersebut merupakan buah dari Program Desa Binaan yang didukung oleh Kemendiktisaintek. “Kami menjadikan Desa Suci bukan sekedar sebagai Desa Binaan namun juga menjadikan Living Lab untuk mendukung terwujdunya pertanian tanaman pangan berkelanjuta dengan isu Kampung yang tanggap terhadap perubahan iklim” pungkasnya. Dengan menjadikan suatu desa menjadi Ling Lab, maka ekosistem akademisi perguruan tinggi dapat saling berbagi ilmu dengan masyarakat yang kaya akan pengalaman implementatif.(ihs)