[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Jember, 3 Januari 2019
Universitas Jember menambah jumlah program studinya, kali ini membuka Program Studi Teknik Pertambangan, dan Program Studi Teknik Perminyakan. Kepastian pembukaan dua program studi sarjana di bawah Fakultas Teknik ini terjawab setelah surat ijin pembukaannya diterbitkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada bulan November 2018 lalu. Menurut Entin Hidayah, Dekan Fakultas Teknik (FT) Universitas Jember, Program Studi Teknik Pertambangan akan fokus pada pengelolaan pasca tambang, dan bagaimana mengelola tambang yang berwawasan lingkungan.
“Dalam proses pertambangan dikenal tiga tahapan, yakni tahap eksplorasi dimana ahli tambang akan mencari dan menemukan daerah yang mengandung mineral tertentu. Kemudian tahap eksploitasi atau tahap penambangan, dan tahap rehabilitasi atau tahap pengelolaan pasca tambang,” jelasnya saat ditemui di Kampus FT Universitas Jember (3/1). Fokus di tahap pengelolaan pasca tambang ini dipilih mengingat semua perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Teknik Pertambangan di Indonesia lebih berkonsentrasi pada tahap eksplorasi dan eksploitasi tambang.
Pemilihan fokus pada tahap pengelolaan pasca tambang juga didasari oleh visi dan misi Universitas Jember yang memberikan perhatian penuh pada masalah lingkungan, mengingat salah satu core bussines dan keunggulan Kampus Tegalboto di bidang pertanian dan perkebunan, serta bioteknologi. “Tidak bisa dipungkiri ada tambang yang dikelola tanpa memikirkan dampaknya bagi kelestarian alam, bahkan setelah habis ditambang terbengkalai begitu saja hingga membahayakan keselamatan jiwa. Oleh karena itu FT Universitas Jember berniat mencetak para lulusan yang memiliki kemampuan mengelola tambang yang berwawasan lingkungan, dan mampu mengelola tahap pasca tambang, yang justru jumlahnya di Indonesia masih minim,” imbuh Entin Hidayah.
Hal senada disampaikan oleh Fanteri Aji Dharma, salah satu dosen di Program Studi Teknik Pertambangan. Menurutnya, biasanya lulusan Program studi Teknik Pertambangan lebih banyak mengurusi teknis pertambangan saja, sementara masalah lingkungan menjadi urusan ahli lingkungan. “Paradigma ini yang ingin kita ubah, lulusan Program Studi Teknik Pertambangan FT Universitas Jember akan diberi bekal ilmu Teknik Pertambangan dan juga ilmu lingkungan. Untuk itu kita sudah menyiapkan kurikulum yang sesuai misalnya matakuliah Analisa Dampak Lingkungan, Green Mining, keselamatan dan kesehatan kerja tambang, serta memasukkan wawasan lingkungan sejak awal semester perkuliahan. Apalagi Kampus Tegalboto memiliki banyak pakar di bidang lingkungan,” tutur Fanteri yang meraih S2-nya di Michigan Technological University, Amerika Serikat ini.
Pendirian Program Studi Teknik Pertambangan FT Universitas Jember sendiri sudah melalui proses yang panjang. “Awalnya di tahun 2013 lalu Universitas Jember mendapatkan undangan dari DPR RI guna dimintai pendapat terkait Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jember yang di dalamnya memplot daerah pertambangan. Dari diskusi itulah lantas muncul tantangan dari DPR RI kepada Kampus Tegalboto, apa solusi bagi pertambangan di Indonesia yang sudah dalam kondisi optimal atau menjelang selesai ditambang. Lantas Universitas Jember menjawab dengan perlunya membuka Program Studi Teknik Pertambangan, namun yang lulusannya mampu mengelola tambang yang berwawasan lingkungan, dan fokus pada tahap pengelolaan pasca tambang. Agar pengelolaan tambang-tambang di Indonesia yang sudah melewati masa optimalnya dapat direhabilitasi dengan baik,” ungkap Dekan Fakultas Teknik.
Dalam masa penyusunan proposal pendirian Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Jember telah melakukan studi banding dan diskusi dengan pihak-pihak terkait diantaranya perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Sriwijaya, dan UPN Veteran Yogyakarta. Sementara perbandingan dengan perguruan tinggi di luar negeri dilakukan dengan Colorado School of Mines dan Virginia Polytechnic and State University (Virginia Tech). Termasuk berkonsultasi dengan Kemenristekdikti, Kementerian ESDM, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), hingga kalangan industri pertambangan. Dari proses hasil studi banding dan diskusi ini Universitas Jember diminta membuka Program Studi Teknik Pertambangan dengan ciri khas pembeda dengan yang ada di perguruan tinggi lainnya.
Di sisi lain, lulusan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Jember diproyeksikan mengisi kebutuhan akan ahli pertambangan yang fokus pada tahapan pengelolaan pasca tambang, dan memiliki wawasan lingkungan. Sehingga diperkirakan lulusannya bakal terserap oleh pasar kerja. “Jumlah tambang di Indonesia yang sudah melewati masa optimal dan perlu direhabilitasi jumlahnya cukup banyak, hal ini perlu diantisipasi di masa depan,” kata Entin Hidayah.
Sementara itu menurut Agung Purwanto, Kepala Humas dan Protokol, Universitas Jember siap bekerjasama dengan semua pihak terutama di Jember dan sekitarnya agar tujuan Program Studi Teknik Pertambangan meluluskan tenaga pertambangan yang berwawasan lingkungan serta ahli dalam tahap pengelolaan pasca tambang dapat tercapai. Misalnya saja bekerjasama dengan organisasi agama seperti Nahdlatul Ulama dalam memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai fiqh tata kelola sumber daya alam, dan teologi lingkungan. “Untuk itu kami siap berdialog dan menerima masukan dari segenap stake holder Universitas Jember. Bahkan rencananya dalam waktu dekat akan ada seminar sekaligus memperkenalkan apa sih ciri khas dan keunggulan yang akan dibangun oleh Program Studi Teknik Pertambangan FT Universitas Jember itu,” kata pria yang juga dosen FISIP ini.
Keberadaan program studi baru, Program Studi Teknik Pertambangan dan Program Studi Teknik Perminyakan menjadikan jumlah program studi sarjana di Kampus Tegalboto menjadi 59 prograjm studi. “Kedua program studi baru tadi sudah bisa dipilih oleh lulusan SMA sederajat dalam penerimaan mahasiswa baru tahun 2019 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan jalur mandiri Universitas Jember,” pungkas Agung Purwanto. (iim)
[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]